Tulisan ini tidak ada maksud untuk riya' ataupun pamer, hanya sebagai pengingat tujuan hidup untuk apa. Melakukan umroh sendiri tanpa saudara atau tanpa orang yang dikenal sebelumnya lumayan mendebarkan di awalnya, wajar rasanya bila ada kekhawatiran besuk satu kamar dengan siapa? Enak ga orangnya? Satu visi ibadahnya ga temen sekamarnya? dll.
Berjalannya waktu kekhawatiran tersebut terkikis dengan sendirinya manakala Allah memberikan kemudahan melebur dengan jamaah lain. Tanpa di ketahui sebelumnya, tanggal yang dipilih adalah paket umroh keluarga. Kebayang kan isinya?
Dari awal keberangkatanpun Allah sudah memberikan keringanan untuk ngobrol dan membuka perkenalan dengan jamaah lainnya sehingga kesendirian itu tidaklah menjadi hal yang dipusingkan. Sebaliknya justru enjoy karena bisa nemplok ke keluarga A, B, C bahkan Z dan itu sungguh menyenangkan.
Banyak sekali hal yang Allah tunjukkan dalam perjalanan spiritual kali ini. Destinasi pertama ke Madinah. Kota dimana tempat hijrah Rosululloh hingga makam Baginda. Kota ternyaman yang tak mampu terdeskripsi bagaimana gemuruh rasa di dada ketika mengingatnya. Pengalaman satu dengan yang lain bisa jadi berbeda, kedalaman rasapun tak pernah sama. Satu hal yang menjadi kunci utama yakni niatan awal. Sebelum berangkat umroh ada teman yang menasihati, "besuk kalau kamu disana luruskan niat dan perbanyak istighfar". Memang benar adanya nasihat tersebut, karena kelancaran dan kemudahanlah yang didapat. Pikiran hanya berisi ibadah dan ibadah. Perihal duniapun menyingkir dengan sendirinya.
Seperti tulisan diatas bahwa Kota Madinah adalah tempat ternyaman, terdamai dan ternikmat. Ditambah musim kala itu dingin yang aduhai angiiiiiinya sepoi sepoi bikin makin enjoy menjalankan ibadah di Masjid Nabawi. Jarak antara hotel dan Masjid Nabawi kala itu tidaklah jauh, tinggal lurus melewati 2x perempatan maka sudah sampai di pintu 25. Ya pintu gerbang khusus wanita. Tinggal mau memilih mau sholat di dalam masjid atau di pelataran luasnya.
Bertepatan musim liburan akhir tahun diberikan kesempatan merasakan ramainya kota suci ini. Beragam suku, bangsa, bahasa, warna kulit, bentuk hidung, dan gaya pakaianpun mewarnai pengalaman indah ini. Ada hal menarik selama ibadah di Masjid Nabawi, "ya tidak ada rasa sama sekali mempedulikan apa yang dipakai orang lain, mengingat tempat sholat di Masjid Nabawi terpisah antara jamaah pria dan wanita". Fokusnya hanya di ibadah yang dilakukan diri ini. Allah sungguh baik, menghilangkan rasa nyinyir yang bisa jadi ON tiba2 mengingat pakaian satu dengan yang lainnya beda2. Ada yang meyakini sholat harus menutup aurat termasuk kaki, namun disana banyak juga yg tidak memakai kaus kaki bahkan rambut terlihat. Belum lagi gerakan sholat pun ada yang beragam. Namun lagi2 Allah memperlihatkan kuasaNya sehingga tak terlintas untuk nyinyir maupun mbatin seperti kebiasaan di Indonesia. Allah menghujani rasa syukur makin deras. "Kita tidak dimintai pertanggungjawaban atas dosa orang lain, so kenapa harus mengurusinya?"
Setelah 3 hari di Madinah, perjalanan dilanjutkan ke kota Makkah. Seperti postingan sebelumnya di Makkah adalah proses ibadah umroh utama. Tentu pengalaman tak terlupakan menyempurnakan perjalanan spiritual ini seperti yang sudah tertoreh di postingan sebelumnya. Selain itu, memilih hotel yang dekat dengan Masjidil Haram itu sangat dianjurkan supaya lebih mudah dalam menjalankan sholat jamaah. Makkah menyuguhkan pemandangan yang luar biasa. Seluruh umat Islam di dunia tumpah ruah jadi satu di Masjidil Haram terlebih saat waktu sholat. Magicnya semua perniagaan tutup manakala adzan memanggil serta banyak yang menjadikan trotoar sebagai tempat sholat jamaah mengingat toa disana sangat kencang, dari sudut manapun tetap terdengar suara imam Masjidil Haram. Allahuakbar. . .
Siang pertama sholat di Masjidil Haram sangat membekas di ingatan, tidak kebagiaan tempat di dalam alhasil sholat dzuhur pertama di jalan dekat pintu masuk. Entah ada ribuan bahkan jutaan orang yang berjejer sholat di depan pintu masuk itu. Setelahnya terlihat pemandangan yang bikin merinding yang biasa dilihat di TV kini ada di depan mata. Semua berduyun duyun sesuai kebutuhan masing2. Ada yang ingin masuk ke Masjidil Haram, ada yang keluar, ada yang menyebrang dll. Sungguh Allahuakbar. Fenomena yang dilihat yakni setiap orang fokus dengan tujuan hidupnya. Tua muda, sehat berkursi roda, tinggi pendek, gemuk kurus, semua memiliki fokus tujuan ibadah masing2. Sempat terbesit pikiran, apakah di hari akhir seperti ini ya? Ketika semua sibuk dengan amal masing2? Allahua'lam.
Setiap melihat postingan tentang peniadaan sementara sholat jamaah di Masjid Nabawi dan tawaf di Makkah lantaran corona ati ini rasanya hancur dan sedih. Namun karna untuk pertimbangan kemaslahatan maka langkah ini menjadi solusi terbaik untuk saat ini. Pertanyaan yang muncul setelah melakukan perjalanan spiritual bukanlah berapa banyak selfinya, bukan berapa jumlah like dan komen dari setiap update-an statusnya, namun hakikat PR bagi kita yakni setelah ini bagaimana ibadahmu? Apakah tetap rajin, menurun atau malah berlawanan dengan ibadah selama disana? Jawabannya ada di masing2 hati.
Pernah pembimbing umroh datang ke rumah untuk ngantar koper, disitu timbullah pertanyaan.
A: Tadz, apa ciri2 umroh yang mabrur?
U: Duh angel e mbak, yang jelas makin lebih baik ibadahnya ketimbang sebelumnya. Yang paling bisa dilihat itu bagaimana sodaqohnya, bagaimana memperlakukan orang lain? Dari situ kelihatan kok mbak perbandingannya sebelum dan sesudah umroh.
A: Oh gt tadz, kita perlu tau biar bisa menilai diri sendiri sejauh mana keimanan kitanya.
2 pengalaman besar bahkan bisa jadi tamparan dalam langkah ini jika dijadikan dalam satu kalimat akan berbunyi:
"Fokuslah di jalan Allah dengan cara memperbaiki sholatmu, ngajimu, akhlaqmu, muamalahmu serta lupakan lah mengurusi hidup orang lain yang nantinya kita tak akan dimintai pertanggungjawaban terkait baik buruknya serta dosa pahalanya".
Sering mengurusi orang lain menjadikan kita lupa kalau diri inilah yang justru banyak kurangnya.
Terlalu sibuk mencatat kejelekan orang lain menjadikan hamba ini susah melihat kelebihan orang lain.
Kebanyakan mengeluh menjadikan pribadi ini mati rasa akan nikmatnya bersyukur.
Terlalu menghawatirkan penilaian buruk dari orang lain menjadikan hati ini tidak tentram.
Besarnya rasa ingin dipuja menjadikan kita budak dunia dengan segala macam kepalsuan-nya.
Wahai Allah,
Jadikan kami orang yang Engkau ridhoi, Engkau berkahi dan Engkau sukai. Sesungguhnya dunia ini hanya sementara dan akhirat adalah selama2nya. Bimbing kami untuk menjadi manusia yang kaya. Kaya hati yang pandai memaafkan, pandai bersyukur serta selalu merasa cukup. Kaya harta yang mudah berbagi, lunak hati, ringan tangan serta memiliki rasa empati tinggi. Kaya fikiran yang kelak akan bermanfaat bagi sesama, yang selalu optimis dan positive thingking serta selalu menebar kebaikan dimana kita berada. Jauhkan kami dari sifat baqil, tamak, iri, dengki, suudzon, pendendam, kompor meleduk, nyinyir beserta temen2 se-frekuensinya. Aaminn.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia