Entradas populares

Klop Tak Selalu Bersatu

Diperjalanan kehidupan seorang manusia ia tak dapat menebak tipe jalan seperti apa yang hendak ia lalui. Lurus, berbelok, curam, naik atau bahakan turun. Ia-pun tak mampu memprediksi kepada siapa ia akan bertemu dan berseteru. Yes, unpredictable. Seiring berjalannya waktu, ia tak mampu menolak gemuruh di dalam jiwanya akan pesona lawan jenisnya di seantero dunia ini, termasuk  di dalamnya dengan sahabatnya sendiri. Sekalipun ia tahu bahwa ada zona terlarang dan ada batas2 yang tak boleh ia lalui.

Terlalu naïf jika menampik rasa nyaman akibat dari sering bersama. Klop itulah kata yang menggambarkan kekompakan diantara mereka. Namun kembali lagi, ada hal yang tak mampu untuk dilebihkan. Salah satu diantaranya telah menemukan pasangan. Bukan berarti pula pasangan-nya lebih baik dan lebih klop dari sahabatnya tersebut. Namun ada alasan yang sangat fundamental, yang dirasa tidak melebihkan rasa di dada lebih baik ketimbang memberi kesempatan kepada gelora asmara yang justru akan berdampak tak baik bagi keduanya.

Sakit memang, ketika telah menemukan orang yang klop, kompak dan nyaman namun tak dapat bersatu. Garisnya hanya sebatas persahabatan. Bukan perkawainan. Terlebih dia adalah sahabat terbaik kita sendiri. Hitam putih-nyapun sudah ada di genggaman. Ya inilah kehidupan yang unpredictable. Tak dapat ditebak. Dengan siapa  kita akan jatuh cinta? Dan siapa  patner solid yang akan menua bersama? Yes, inilah teka teki kehidupan yang menyenangkan, mengasikkan, menegangkan dan membuat penasaran.

Dan inilah bumbu dalam kehidupan yang justru bakalan manis jika kita dengan iklas menerimanya. Ga’ mudah memang, yang perlu dikejar adalah menjadikan takdir sebagai sahabat. Sesuatu itu terjadi lantaran hal tersebut terbaik bagi kita kok. Sekalipun dia menurut kita sudah terbaik. Namun Tuhan menyiapkan ada seorang pangeran yang lebih baik lagi dibanding dia untuk kita. so never give up. Besyukurlah karna pernah diberikan kesempatan Allah untuk melewati kesekian tahun bersamanya, sekalipun tidak untuk menemaninya di sisa umurnya. Tuhan Maha Adil dan Tuhan Maha Tau. Adil,, lantaran ada yang lebih tepat untuk kita. Tau,, lantaran ada orang yang akan jauh membahagiakan kita.

So, kita tak akan pernah mampu mengontrol kita untuk terkesima dan mengagumi lawan jenis, termasuk orang terdekat kita. Dalam kasus ini, mengagumi dari jauh lebih baik. Biarkanlah doa2 ihlas kita yang akan menjadi selimut dalam tidur lelahnya. Biarkan doa2 indah ini menjadi pelipur lara dalam setiap gundahnya dan biarkan doa2 khusyu’ ini yang akan menjadi penerang dalam setiap langkahnya. Terlihat seperti pecundang yang gampang menyerah dan tak percaya diri untuk memperjuangkan cintanya, namun sejatinya bukanlah itu, melainkan kesadaran diri yang menjadi rem utama. Biarkan ia bahagia dengan pilihannya, sekalipun bukan kita yang menjadi sumber kebahagiaanya. Tak lupa, kita juga harus bahagia walau tak dapat memiliknya. Percayalah, sesuatu itu jika belum tertakdir untuk kita, pasti ada saja jalannya untuk mlipir. Begitu juga, ketika suatu hal sudah tertakdir untuk kita, sekalipun kita bentengi untuk menolaknya, pasti ada saja jalannya untuk menghampiri dan menjadi milik kita. And life is so beautiful, so enjoy it!! Baca juga jangan memaksa bila belum jodohenjoy aja bila masih sendiri
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

Rejeki dari Silaturahmi

Entah mengapa dan kenapa aku sangat senang jika bertemu dan ngobrol dengan orang baru. Asyik dan menarik itulah yang kurasakan. Rutinitas terbaruku akhir2 ini, setiap pulang kerja mampir ke sebuah pasar sore di dekat rumah. Awalnya cuma seneng liat sayuran ijo yang segar, bikin cerah pikiran rasanya. Berasa refreshing gitu, lama kelamaan ketagihan lantaran menikmati suasana yang menyenangkan, penjual yang sangat ramah dan efek lagi gandrung masak jadi sekalian prepare bahan buat esok pagi [chef amatiran nih judulnya].

Sore itu membeli parutan kelapa di sebuah pojok  kios di pasar tersebut, singkat kata aku harus menunggu karena antriannya banyak. Setelah lumayan lama, tibalah giliranku untuk dilayani dan ntah dimulai dari mana aku terlibat percakapan dengan si bapak penjual parutan kelapa.  Ngobrol ngalor ngidul dan ada satu kata yang sampek sekarang nancep di pikiranku.  Si bapak bilang: “jangan menargetkan rejekimu mbak, berusaha semaksimal mungkin dan biarlah Allah yang mengatur rejekimu. Ga’ usah banyak teori harus bersedekah bla bla bla, satu hal yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keikhlasan. Karena ikhlas adalah kunci utama dari datangnya rejeki mbak”.

Sebelum ngobrol dengan bapak tersebut, aku sempat ngobrol dengan seorang ibu yang sama2 menunggu parutan kelapa. Ibu menceritakan usaha klepon yang ia rintis 17 tahun silam. Dulu laris dan banyak sekali warung yang ia titipi. Ketika anak2nya membutuhkan biaya sekolah dan keperluan lain yang lumayan banyak, rejeki begitu mengalir deras dari berbagai penjuru, namun ketika anak2 sudah menikah dan kebutuhan sehari sudah mulai ringan, maka rejeki yang diberikan Allah juga menyesuaikan dengan kebutuhannya. “Allah itu maha adil dik, kata belio”.

Itulah mengapa aku sangat senang ngobrol dengan orang baru. Kalau mau cerita ya cerita aja, tanpa memperhatikan yang bersangkutan anak siapa? yang bersangkutan kaya atau tidak? Walaupun teman atau saudaraku sering risih dan nyinyir kalo melihat aku mulai beraksi. Aku reflek melakukan hal tersebut, karena rasanya aneh aja kalau sesama manusia yang sama2 punya mulut kok duduk bersebelahan hanya diem2an. Kalo yang bersangkutan asyik dan menyenangkan mungkin bisa dapat wejangan ataupun sharing yang berarti seperti 2 kisah diatas. Dan ketika ada sebuah pepatah, “jangan melihat siapa yang memberikan ilmu, namun lihatlah ilmu apa yang ia berikan” sungguh nancep dalam pikiranku selama ini. Kita sering menyepelekan dengan penampilan orang, mungkin terlihat si bapak tersebut penampilan kucel, gondrong dan ga’ menarik namun siapa sangka dibalik penampilannya tersebut belio menyimpan pengalaman hidup yang luar biasa, begitu juga dengan ibu si penjual klepon. Jangan memandang siapa? namun memandang apa?. Jangan melihat serta merta bungkusnya, namun rasakanlah dulu isinya.

Namun ga’ semua orang enak diajak ngobrol, karena belum lama ini aku ngalami kejadian yang bikin nelen ludah. Dia adalah Jono, teman kerjaku namun beda divisi dan beda gedung so jarang ketemu dan jarang ngobrol. Terlihat dya sangat pendiam. Kebetulan siang itu, dya datang ke ruanganku bersama teman kami yang sudah sangat familiar. Ada di suatu titik dimana aku dan Jono hanya berdua di ruangan. Sempat lama hanya diem2an dan bikin suasana sangat kaku. Aku berinisiatif basa basi nanyain dya duluan, dengan maksud biar suasana lumer,, ga’ lebih. [masak kenal tapi cuma diem2man]. Ku-tanyalah aslinya mana? jawabnya-pun ga’ mengenakkan. Sebenarnya simpel tinggal bilang Wonosari misalnya. Selesai. Namun dya jawabnya muter2. Ku-tanya sekali lagi [dengan nada yang tetep ramah]. Ku-tanya berapa lama biasanya perjalanan ke kotanya? Dengan nada datar tanpa ekspresi, ia menjawab “ga’ pernah ngitung jam mbak”.

Ohhh betapa sialnya aku siang itu, maksud hati ingin basa-basi biar suasana ga’ kaku malah dapat tanggapan yang sesuatu sekali di hati. Dan ku-putuskan ogah nanya dya lagi deh. Satu hal yang justru ada dalam pikiranku, oh orang ini kagak punya teman banyak dan dya tipikal orang yang ga’ mudah adaptasi. Kenapa?? karena dengan temanku sendiri yang notabennya sama2 cowok, dya juga diem aja, ga’ ada inisiatif untuk bertanya ataupun sekedar memulai pembicaraan.

Pelajaran yang bisa diambil yakni, ketika kita menyambung silaturahmi dengan orang lain, kita akan dapat rejeki otomatis didalamnya. Rejeki yang tidak hanya identik dengan uang tentunya. Rejeki itu dapat berupa macam2, missal: doa, kasih sayang, wejangan, sharing pengalaman, perhatian ataupun bentuk lainnya. Jikalau kita menutup diri dari pergaulan, ya sama saja kita menyempitkan rejeki yang sebenarnya berpihak kepada kita. Baca juga Bentuk rejeki
#semoga bermanfaat dan hidup sehat

smart phone just for smart people

Sebut saja dia Okta. Ibu  muda cantik satu ini sungguh menyenangkan bagi sebagian teman2-nya. Ia sangat vokal di dunia maya. Ia juga sangat suka bercanda, sehingga ngobrol dengan ia bisa jadi sangat menyenangkan. Ia juga tak pelit untuk memberikan kabar dan aktivitas yang sedang ia lakukan. Sesekali dilengkapi dengan capture potonya yang aduhai cantiknya [menurutnya]. Hampir semua aktifitas ia dokumentasikan dan ia bagi ke sahabat2 mayanya. Include kegiatan2 yang ga’ jelas hingga kegiatan yang ga’ sepatutnya di share di sosmed-nya. Lebih dalam lagi mengumpat tetangganya sendiri dengan berbagai macam masalah. Seolah ia sangat terdholimi. Sontan teman2-nya jadi pembela nomor satu tanpa memperhatikan duduk perkara yang sebenarnya.

Ada hal unik ketika belum lama ini ia terkena musibah yang bertubi-tubi. Ia pasang setatus kehilangan kucing seharga 2 juta lantaran ia lupa menutup pintu pagar kontrakannya. Dengan beragam komentar agar yang bersangkutan kuat dan tegar. Beberapa hari berikutnya ia upload foto kaca rumah kontrakannya yang pecah dan puluhan juta raib digondol maling. Sontan orang2 yang ga’ tau kejadian tersebut mendadak tahu ketika membaca postingannya.
Jika ditarik ke sisi yang lain, kita seringkali menyakitkan orang lain dengan tangan kita, dengan jari2 kita ketika mengetik dan terjadilah sebuah setatus. Bagi kita mungkin itu hanyalah umpatan tak berarti, namun bagi orang lain siapa sangka? Tak heran ketika melihat ia di sosmed, orang tersebut mentereng seolah kelas atas. Padahal yang sebenarnya ia juga sama dengan ibu-ibu pada umunya yang hitungan hari berumahtangga. Rumahpun masih ngontrak. Tapi gayanya luar biasa,, istilah orang jawa “nyundul langit”.

Istilah mulutmu adalah harimaumu kin sudah bergeser dengan jempolmu harimaumu. Doa orang2 yang tersakiti akan perbuatan kita sangat manjur loh,, terlebih yang bersangkutan hobi pamer dan merasa paling hebat dibanding dengan temann2nya. Sedih liatnya, kenapa apa2 harus di share agar diakui oleh orang lain? kenapa hobi banget show off akan kekayaan dan kehebatannya?? memang haknya namun kalau kayak gini, yang rugi juga yang bersangkutan kan?

Belum kering dalam ingatan kita ada anak muda asal luar Jogja yang kuliah di Jogja mengumpat tentang Jogja lantaran masalah bensin? Sontan yang bersangkutan jadi bahan bully orang2 yang tidak terima dengan kelakuannya, endingnya ia harus menerima berbagai macam konsekuensi dari perbuatannya.

2 kisah diatas menggambarkan bahwa pentingnya pengendalian diri. Untuk apa?? Teknologi memang memudahkan kita berkomunikasi dengan orang yang jauh, namun selayaknya jangan sampai ada hati yang tersakiti akan setatus di sosmed kita. Yang kita butuhkan rem sebagai alat kendali bagi diri kita untuk mengontrol bagian mana yang memang untuk konsumsi publik ataupun hanya untuk privasi kita saja. Pikir2 dan pilah2 apa yang akan kita share sebelum semua akan menjadi petaka bagi kita.  Jangan sampai setelah kita share  sesuatu, bukannya nambah teman malah ngurangi teman, lantaran mereka ogah dan malas berteman dengan kita [lagi] yang isinya hanya mengumpat mengumpat dan mengumpat.  And smart phone just for smart people. Baca juga Aturan Ta Tertulis di Medsos

#semoga bermanfaat & hidup bahagia

kesempatan itu akan selalu ada

Sebut saja Tito. Anak muda yang pernah tersilaukan fatamorgana dunia. Ia terhipnotis oleh biasnya hingga ia terperosok semakin dalam.  Nasihat orang2 terdekatpun sekedar menjadi angin lalu, begitu juga ketika  ia harus kehilangan orang yang begitu menyanyanginya, tak sedikitpun membuatnya sadar dan jera. Justru semakin parah kelakuannya.  Ia tahu apa yang dilakukannya itu salah, namun ia tak tahu bagaimana keluar dari “dunia barunya”.

Berurusan dengan pihak berwajib sudah hal yang biasa baginya. Cap anak nakal sudah ia genggam. Tak heran sedikit orang yang mau bergaul dengannya. Ada dan tidak dirinya tak berpengaruh di kehidupan sekitarnya. Tak heran ia sering sakit hati lantaran sering  tak dianggap kehadirannya. Dari situlah ia mulai berfikir dan ingin sekali mengakhiri pertualangan hitamnya. Dan kali ini ia benar2  ingin move on. Ia ingin hidup normal senormal-normalnya.

Dan disuatu titik Tuhan melihat kesungguhannya, sedikit demi sedikit ia menemukan pencerahan. Sempat ada kata menyerah namun ia ingin hidup lebih baik lagi. Dengan tekad yang kuat, dorongan dan doa keluarga tercintanya ia mampu percaya diri, terlebih dengan dukungan penuh dari sahabat2nya semakin memantapkan langkahnya untuk meninggalkan “dunia barunya”.

Kini siapa sangka, anak muda bermasa lalu kelam itu menjelma menjadi anak muda dengan segudang inovasi. Memang ia berasal dari keluarga menengah keatas, namun ia enggan menggunakan fasilitas dari orang tuanya. Keinginannya pada dasarnya sangat simple. Ia hanya ingin seperti orang pada umumnya. Keluar rumah pagi, mengenakan hem, celana kain serta bersepatu. Tanpa menunggu waktu lama, Tuhan memberikan kemudahan baginya. Apa yang ia inginkan terwujud dengan segera. Tidak sampai itu saja, ia berniat menmaksimalkan energi dan waktu yang ia punya agar pikiran tidak kemana2, agar tetap berfikiran positif dengan merintis beberapa bisnis baru dan boleh dibilang sukses keras. Dan kini siapa sangka Tito dengan seabrek cerita kelamnya kini menjelma sebagai anak muda yang inspiratif. Decak kagum bahkan cibiran kerap ia dengar tapi tak membuatnya surut langkah. Ia hanya ingin membersihkan hidupnya yang kemarin  sempat ia kotori dan memperbaiki hasil ujian kehidupan yang jeblok. Tak heran jika ia bertemu dengan teman lamanya, jarang yang percaya kalau kini ia tlah berubah dan bermetamorfosis ke arah yang lebih baik.

Dan benar kini ia telah menemukan jalan hidupnya yang semula masih tertutup kabut. Memaafkan atas kelakuan diri sendiri silam adalah pilihan bijak, sebagai pondasi kokoh untuk pijakan dalam menjalani masa depan yang lebih baik. Pastikan kesempatan itu akan selalu adaPelajaran yang diambil:

Setiap orang memiliki masa lalu
Biarlah orang lain menghakimi atau menilai kita  seberapapun, toh yang menjalani kita, yang tau juga hanya kita. Jika kita dinilai jelek, ada 2 kemungkinan:  mungkin memang kita jelek, atau mereka tidak tahu bagaimana yang sebenarnya.
Justru masa lalu yang suram akan membawa individu yang bersangkutan semakin tangguh untuk meyongsong masa depannya. Ia akan lebih survive  dengan kondisi apapun yang akan menghadangnya. Sebaik2 orang adalah orang yang mau belajar dari masa lalu yang getir agar kedepanya semakin lebih baik lagi.

Setiap orang memiliki kesempatan
Ketika niatan tulus sudah ada dalam genggaman, selayaknya kita luruskan niatan tersebut. Skip omongan kanan kiri. Fokuskan pada satu titik, usahakan untuk mewujudkannya dan pasrahkan padaNya.
Seburuk apapun masa lalu seseorang, ia tetap masih memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik kok. Menjadi orang yang lebih  bermanfaat. Menjadi pribadi yang inspiratif.
Terlalu dini jika memutuskan untuk nge-judge jelek lantaran orang tersebut bermasa lalu kelam. Pertanyaannya justru  dibalik, apakah ada jaminan orang yang tidak memilki masa lalu kelam akan baik kedepannya?? Jawabnya tentu tidak,,.
Tak kalah pentingnya, jangan memandang orang dari luar-nya, lihatlah durian!. Dagingnya yang manis serta aroma wanginya membuat orang ketagihan untuk melahapnya, orang-pun tak mempedulikan kalau lezatnya durian itu berbungkus duri yang tajam. Kulit luar ga’ seindah dengan apa yang ada di dalamnya. Jadi kebaikan seseorang tidak bisa disimpulkan dengan melihat kulit luarnya.

Setiap orang  memiliki hak berubah
Pintarlah memilih teman, karena dari teman kita akan menemukan dunia baru, keluarga baru. Jika teman baik maka secara langsung kita akan memiliki dunia dan keluarga baik, begitu juga sebaliknya.
Dan ketika ada orang yang bermasa lalu kelam ingin berubah, selayaknya kita sebagai sesama manusia mendukung penuh niatan tersebut. Jangan memandang negatif dan berprasangka terus menerus terhadapnya. Hargai dan dukung penuh agar kelak yang bersangkuatan tidak akan kembali ke lembah yang sama.  Jika kita mampu mendermakan tenaga kita hingga yang bersangkutan bisa berubah maka hal tersebut akan menjadi amalan baik bagi kita, bukankah sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.?.. Baca juga Maknai di Setiap Jalanmu

#semoga bermanfaan dan hidup sehat

sahabat [dulu dan kini]


Ga’ sengaja buka kamus lama yang dibeli pas jaman sekolah, kaget ngakak dan malu rasanya. Knapa?? karna di sampul depan atau belakang terdapat tulisan alay jaman bahela.
“SAHABAT 4 –EVER: MARNI,SUPRI,YATI”..
bla bla bla..

 Permasalahnnya, kemanakah mereka? Kemanakah orang2 yang disebut sebagai sahabat 4-ever itu? kenangan yang dulu dirasa indah menguap laksana air laut yang terkena panas matahari. Mengapa dikala “masa bersama” habis, maka selesai pula persahabatan diantara mereka.? Kemanakah cerita manis itu?? apakah memudar warnanya lantaran sudah ada pengganti yang baru?

Pernah ada teman berucap “aku ga’ butuh sahabat dikala aku sedih, aku ga’ butuh orang2 untuk menghiburku, dan aku ga’ takut akan hal itu. Yang aku takutkan ketika aku mau senang2 ga’ ada teman yang menemani”. Baginya buat apa berbagi kesusahan kepada orang lain yang notabennya belum tentu  yang bersangkutan tulus mendengarkannya, bisa jadi hanya tak enak. Ataupun tipe muka 2, didepan kita ia empati, namun dibelakang kita ia menetertawakan.?

Berjalannya waktu, perspektif sahabat dulu dan sekarang mulai bergeser. Dulu indikasinya sahabat adalah orang yang selalu ada untuk kita, selalu bersama. Namun perspektif sekarang, sahabat ya orang orang yang mampu memahami kita, ga’ perlu selalu bersama namun yang bersangkutan tahu persis kita. Mau menegur ketika kita berbuat kesalahan serta bijak dalam memberikan saran pendapat. Dan itu yang terjadi pada Jono, Memed dan Siti. Mereka bukanlah sahabat yang selalu bersama setiap saat, namun hubungan emosial diantara mereka begitu dalam. Kini mereka tlah mengejar cita2 masing2. Ribuan jarak membentang diantaranya, Jono di WIT, Memed di WITA dan Siti di WIB namun setiap ada kesempatan mereka menyisihkan hari untuk menggila bersama. Tanpa ada sekat apapun diantara mereka. Jika ditarik lebih dalam, komunikasi diantaranyapun tidaklah rutin, boleh dikatakan mereka jarang berkomunikasi mengingat kegiatan seabrek yang mebelenggu mereka.

Mereka selalu mengenang kenangan yang tlah terbingkai indah dalam hati masing2. Melakukan “ritual” makan bakso di pinggir jalan hingga tengah malam. Sekalipun kantong mereka sudah menebal namun tak ada kata jaim ataupun gengsi makan di pinggir jalan. Bagi mereka ga’ terlalu penting menu apa yang  dimakan dan dimana tempatnya, yang jauh terpenting bagi mereka ialah kebersamaan. Dan itu sungguh manisss.

 Jika dilihat kunci dari hubungan mereka adalah ketulusan. Sekalipun mereka jarang berkomunikasi lantaran kesibukan namun telepati diantaranya begitu kuat. Jika mereka kangen, mereka saling mendoakan, dan itu yang menjadi penguat persahabatan indah itu. Jika raga tak mampu berjumpa, doa yang akan menjaga mereka. Mereka hanya ingin sahabatnya bahagia dan bahagia.

 Ya sahabat bukanlah orang yang selalu ada bersama kita setiap waktu. Bukan orang yang takut kehilangan kita.  Namun sahabat adalah orang yang dengan segenap hatinya mampu mengerti dan memahami kita. Jika diantara kita telah menemukan sahabat, selayaknya dijaga karna persahabat adalah cerminan dari ketulusan. Dan ketulusan adalah rangkaian dari nikmat-Nya. Baca juga Dari Teman Jadi Saudara
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

Hakikat Hidup

Hakikat hidup ini yakni belajar:

Belajar bangkit dari segala keterpurukan. Bangkit dari kegagalan. Bangkit dari rasa malas. Serta bangkit dari rasa tak peduli terhadap sesama.

Belajar melepaskan. Melepaskan masalah yang bergelayut dalam fikiran. Melepaskan harapan kosong yang kadang kita sendiri yang membuatnya. Melepaskan bayangnya yang kini tlah menjadi suami orang.

Belajar mencairkan. Mencairkan dari kebekuan hati. Mencairkan dendam yang merongrong relung kalbu. Serta mencairkan bongkahan kesombongan dan kearoganan.

Belajar sabar. Sabar ketika hasil tak sebanding dengan usaha. Sabar ketika kenyataan tak seindah angan. Dan sabar ketika cinta  tak bersambut dan harus menikmati kesendirian.

Belajar ihlas. Ihlas  menerima kehilangan. Ihlas melepaskan apa yang bukan milik kita. Ihlas melihat ia dengan pilihannya. Serta ihlas menyisipkan namanya dalam setiap lantunan doa.

Belajar memberi. Memberi tanpa mengharapkan imbalan dan pujian. Memberi tanpa modus. Memberi karena kemanusiaan. Serta memberi tanpa tanya bahkan jawaban.

Belajar memafkan. Memaafkan diri sendiri atas keegoisannya. Memaafkan mulut liar mereka yang tanpa disadari yang telah menyayat relung hati terdalam. Baca juga Tidak ada kata terlambat untuk menemukan passion

#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

hidup ala diri sendiri


Hidup yang paling membahagiakan ialah hidup ala diri sendiri tanpa ada bayang2 orang lain. Ya, yang sesuai kemampuan, tanpa harus ada tuntutan untuk menyamakan dengan yang orang lain punya. Seringnya takut di buly ketinggalan jaman alias kudet bisa menjadi latar belakang untuk hidup ala2 orang lain.

Sore itu ada sebuah pesan di hp dari teman lama. Ia kebingungan dan kehabisan akal bagaimana cara untuk mengambil tas milik-nya yang sudah hampir 1 tahun tidak dikembalikan oleh temannya. Setiap kali diminta yang bersangkutan selalu ngeles kayak bajaj, ada saja alasannya. Sangat paham tas tersebut tidak murah, untuk mengikhlaskannya-pun butuh hati yang sangat sangat lapang. Sebelumnya sudah pernah bajunya dipinjam untuk selama2nya, namun dya mencoba melupakannya. Kenapa kebaikanku ini selalu disalahartikan?? Sambungnya. Awalnya yang bersangkutan tidak menceritakan kalo yang dimaksud adalah Tini. Notabennya Tini adalah gadis dengan penampilan diatas rata2, boleh dibilang glamor. Penampilannya ga’ kalah dengan teman sebayanya.

 Boleh dibilang dya paling nyentrik dan paling gahoolJika bergaya glamor tapi yang bersangkutan memang mampu itu bukanlah masalah, sah2 saja karna hal tersebut hak dari yang bersangkutan. Namun jika lantaran hanya ingin terlihat wah dan keren namun merugikan pihak lain itu baru yang tidak tepat. Buat apa demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan tapi kita sendiri merugikan pihak lain.? Kita ga’ boleh-lah jadi orang yang egois. Kalu ingin keren ya berusaha, jangan merepotkan orang lain.

Katakanlah kita baru kuat dan mampunya makan tempe ya disyukuri aja. Ga’ usah takut kalo kita dibilang miskin atau apalah namanya. Ini kan hidup kita jadi yang merasakan enak dan tidaknya ya kita. Orang lain mah sekedar penonton doang. Kalau dari kita takut di buly orang trus kita memaksakan diri dan mengada-ada,, wah kasihan sangat hidupnya karna ga’ akan pernah ada kata puas dan ga’ akan pernah habis keinginannya karena setelah ingin ini dibelakangnya pasti ada kata ingin itu dan selalu begitu.

Hidup sederhana dan sewajarnya itu pilihan kok. Ya pilihan: mungkin di pandang sebalah mata, mungkin tidak “dipuja2”, mungkin jadi makhluk nomer 2 dimata orang2. Disisi lain jika tetap menjalani hidup dengan sederhana dan sesuai kemampuan itu-pun pilihan yang sangat bijak. 2 jempol deh. jadi diri sendiri
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia



Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger