Entradas populares

3 Hal Sepele yang Membahayakan di Jalan Raya

Ada beberapa hal sepele namun bikin ngeri ketika berkendara di jalan raya, bukan lantaran SIM atau STNK ketinggalan lho.. Hal2 sepele yang mampu bikin runyam namun jarang disadari si pengendara kalau hal tersebut akan merugikan dirinya bahkan orang lain [red:pengendara lain].

Maenan hape di jalan
Rasanaya pengen ngomelin orang yang bekendara namun yang bersangkutan sambil mainan hp. Ntah yang bersangkutan orang fenting atau sejenisnya sehingga kalau  ia tak membalas pesan mungkin nilai tukar dolar anjlok, bisa juga ketika pesan tak dibalas ayam2 tetangga mendadak koploan,. Ahhh entahlah! Ato memang yang bersangkutan memang lebay aje kali yee..
Jikalau pesan tersebut memang penting baginya, mbok iya o minggir atau berhenti sebentar untuk membalas pesan penting tersebut. Jangan sampai dengan membalas pesan di tengah2 berkendara, justru akan membahayakan pengendara lainnya. Bukankah jalan itu milik umum?? Yang bersangkutan lupa kali ya kalau  jalan itu bukan milik engkongnya,?
Hal tersebut mampu melatarbelakangi terjadinya emosi akut lantaran yang bersangkutan tidak konsentrasi dengan kendaraan yang ada di depannya. Tak heran jika penyakit darah tinggi bisa kambuh ketika sedang di jalan raya. Kita yang sudah berhati2 saat berkendara saja, sering merasakan ketidaknyamanan akibat   ulah pengendara lain yang kurang paham akan etika di jalan raya. Terlebih orang2 yang memang tak peduli akan keselamatannya. Boro2 mikirin nyawa orang lain, nyawanya sendiri aja dya ga’ peduli.

Rok yang berkibar2
Fashion bertransformasi kian pesat. Modelnyapun kian beragam. Namun ada kengerian tatkala ada pengendara terlebih orang yang diboncengi menggunakan rok yang  berkibar2, herannya lagi mereka cuek2 saja bahkan tanpa megangi rok tersebut. Jika aku ada dibelakangnya malah takut sendiri, ngebayangin bagaimana kalau rok yang berkibar2 tersebut masuk kedalam gir motor dan rok melilitnya. Omonganku tidak hanya sekedar omongan, karna sudah banyak contohnya. Diantaranya adalah adikku sendiri. Belum lama ini pergi dengan adik ke nikahan teman. Dya pake rok yang berkibar2, sebelum berangkatpun sudah aku peringatkan bahwa roknya tolong dipegangi bla bla bla.., tampaknya ia tak mengindahkan omelanku. Dan tarrrrra rok dia masuk ke gir. Alhamdulillahnya aku memacu kendaraan hanya 20 km/jam lantaran di gang kampung. Itupun Begitu susah ngeluarin tu rok dari gir. Ga’ ngebayangin kan apa jadinya jika aku memacu kendaraannya lebih cepat. Hal tersebut terlihat sepele, namun jika kita tidak peka itu akan mengundang bahaya. Model rok yang lebar jika terkena angin otomatis akan berkibar2, jika tidak aware terhadap apa yang kita pakai, maka bahaya akan mengancam.

Benang layangan
Ini barang terlihat sepela namun bikin ngeri aja jika ada di jalan raya. Musim layangan justru membuatku takut jika berkendara. Kenapa? banyak anak2 bahkan dulunya anak2 [red:orang tua] main layangan di pinggir jalan. Tanpa mereka sadari permainannya mengganggu pengguna jalan lainnya,. Banyak benang layangan bersliweran namun kita tak selalu melihat lantaran sangat lembut. Ketika mau memacu kendaraan agak cepat justru akan menjadi bumeang bagi pengendaranya. Karna kita tak pernah tau apakah di depan kita ada benang atau tidak. Parahnya lagi, mereka bermain di sore hari  pas jam pulang kerja. Uuhhhhhh kumat lagi deh darah tingginya..

Memang tak ada aturan tertulis untuk tidak boleh ini dan itu di jalan raya. Harusnya kita sendiri yang punya filter, apakah jika yang bersangkutann melakukan sebuah tindakan akan melukai/membahayakan nyawa dirinya, nyawa pengguna jalan lain atau tidak.? Semua kembali ke masing2 individu, dengan harapan setiap individu lebih aware terhadap hal2 sepele yang justru fatal akibatnya jika kita tidak memperhatikan. Karna aware terhadap keselamatan orang lain include aware terhadap keselamatan dirinya.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..


1 Teladan Lebih Baik daripada 1000 Nasihat

Ngomongin masalah dunia anak memang ga’ ada ujungnya. Selalu seru dan menarik untuk dibahas. Dunia anak memang dunia yang mengasikkan. Tingkah polah mereka bisa menjadi obat mujarap dari ‘sakit’ yang ia [red:orang2 yang melihatnya]  derita.. Anak bak kanvas putih bersih yang dimiliki orang tuanya. Tinggal pilihan bagi orang tua ingin menorehkan warna apa di kanvas tersebut.

Ketika kita selaku orang tua berkarakter cerewet [red: sedikit2 ngomel2] maka dengan sendirinya si anak akan meniru. Suara2 yang sebenarnya ga’ perlu keluar dari mulut orang tua akan menjadikan anak kebal dengan 'omelan' sehingga berefek yang bersangkutan akan susah untuk diatur. Ketika kita slebor menaruh barang2 tidak pada tempatnya, si anak tak segan meniru dan dengan mudahnya membuang barang2 yangga’ ia kehendaki.

Kisah lain datang dari seorang ibu yang sering menyuruh anaknya mengantarkan makanan untuk diberikan kepada tetangganya, lantaran di rumah terdapat makanan lebih. Tanpa disadari hal ini mengajarkan kepada anak sifat sensitif dan peka terhadap lingkungan. Disudut lain, tanpa ada teori2 bahwa kita harus menghargai tamu bla bla bla, ibu memberikan contoh teladan yang akan menjadi bekal anak dikala dewasa., setiap ada teman anaknya datang ke rumah selalu ditawarkan dan disuruhnya untuk makan. Hal ini menghipnotismindset si anak akan pentingnya menghargai tamu.

Orang tua bak cermin bagi anak. Ketika orang tua suka memberi dan berbagi dengan sesama, secara tidak langsung akan mengajarkan kepada si kecil bahwa hidup ini lebih bermanfaat, lebih berkah dan tak lupa lebih bahagia jika kita berbagi. Tanpa dijejali teori2 kehidupan anak akan dengan sendirinya meniru apa yang orang tuanya lakukan. Dan memang bener kata pepatah 1 teladan lebih ampuh dari pada 1000 nasihat. Tanpa ba bi bu, tanpa teori2 panjang dan njlimet si anak akan dengan mudah meniru apa yang kita lakukan.Yaps dengan sebuah keteladan yang tulus dari hatinya
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Sesumbar Itu Tak Ada Gunanya

Ada secuil kisah yang bisa dijadikan perenungan bahwa sejatinya hidup ini perjalanan dari sebuah proses, baru akan berhenti ketika kita sudah berada dalam tempat 2x1 m. Semua proses.., yaps proses. ! ketika ada orang yang tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, bukan berarti hidupnya akan menderita. Bisa kok yang bersangkutan menjadi orang sukses jikalau dalam jiwanya bersemanyam karakter ulet, tidak mudah menyerah dan pandai menggunakan kesempatan yang menghampirinya. Begitu juga dengan orang yang sudah merasa berpendidikan tinggi, dengan gelar yang semakin panjang yang ia sandang, hal tersebut tidak menjamin ia akan bahagia dan sukses jika tidak diiringi oleh meningkatkan skill, semangat, ihtiar serta kepasrahan segenah usaha kepada-Nya. Jangan merasa puas dan bangga dengan apa yang ada di kehidupan kita. Dalam artian jangan merasa cepat diatas angin seolah yang bersangkutan sudah number ONE in this world.

Proses ini yang menggiring Parman menjadi “orang”. Tidak ada yang menyangka kalau Parman yang dulu menjadi bahan lelucon, menjadi sasaran bully teman2nya kini telah berubah menjadi orang yang menghebohkan lantaran perubahan yang ada dirinya. Upppss.. tenang2,!! dya masih berkaki 2 kok, matanya juga masih 2, telinganya juga masih kanan dan kiri, rambutnya-pun masih keriting..J  Perubahan disini yang dimaksud adalah perubahan nasib yang menyelimutinya. Parman menyadari kekurangannya, namun tidak lantas minder. Ia menggali potensi yang menjadi passion di dirinya. Suatu hari ba’da isya’ ia nangkring di angkringan kegemarannya. Selain masakannya enak, penjualnya  tidak pelit jika Parman mau ngutang. Penjual angkringan tersebut tahu betul perjuangan Parman dan sering ia ga’ sampe hati mau nagih jika Parman sudah jatuh tempo utangnya namun belum bayar2 juga.

 Malam itu adalah malam keberuntungan bagi Parman. Ada seorang lelaki setengah baya duduk di samping Parman yang sedang galau akan nasibnya. Ngobrol ngalor ngidul hingga larut malam. Dari banyak orang pembeli hingga tinggal mereka berdua. Awalnya Parman hanya ditawari untuk membantu dya bekerja sebagai agen distributor krecek [red: sejenis kerupuk yang terbuat dari kulit sapi]. Ia ingin mencari orang yang bisa dipercaya untuk mengembangkan sayap usahanya. Ntah intuisi dari mana si Bapak tertohok akan kepribadian Parman yang baik dan jujur. Hingga singkat kata ia menjadi kepercayaan Bapak tersebut untuk menggeluti usahanya. Dan bukan hal mustahil bagi Parman untuk bisa membeli ini dan itu. Tak seperti jaman dahulu yang perlu puluhan tahun untuk bisa merealisasikan banyak mimpi2nya.

Orang yang tak pernah ternilai di mata kawan2nya, kini menjadi orang yang berarti. Fisik kering, kecil, kulit sawo coklat kusam berubah seratus delapan puluh derajat. Tinggi, gagah, putih dan ganteng. Yang masih melekat dan tak berubah yakni rambut keriting dan belibet ketika ngomong. Parman-pun menyadari, perubahan yang ia alami ini tak lepas dari doa tulus dari orang2 yang tulus menyayanginya. Orang2 yang selalu brkata bisa ketika banyak orang yang berkata tak mungkin. Dan hal tersebut menjadikan ia tetaplah Parman yang dulu, walau secara penampilan, fiansial dan jabatan sudah jauh berubah.

Satu hal yang bisa diambil dari kisah Parman ini, ketika hampir semua orang merendahkannya lantaran secara fisik dan financial ia berbeda dengan teman sebayanya, tak lantas ia berkecil hati, tak lantas ia menyerah karna ia masih mempunyai segenggam asa untuk masa depannya. Ia sungguh berjiwa besar dan selalu berfikiran positif bahwa ia akan berhasil jika ia terus menggali potensi yang ia geluti sekalipun ia penuh dengan keterbatasan. Ia selalu mengkomunikasikan apapun dengan-Nya, dan inilah yang menjadikan Parman tetap rendah hati dan rendah hati. Ia tak  sakit hati dan tak menaruh dendam pribadi kepada orang2 yang selalu mencibirnya. Ia meyakini sepenuhnya, hidup ini adalah berproses. Ia bisa menjadi seperti sekarang ini, tidak lain dan tidak bukan ialah kesempatan dan amanah yang diberikan oleh-Nya. Hal inilah yang melatarbelakangi tak ada kamus sombong dan pamer kehebatan dalam hidupnya.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..


Aturan Tak Tertulis di Media Sosial

Disuatu siang  sepulang njagong manten temen sekolah, bersama rombongan mencari sumber air sekedar untuk membasahi kerongkongan yang lumayan kronis lantaran perjalanan antarkota antarprovinsi. Tibalah di sebuah warung es di bawah pohon, ditemani angin yang sumilir membuat kami sangat nyaman untuk bercerita kesana kemari. Diawali dari komentar tentang foto prewed salah seorang teman hingga topik pembahasan meruncing ke seorang terdakwa yakni Tina. Tina tidak lain adalah adik kelas kami. Tidak dapat dielakkan kami semua berteman dengan Tina dimedia social sekalipun kami tidaklah kenal dekat. Permasalahan disini, Tina sungguh over bin lebay menggunggah apapun foto2 dari tempat kerjanya. Dari foto selfi dengan background ruangan kerja barunya, mbenahin listrik, buang sampah, bekal makanan yang ia bawa, hingga foto2 pimpinannya yang ga’ sepatutnya dikonsumsi publik. Yachh  maklum saja dya baru keterima menjadi pegawai.

Di media social juga punya aturan, namun tidak tertulis. Setiap pengguna sebaiknya memahami hak dan kewajibannya layaknya di dunia nyata. Jangan sampai misi hadirnya media social yakni  mendekatkan yang jauh malah berubah menjadi menjauhkan yang sudah dekat. Sungguh ironi sekali.  Jangan sampai hanya lantaran ingin terlihat eksistensinya, terlihat kepandaiannya, terlihat kehebatannya, orang2 muak dengan kita. Perlu kita sadari akan hal ini, orang yang merasa sudah diatas angin mungkin sudah merasa paling well, sejatinya diatas langit masih ada langit. Mungkin yang bersangkutan sudah merasa pintar, tapi siapa sangka jika ada dibelahan dunia lainnya atau mungkin disebelah pitu kosnya ada anak adam yang jauh lebih pintar. Hanya saja yang bersangkutan tidak mau mempublish apa yang sedang dan sudah menimpanya. Prestasi apa saja yang sudah pernah diraihnya. Ia memilih kalem saja,.

Makanan kalau kelebihan garam, jatuhnya juga ga’ akan enak,. Bahkan ga’ akan kemakan lantaran tidak lagi ada selera. Begitu juga minuman yang kebanyakan gulanya, bisa2 eneg dan parahnya bisa menjadi pemicu diabetes. Sama halnya dengan media social. Media social jika digunakan sesuai porsinya akan baik2 saja dan bermanfaat bagi dirinya bahkan sesamanya. Namun jika berlebihan dan tidak sesuai aturannya, tidak dapat dipungkiri mampu menjauhkan hubungan baik yang sudah lama terbina.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..


Penyesalan yang Berarti

Lama ga’ ngobrol dengan teman lama sungguh mengasikkan. Tak ada rasa canggung sekalipun sudah lama ga’ bertemu bahkan tak berkomunikasi.
#Aku baru merasakan paska lulus kuliah, kalau ternyata passion-ku bukan di jurusan kuliah. Aku sungguh tertarik di bidang psikologi yang notabennya ga’ ada hubungannya dengan ilmu perkuliahan. Karakteristik manusia yang unik mengasikkan untuk diteliti dan ditelisik. Berbekal sering menjadi tempat sampah orang2, membuatku tertarik dengan keilmuan ini. Jika dikatakan aku ini salah jurusan memang iya, dan sungguh terlambat yang berkadar kronis. Aku sungguh bersemangat jika menulis hal2 yang berkaitan dengan dunia psikologi. Hal yang tak kutemui jika aku menulis karya ilmiah di bidang perkuliahanku. Harus ada dateline baru ada ide. Andai aku bisa kembali ke 5 tahun yang lalu,.. ahhhh,. [curhat dan keluhku padanya].

Ternyata kita mempunyai kesamaan lagi. Toss kita sama [lagi] ternyata. Aku juga merasakan hal yang serupa. Hal yang konyol ku rasakan. Aku sungguh enjoy menjalani bisnis onlenku. Tak ada beban rasanya menjalankan bisnisku dan aku sunguh bersemangat sekali. Oneday aku ingin sekali mengembangkannya. Dan herannya aku ga’ ada bayangan bakalan bekerja di bidang perkuliahanku [juga]. Dan yang membuat aku menyesal, knapa aku tidak kuliah di jurusan ekonomi bisnis? Oh andai aku bisa memutar waktu. Tapi apa mungkin?? [gumamnya].

Apakah kita salah jurusan? Kenapa penyesalan justru hadir ketika sudah menggenggam sebuah title dibelakang nama yang tersemat di diri kita? kenapa passion ini bermunculan sesudah lulus? kenapa tidak dari dulu? dan seribu pertanyaan lainnya?.. Kita hanya bisa bekelakar menertawai kelucuan yang menimpa kita. lebih tepatnya kekonyolan yang menyapa kita berdua. 

Penyesalan tidak henti2nya menghantui di sebuah keputusan yang kita anggap salah. Mendramatisir penyesalan juga tidak kalah sakitnya, membuat psikologis smakin terguncang lantaran tak mampu meneriman kenyataan yang ada. Hingga ujungnya kita melupakan nikmat yang begitu luar biasa yang telah kita dapat selama ini.

Hidup kadang kita rasa tak adil lantaran apa yang kita inginkan tak selalu hadir dalam hidup kita. Terlebih ketika melihat sisi kanan kiri kita yang dirasa bahagia lantaran mendapatkan ini dan itu. Berbalik dengan apa yang kita rasakan dan apa yang kita dapatkan. Namun ketahuilah, apa yang ada di diri kita adalah sesuatu yang memang terbaik bagi kita. Jika ditarik benang merahnya, ketika merasa salah jurusan kita sesungguhnya harus bersyukur karna kita mempunyai kompetensi dobel. Dobel maksunya? Ya dobel, keilmuan yang kita pelajari di perkuliahan dan ilmu yang kita pelajari secara otodidak yang berdasarkan passion. Jikalau oneday bekerjanya tidak sesuai dengan background pendidikan sepertinya tidaklah mengapa. Kenapa? percayalah itu tak akan rugi. Justru kita akan mempunyai keilmuan2 baru yang mungkin jauh menantang hidup kita dan membuat kita lebih greget lagi dalam menjalaninya.

So,, penyesalan bukanlah sebuah hal buruk. Justru hal yang baik. Dengan menyesal kita akan tahu hal apa yang sebenarnya ingin kita lakukan. Jalan mana yang sebenarnya loe bingitzz. Dan itu justru pertanda baik, kita terindikasi “galau” dengan hidup kita. Kita ingin menghadirikan hal2 terbaik di hidup kita. Karna sejatinya, Tuhan memberikan hal2 terbaik untuk diri kita dengan maksud yang kita sering belum mengetahuinya. Karunia Tuhan tidak hanya berbentuk kebahagiaan saja, melainkan kesedihan bahkan kekecewaan. Dengan kesedihan, Tuhan menginginkan kita menjadi orang yang kuat dan tegar. Begitu juga karunia yang berupa kekecewaan. Tuhan menyelipkan pesan bahwa tak ada satupun hal yang bisa diandalkan kecuali-Nya. Hanya Tuhan yang mempunyai skenario terindah bagi makhluk-Nya. Ketika yang bersangkutan selalu berpikiran positif terhadap ketetapan Tuhan, disitulah letak ketenangan dan ketentraman. 

#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Selagi [masih] Sendiri,, Enjoy Aja

Menjadi jomblo yang tak kunjung menikah  sering  kali menjadi bulan2nan teman2nya. Ada yang tulus dari hatinya prihatin akan keadaan tersebut, namun tak sedikit yang nyi2r iseng yang menjadikan hal tersebut manjadi bahan gossip ataupun bahan  lelucon. Ya namanya juga kehidupan, Tuhan yang nentuin – manusia yang njalanin — orang lain yang ngomentarin.

Sendiri bukan berarti yang bersangkutan sengsara ataupun tak bahagia. Adakalanya yang bersangkutan sengaja memilih sendiri [dulu] yang dilatarbelakangi faktor2 yang menempel di dirinya. Sangat setuju dengan sebuah kutipan. Married isn’t a race. Ya, menikah bukanlah sebuah ajang adu cepet2an. Ini masalah waktu saja. Waktu yang dimiliki satu dengan yang lainnyapun beragam dan berbeda.. so buat apa kita mendebatkan dan ngepoin masalah yang satu ini.?

Ada di sebuah fase dimana yang bersangkutan menjalani hidup merasa dirinya baik2 saja. Bebas mengeksplor apa yang ia kehendaki.  Tidak diribetkan dengan rasa cemburu yang ga’ jelas. Dan yang bersangkutan merasa bahagia dan tenang2 saja lantaran ia tahu apa yang akan dilakukan,  ia meyakini sepenuh hatinya kalau kondisi yang ada dirinya sekarang memang kehendak-Nya. Anehnya orang lain justru kepo yang ga’ jelas yang kadang bikin telinga memerah.

Jika diantara kita termasuk orang yang baik, lebih tepatnya termasuk kategori taman yang baik, sepatutnya kita mendoakan teman kita agar segera ditemukan dengan  jodoh terbaik dan tertepat untuknya. Yang akan menyempurnakan kehidupannya. Ntah apa yang ada di benak mereka yang hobinya ngepoin dan nyi2r terhadap kondisi  temannya yang belum menikah? Apakah  memang mereka sudah merasa hebat? Merasa lebih bahagia? Atau justru melihat teman yang belum menikah itu sebuah kejadian yang memilukan? Ah entahlah..

Berpasangan atau sendiri bukanlah sebuah alat penjamin bahwa yang bersangkutan bahagia. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh keduanya. Bagi yang masih sendiri ga’ usah berkecil hati, besuk jika waktunya bertemu dengan sang jodoh juga bakalan menikah kok. Ga’ mau kan menjalani kehidupan hanya untuk menjawab omongan orang lain? Sedangkan kita tahu, orang lain hanyalah pihak luar yang bisanya cuma ngomentarin. Toh ini hidup kita, yang tau baik buruknya juga hanya kita, jadi ignore saja omongan2 miring mereka daripada bikin hati ga’ karuan.

Orang baik pasti akan diperuntukkan bagi orang yang baik pula. Itu pasti.. so selagi masih sendiri gunakan waktu yang indah ini untuk memaksimalkan hal2 baik dalam arti seluas2nya. Memantaskan diri [dulu], agar nantinya kita pantas mendapatkan orang yang tepat bagi kita yang tak hanya menjadi pasangan hidup namun menjadi patner yang solid dalam mengaruhi indahnya kehidupan berumah tangga.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Rejeki dalam Bentuk yang Berbeda


Disuatu waktu teman yang memiliki keterbatasan penglihatan telepon, dan seperti biasa cerita kesana dan kemari. Singkat kata dia baru menyelesaikan tesisnya dan ingin segera wisuda di beberapa bulan kedepan. Selain itu dia juga nyambi kerja onlen, di sebuah web jual beli onlen sebagai pengecek pengunjung dan menawarkan iklan produk kepada mereka [red:visitors]. Dengan keterbatasan penglihatan, ia berjuang dan berusaha semaksimal mungkin apa yang bisa ia lakukan. Tanpa mengeluh dan mengeluh. Berbeda denganku yang hidupnya seringkali mengeluh.
#Sosok temanku ini menginspirasiku dalam menyelesaikan masalah tanpa keluhan, namun dengan tindakan. Ketenangan yang terpancar dari jiwanya mengajarkanku arti lapang dada, berdamai dengan takdir, tawakal dan tak kenal menyerah. Keterbatasan yang ia alami bukanlah menjadi penghalang baginya untuk menjadi orang yang sukses. Cibiran dan cemooh menempa pribadinya hingga kini menjadi orang yang berprinsip dan mempunyai arah hidup yang bikin orang angkat jempol.
   
    Disudut lain, ada orang yang baik dan perhatian. Dia sepantaran dengan omku tepatnya. Seringkali orang tersebut ngambilin motor kala aku mau pulang sekolah. Bahkan pernah juga sewaktu  pake motor tua, dia nge-slah­  [red:hidupin motor] lalu dikasih ke aku.  Sempat merasa ada yang aneh dengan keadaan ini, lantaran dia sangat baik denganku. Berbeda tatkala perlakuannya dengan teman lain.
#sosok  orang yang sepantaran dengan omku ini mengajarkan aku akan makna gemati atau kasih sayang yang tulus. Dan semakin kesini menyadari, kalau kita gemati dengan orang itu tidak bisa kita tentukan apakah  dengan si anu atau si ini. Namun hati kecil kita dan naluri kitalah yang memilihnya.
    
    Awalnya ga’ sengaja jadi guru les, lantaran dimintain tolong temen untuk menggantikannya. Ya perlahan aku menjalani hingga kini lumayan sudah beberapa “mantan” muridku. Dalam pengajarannyapun aku biasa, bahkan ga’ istimewa. Namun satu hal aku memposisikan diri sebagai temannya. Jadi mereka bebas bertanya apapun diluar pelajaran yang kita pelajari. Malah lebih condong aku sebagai teman sharing-nya.  Tanpa aku memulainya, mereka sudah nerocos dengan unek2 ataupun pertanyaan2 yang ada di benak mereka. Dari masing2 murid beragam karakternya, begitu pula beragam penanganannya. Namun satu hal kesamaan mereka, ketika aku pamit untuk menyudahi les, mereka sedih dan ga’ bisa berkata2. Terlihat dari sorot matanya, ingin nangis namun malu. Kalau boleh meminjam istilah anak muda jaman sekarang, mereka galau. Lantaran ga’ akan ketemu aku lagi. “Ah jangan berlebihan nok sedihnya, walau kita sudah ga’ belajar bareng kamu bisa ke rumahku ataupun sebaliknya kan”, ujarku. Sempat juga dulu selepas aku pamitan untuk menyudahi les lantaran yang bersangkutan sudah mampu belajar sendiri dan mandiri,  ia  sms memastikan apakah aku sudah sampai ke rumah? seraya sms yang berbungkus nada kekhawatiran.
#respon murid2ku mengajarkanku arti ketulusan. Ketulusan yang berasal dari lubuk hati terdalamnya, ga’ dibuat2 pula. Rasa kehilangan muncul lantaran intensitas yang lumayan sering dalam jangka waktu rata2 1 tahun belakangan ini. Mungkin mereka merasakan akan kehilangan sosok kakak tempatnya sharing. Yang ketika sharing ga’ ada malu ataupun takut, ga’ setakut jika sharing dengan keluarganya.
     
    Teringat akhir 2010 silam, dipertemukan dengan anak kelas 1 SD di barak pengungsian letusan Gunung Merapi. Komunikasi dengan anak tersebut dan keluarganyapun sampai sekarang masih terjalin baik., bahkan sangat baik.  Ketika akhir2 ini sering ada berita tentang Merapi ataupun ketika Merapi mengeluarkan letusan2 kecil hingga setatusnya naik menjadi waspada, hati kecil ini juga merasakan kekhawatiran. Ga’ tenang, seolah ada rasa yang tertinggal disana. Ada keluarga disana. Walau kisah pertemuan dengan keluarga mereka, tidak lebih dari 1 jam di posko anak2 di barak pengungsian. Namun komunikasi dan sambutan hangat bahkan sangat hangat dari keluarganya membuatku sangat dihargai. Pertemuan singkat tersebut ternyata mengena bagi anak kelas 1 SD itu.  Ia adalah Ima. Dalam setiap telepon ataupun sms-nya, ia selalu menanyakan kapan aku bisa main kerumahnya lagi? Katanya ia kangen.
#kala melihat Merapi, hati ini gamang. Ingin rasanya terbang kesana, berjumpa dengan keluarga baru-ku. Keluarga yang sangat baiiiiiiik, yang menunggu kehadiranku. Dulu Ima pernah telepon dan berkata, “kak, besuk kalau Merapi meletus [lagi], berarti aku bisa ketemu kakak ya?”
Sungguh kado yang tak ternilai yang Allah berikan untuk-ku. Orang2 yang asing, yang sejatinya kita tak mengenal secara dalam karakter maupun kebiasaannya, namun  sudah menganggap kita yang bukan siapa2-nya menjadi bagian keluarganya dan menanti kehadiran kita, sungguh nikmat yang tak dapat diungkapkan dengan kata.
    
    Kisah2 diatas sebagai upaya diri untuk menghindar dari rasa kufur yang sangat tipis jaraknya. Sedih dan galau berkepanjangan lantaran terlalu fokus dengan tertutupnya 1 pintu rejeki, namun lupa kalau tanpa disadari Tuhan memberikan berbagai macam pintu2 rejeki terbuka  yang diperuntukkan untuk kita. Salah satunya mendapatkan perlakuan sangat baik dari orang2 yang belum mengenal kita secara utuhnya. Nikmat lain yang kadang tanpa kita sadari ketika kehadiran kita dirindukan dan dinantikan oleh orang lain. Kadang kita merasa apa yang dilakukan untuk orang lain hanyalah biasa, sewajarnya saja. Namun tidak sedikit yang beranggapan apa yang kita lakukan adalah luar biasa baginya. Bermanfaat sekali dalam kehidupannya. Hingga tak dapat dipungkiri kita sudah dianggap menjadi bagian dari keluarga besarnya. Subhanallah..
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger