Menjalani hubungan baik dengan orang lain menurutku adalah seni. Kok bisa? Yaa bagaimana diri kita mampu berada di posisi netral yang bisa kesana kemari tanpa beban. Sekalipun riak gelombang pasang surut lingkungan sedang tidak kondusif. Sangat manusiawi jika 100 kepala maka 100 isi/pemikiran. Pertanyannya? Bagaimana bisa bertahan di tengah2 ombak yang bisa saja menyapu logika sekalipun sudah ada benteng menjulang tinggi? Agak berat rupanya tema tulisan ini, namun tak ada salahnya mengurai hal2 yang mungkin sering kita alami dalam keseharian dengan mencari seni berhubungan baik dengan orang lain.
Manusia diciptakan unik
Yaa setiap manusia satu dengan yang lainnya beragam. Ada yang mudah kebakar, ada yang mudah keprovokasi, ada yang mau menangnya sendiri, ada yang tidak mau disalahkan bahkan dikalahkan, ada yang sangat hobi mencari2 kesalahan, dll. Kesemuanya memang sifat dasar manusia. Jika diri kita tidak mempunyai pemakluman yang tebal, maka kita gampang menghakimi sesamanya. Parahnya akan merasa diri kitalah yang paling benar bahkan paling sempurna. Nyatanya tak ada loh yaa manusia sempurna ki..
Cermin sebagai rem
Dengan segala keunikan yang diciptakan Allah, seyogianya kemana2 membawa cermin. Kiasan tersebut mengandung arti bahwa selayaknya kita punya rem yang akan membatasi sifat2 yang tak seharusnya ada. Semua orang berpotensi salah kok, termasuk didalamnya kita. Lantas apa yang mesti kita sombongkan? Cermin ini akan menjadi bayang2 diri agar sesuai dengan rule ketika bertindak. Tidak ada habisnya kita merasa PALING,.. Jikalau orang lain segan di depan kita, itu hanyalah lamis kata orang Jawa. Cuma sekedar pura2 segan. Sifat yang merasa PALING.. tidak akan gunanya. Yang mendekat hanyalah orang2 yang mempunyai tendensi dengan dirinya. Jika tidak ada kepentingan maka tidak mungkin ada orang yang mendekat. Ga akan betah tentunya.
Calm aja sist/bro
Ga usah sepaneng dalam menjalani hidup. Nikmatilah setiap fase2 yang ada. Sepaneng bin kenceng ga ada gunanya juga kalik. Jatuhnya justru berkurangnya teman yang mungkin saja menjadi pintu rejeki bagi kita. Rugi rugi dan rugi. Ketika ada teman yang kenceng maka ga akan ada salahnya kita calm. Ada kalanya mengalah bukan berarti kalah. Jika demi utuhnya pertemanan,SALING mengalah adalah opsi yang tepat. Jika yang satu tinggi, yang satunya rendah. Bukan untuk apa2 melainkan supaya kondisinya kembali kondusif. Ga baik pula jika sesama teman kok saling menjatuhkan? Terlebih udah sama2 tua, yang selayaknya sudah sama2 dewasa.