Tidak selalu jatuh itu menyeramkan. Awalnya mungkin sakit dan ngilu namun dari jatuh kita mampu memaknai apa yang disebut bangkit, hati-hati, pelan-pelan, fokus, dan sederet hal positif lainnya. Begitu juga dengan kehidupan. Dicampakkan dan dibuang itu tak selalu nestapa. Awalnya mungkin sakit tapi ketika kita mau menerima takdir ini sebagai hal terbaik di hidup maka dengan sendirinya pikiran positif itu berdatangan.
Kita bisa memaknai kata sepi, terasing dan terpinggirkan dari kata dicampakkan. Hal ini yang akan membawa kita menjadi orang yang lebih bijaksana lagi. Bisa jadi, tanpa dicampakkan kita tak paham hakikat sepi. Sepi yang membawa kita untuk mengenal siapakah diri sesungguhnya? apa tujuan hidup kita selanjutnya? Sepi mengajarkan kita bahwa keramaian itu juga sebuah hal fana yang cepat atau lambat akan pudar. Tak ada hal yang abadi melainkan hal-hal kebaikan yang pernah/sedang/akan kita lakukan. Dari sepi kita juga dapat memahami makna bertarung. Ya bertarung dengan diri sendiri untuk melawan ego. Memilih warna untuk karya di sisa waktu.
Dicampakkan juga mengajarkan makna mendengar. Ketika kita masih dalam keramaian kita mungkin akan lupa bagaimana cara menjadi pendengar yang baik, sebaliknya dalam keadaan "tak bernilai" ini kita akan tau siapa makhluk hidup yang masih sudi membersamai kita. Dan momen inipun mampu memberikan pelajaran bagi kita untuk mendengarkan hal positif maupun negatif yang dapat dijadikan media untuk berbenah. Lagi-lagi kita harus menyadari bahwa kita ini bukan siapa-siapa, hanyalah makhluk kecil yang tak mampu luput dari kesalahan.
Allah begitu baiknya menjadikan kita pribadi yang lebih kuat dan tegar dari kejadian per kejadian yang mampu kita ambil hikmahnya. Tak ada yang kebetulan karena semua sudah masuk dalam skenario-Nya. Tak perlu menampik apa yang sudah menjadi suratan takdir, cukup hadapi-jalani-syukuri-nikmati karena semua ini adalah momen terbaik di hidup kita.