Entradas populares

hobi meremehkan orang lain adalah ciri orang yang tak bahagia

Hanya karna tidak pernah memposting liburan lantas dianggap cupu. Hanya karna tak pernah posting kulineran dianggap hidupnya ngirit. Hanya karna tak pernah posting kongkow dengan temen2 di tempat yang lagi Hits lantas dikatakan ansos. Eaalaaaaahhhh. ..  .

Pemenuhan kebahagiaan setiap manusia itu beragam. Ada yang memang shopaholic, ada yang bahagia jika berhasil mengeksplor destinasi wisata yang belum banyak dikunjungi orang2 dan ada pula yang sekedar rebahan di teras belakang rumah. Lantas apakah kesemuanya salah? Ga lah yaaa semua bergantung kebutuhan masing2. Yang salah jika merendahkan orang lain karena tak seperti dirinya. 

Apa ya kita tau, mereka yang nyaman dirumah itu justru type orang yang suka quality time? Apa ya kita tau kalau orang sering kena bully ansos ternyata dya justru sudah kemana2 tp tak memposting di medsosnya?  Ah memang kok ya, mulut dan lidah manusia itu tajem. Dan pikiran manusia sering menyimpulkan apa yang sekiranya terlihat diluaran saja.


Apa ga malu tuh, sering menertawakan bahkan menggunjing  temannya hanya karna ia ansos dikarenakan orang tersebut ga suka keluar rumah. Bisa jadi dunia dya ya di rumah itu. Siapa tau dya sudah menemukan tempat ternyaman, suasana hangat, keadaan tentram ditambah keluarga yang support. Ah surga sekali kalo gitu mah.

Nah mereka yang suka menggunjing barangkali memang belum pernah merasakan posisinya yang pada akhirnya hanya bisa ngecap bahwa ia adalah ansos, kuper dan ga gahul seperti dirinya. Suasana bak surga dunia tersebut ga bisa diutarakan  lewat gambar, video, maupun captions. Yang bisa merasakan ya yang bersangkutan. Wajar dong kalau yang bersangkutan ga pernah posting2. Bagi dya cukup lah untuk dirasakan dirinya saja. 

Sekalipun sering diremehkan hal tersebut tak menjadikan orang tersebut down loh, kok bisa ya? Karna meremehkan orang lain sejatinya hanya untuk orang yang rendah, yang hatinya tak utuh, yang jiwanya tak bersih. Ya kalik klo hatinya bersih dya mau ngurusi urusan orang lain. Ya kalik kalo dya orang yang baik mau makan bangkai saudaranya sendiri. 

Dan gimana coba kalo orang yang selalu dianggap rendah itu tetiba ngabari kalau mau melakukan perjalanan spiritual yang ga kaleng2 lagi yakni ke luar negeri. Apa ga malu tuh slama ini nggunjing ini itu,? Mau ditaruh dimana tuh muka? Mau cari celah pembelaan apalagi coba? Ya itulah salah satu menariknya kehidupan, unpredictable. 


Menjadi orang yang diremehkan itu membahagiakan kok, kalau kita itu sehat lahir batin kita pasti hanya akan senyum nyengir plus geli melihat tingkah mereka. Kita sudah menyita waktu mereka karna memikirkan kita dengan segala sudut negatifnya. Sedangkan real yang terjadi jauuuuh dari asumsi mereka. 

Dan aku pernah ada di posisi ini, dan aku ora popo kok diremehne. Sekalipun diawal agak nyesek tapi karna sudah terbiasa diberitain yang enggak enggak jadi lama kelamaan kebal. Satu hal kita tak pernah mampu membuat orang lain beranggapan positif terhadap hidup kita. So enjoy ajaaaa. Berikan senyuman termanis ketika ketemu dengannya. Jika sudah iklas, maka do'akan dya semoga Allah memberikan kebahagiaan untuknya, sesungguhnya orang yang suka meremehkan orang lain adalah ciri orang yang hidupnya tak bahagia. Kasihan kan..., jadi sudah tau kan siapa yang justru dalam keadaan yang mengkhawatirkan? Yaaa keadaan orang yang hobi meremehkan dan merendahkan orang lain. 

hidup yang kamu keluhkan bisa jadi hidup dambaan orang lain

Sering baca tulisan "hidup yang kamu keluhkan bisa jadi hidup dambaan orang lain". Kemarin mikirnya hanya dalam konteks penderitaan saja, tp siang ini pikiran itu meluas. Kita sering dihadapkan dalam situasi tugas luar kota bahkan luar pulau, naik turun kereta api, perjalanan berjam-jam, keluar masuk hotel, boarding pesawat pagi2, mencicipi berbagai kuliner yang secara tidak sadar hal2 indah tersebut menjadikan kita bosan dan jenuh. Ujungnya kufur dan menggerutu capek lah inilah itulah. ..

Taukah kamu?

Bisa jadi pergi luar kota adalah dambaan rekanmu yang belum ada kesempatan. Bisa jadi naik pesawat adalah resolusi sohibmu. Bisa jadi bobok di kamar hotel adalah hal yang dirindukan tetanggamu. Bisa jadi suara khas laju kereta adalah hal yang mendebarkan bagi dirinya. Bisa jadi bisa wisata kuliner dengan kolega adalah dambaan orang yang melihat insta story mu, dst...


Enak ya si anu, tiap hari rapat. Dapat uang transpot, dapat snack bahkan sering kegiatannya di resto yang lagi nge-hits. Sedangkan yang kita rasakan sebaliknya. Yaa bosan. Apalagi jika konsumsinya itu lagi itu lagi. Jika kita sudah mengalami situasi seperti itu segeralah istighfar. Kalau tidak suka  konsumsinya ga usah mencela. Ga usah andai makannya ini itu. Apabila ga suka atau sudah bosen dengan masakannya maka bawa pulang dan berikan ke orang yang membutuhkan. Bisa jadi makan makanan yang ada di dalam kardus berwarna warni dengan logo yang beraneka macam adalah impian besar dalam hidupnya.


Kita sering melupakan nikmat2 yang begitu luar biasa Allah berikan ke kita. Sedangkan di belahan bumi sebelah sana ada orang yang mendambakan menjadi diri kita. Enak ya si anu, tiap bulan luar kota, kulineran, jalan2, dst. ..

Come on sebelum kufur mendarah daging di hidup kita yuk dikit2 koreksi ketika sinyal hati sudah tak menentu. Hati tak pernah berbohong. Yuk syukuri apapun dari hal kecil biar kita hidupnya tidak ngoyo, tidak merana karna hanya akan bahagia apabila mendapatkan sesuatu nikmat yang besar. Darimana kita mampu bahagia jika hal kecil selalu kita remehkan? Darimana kita sanggup merasa cukup kalau dipikiran kita hanya untuk materi yang berlimpah. So, ask your self?

kekinian boleh namun tetep cerdas

Malam itu chatingan dengan temen kuliah yang domilisinya di ibukota. Temen dari semester satu hingga kini, alhamdulillah pokoknya. Mengingat kita ada dalam frekuensi yang sama yakni sudah berada di zona "sejauh inikah aku dengan Tuhan". Tidak mudah menemukan teman yang dapat seirama dalam satu frekuensi mengingat umumnya di umur ini sudah pada sibuk dengan keluarga masing-masing.

Tema bahasan diawali dengan "aku sekarang baru ngeh apa yang kau ceritakan kemarin tentang postingan yang ujungnya dapat menyebabkan penyakit ain, ungkapnya". Di zaman yang sudah sangat kekinian ini, rasanya sosmed sudah menjadi candu sehingga ada dorongan kewajiban untuk membagikan kisah hidup disana dengan tajuk "eksistensi diri".  

Benar eksistensi diri dapat dipercepat dengan cara memposting seluruh kegiatan terkeren, acara terhits, pakaian mahal, tempat nongkrog kekinian atau wisata fenomenal. Ini semua hak masing-masing orang untuk membagikan kisah hidup mereka. Namun ada kejadian 8 tahun silam yang membuat aku punya rem pakem kalau mau memposting sesuatu, auto pikir berkali2 untuk memposting hal yang tidak membuat orang sakit hati. Kenapa sakit hati?

Bermaksud berbagi kebahagiaan, namun tak selalu sejalan
Tahun 2012 diberi kesempatan Allah untuk wisuda lebih dulu dibanding teman-teman seangkatan. Memang dari awal tidak banyak mengumbar ini itu di depan teman-teman karna kondisi teman-teman satu angkatan masih ada yang belum mendapatkan pembimbing, judul ditolak ataupun mentok di metopen. 
Kala itu ada salah satu sosmed yang lagi neg-hits dan dorongan untuk membuat status itu mendadak tinggi. "Apa iya aku tega meng-xpresikan kebahagiaanku atas pencapaian kuliah sedangkan temen-temen bahkan sahabat terdekat bener-bener baru tahap galau?" mengingat skripsi bagi mahasiswa masih menjadi momok besar yang  berasa 154 sks nyatanya hanya 6 sks. 

Hanya sepenggal bagian yang terlihat
Umumnya orang akan memposting segala sesuatu adalah hal terbaik darinya. Ibarat ada 50 foto dengan gaya yang sama pasti akan dipilih satu foto terbaek yang akan diposting. Begitu juga setiap penggal kisah yang kita lihat di sosmed. Bisa jadi rasanya ga sekeren apa yang kita lihat, ada perjuangan untuk mencapai hal tersebut, ada pengorbanan yag harus ia lakukan, ada air mata yang susah ia tahan, ada perih yang ia sembunyikan, ada duka yang harus ia lupakan, ada segenggam tekad yang harus ia sematkan. Selalu ada behind the scene, so masih baper lihat postingan yang hanya sepenggal?


Memilah dan memilih bahan postingan di medsos auto pakem. Kita tidak pernah tau kondisi orang yang membaca postingan kita sedang dalam kondisi seperti apa? alih-alih ingin berbagi kebahagiaan malah ujungnya membuat orang lain kufur. Kok kufur? ya kufur karena merasa hidupnya menderita ga sebahagia postingan kita. Misal "alhamdulillah lancar pedadarannya". Maksud yang nyetatus adalah ungkapan syukur namun bisa jadi itu bak teriris pisau belati bagi orang yang selalu ditolak pengajuan judul sripsinya, dst.

Kufur tersebut berujung terhadap lupa nikmat Allah lainnya. Lupa kalau kita sehat, lupa kalau punya sahabat terbaik, lupa kalau punya keluarga yang always on mendengarkan keluh kesah kita dst. Melupakan ribuan nikmat lantaran satu aspek diberikan slowly. Satu hal yang harus diingat di akhir zaman ini, kita wajib pintar untuk tau hal-hal apa saja yang harus dikonsumsi umum dan pribadi. Kekinian boleh namun tetep cerdas.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia



bersyukur dan menerima takdir

Benar hidup ini bukan hanya tentangmu saja. Ada miliaran orang di sudut sana yang sama-sama sedang berjuang menjalani skenario kehidupan. Semua berjalan dan berproses sesuai ketetapanNya. Jika kemarin-kemarin hidupmu indah, menarik, diatas angin, higienis, anti polusi, tanpa cacat dan anti bau amis maka bersyukurlah. Kamu diberi kesempatan Allah untuk ada diposisi atas, posisi yang bisa jadi angan para duafa. Adakala keadaan nyaman tersebut membuat orang keblinger dan lupa diri. Sifat keangkuhannya muncul dan merasa  posisi tersebut akan selamanya yang berujung mudah merendahkan orang lain. Apa yang tidak sesuai dengan kacamatanya langsung bar-bar kelakuannya. Dan satu diantaranya anda.

Bisa jadi anda hanya lupa bahwa hakikat Allah itu adil. Memberikan segala sesuatu seadil-adilnya. Ketika roda mulai turun kebawah, banyak kekawatiran yang bermunculan dari kita. Rasa yang selama ini nyaman dan semua tercukupi mulai sedikit demi sedikit pindah dari posisinya. Pertanyaannya, apa kabar anda sekarang? Selamat datang di keadaan kami yang keadaannya berlawanan dengan anda kemarin. Situasi dan kondisi yang selalu anda rendahkan dan kecilkan. Apakah kami dendam? tentu tidak. 

Hidup bukan pula tentang dendam, namun hakekat hidup adalah tentang syukur dan penerimaan. Apapun keadaannya bila disyukuri akan tenang dan tentram sekalipun hidup dengan keadaan yang minim fasilitas. Begitu juga sebaliknya. Banyak tidaknya fasilitas tidak bisa dijadikan tolak ukur sedalam apa orang itu bahagia dan tentram. Jika anda diberi kesempatan hidup diposisi enak maka bersyukurlah, bukan malah sesumbar. Sebaliknya jika anda ada diposisi dalam keterbatasan maka bersabarlah dan terus memaksimalkan ihtiar bukan malah merutuki nasib.

Komponen hidup ini salah satunya masa/waktu. Akan ada waktunya untuk bahagia dan adapula waktunya dalam keterbatasan. Selagi diatas jangan sok, jika ada dibawah jangan minder. Semua akan berganti sesuai waktunya. Bagi Allah sangat mudah untuk memutar dan membalikkan waktu seseorang sesuai dengan ke-inginan-Nya. Tugas kita satu namun berliku yakni ihtiar terbaik dengan kesungguhan mengaharap Ridho-Nya. Tugas kita hanya untuk selalu bersyukur dan menerima takdir terbaik versiNya. 

Refleksi diri di umur baru

32 th merupakan umur yg sudah tak lagi remaja. Usia yang tumbuh mendewasa ini membawa jiwa dan raga menguat seirama dengan dinamika kehidupan. Hidup hanya dengan 1 orang tua sejak usia 15th tidaklah mudah. Pasca ditinggal ibuk semua kenyamanan yang dirasakan anak manja ini berubah drastis. Anak manja ini auto harus mandiri dengan 1 pilihan yakni jalani tanpa ada opsi lain.

Berawal dengan kondisi luar biasa tersebut, mulailah terbiasa dengan hal2 yang bisa dibilang tak sama dengan teman sebaya. Teman sebaya masih suka main2 sedang anak ini sudah belajar tanggung jawab. Disaat teman sebaya jajan dan merengek kepada orang tua untuk beli sesuatu untuk sama dengan yang lainnya namun si anak ini justru belajar bekerja. Jangankan untuk mengikuti tren seusianya, ada makanan untuk besuk aja sudah seluar biasa itu bersyukurnya.

Ternyata kejadian per kejadian membawa hikmah mendalam. Ya, mensyukuri sekecil apapun termasuk hal2 yang tak diinginkan. Kita manusia dominan memiliki rasa sok tau yang jatuhnya mendahului takdir Allah. Buruk menurut kita belum tentu menurut Allah, begitu juga sebaliknya.

Nyatanya kini sudah menginjak 17 th hidup tanpa ibuk. Berat pasti namun masih ada yang harus tetap disyukuri yakni memiliki bapak dan keluarga yang solid dan menyayangiku. Tak lupa beberapa teman rasa keluarga yang tulusnya tak mampu dideskripsikan. Up and down tentu sudah dilewati. Dihianati teman dekat, difitnah orang yang selalu dibantu, dinyinyiri orang yang sok tau tentang kehidupan dan hal2 negatif lainnya sudah pernah dilewati. Dan nyatanya pengalaman negatif itu penting karna akan membentuk kita menjadi pribadi yang jauh kuat minimal jadi cermin untuk kita biar ga melakukan hal yang sama seperti mereka.

Tepat usia 32 th beberapa hari yang lalu, Allah mengundang untuk ke RumahNya menikmati magic dan awesomeNya skenario Allah terhadap alam raya ini. Malam pergantian umurpun dilewatkan dalam simpuhan sujud di depan ka'bah. Dinginnya anginlah yang menjadi saksi akan gemuruhnya rasa. Allah begitu dahsyat memberikan jalan bagi setiap hamba yang Ia inginkan dengan ribuan cara. Bagi Allah sangat mudah untuk dapat mengangkat dan merubah nasib seseorang. Sangat sepele bagi Allah untuk memberi reward bagi hamba yang ia pilih. Dan aku merasakannya.

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar,..

Nikmat luar biasa Allah berikan untukku di malam pergantian umur. Menyongsong umur 32 th Allah memberi kesempatan untuk melewatkan momen tersebut di tanah haram. Jauh dari hiruk pikuk dunia. Jauh dari kemunafikan dan kepalsuan manusia. Hanya simpuhan sujud dan lantunan memuji asmaNya yang bisa aku panjatkan. Begitu Maha Agungnya Allah. Sungguh diri ini merasa sangat hina, kecil dan tak ada apa2 nya.

Di usia baru Allah memberikan kesempatan untuk mencharge keimanan dan ketaqwaan. Rasa sok taupun seketika luruh dan berganti rasa pasrah atas skenarioNya yang akan diberikan olehNya. Diberikan kesempatan mengunjungi rumahNya bukanlah perkara kecil. Banyak orang yang bergelimang harta namun masih enggan datang mengunjungiNya begitu juga sebaliknya. Siapapun yang Ia inginkan datang maka Ia akan mudahkan.

Bagiku angan untuk ke Baitullah ada dalam angan sekitar 10th kedepan karna memang dari kantor ada jatah bagi staff yang diurutkan berdasarkan lama bekerja. Nyatanya Allah berkehendak lain. Ia menginginkan diri ini lebih dulu ke rumahNya untuk mengalami perbaikan spiritual. Dan begitu mulus, mudah dan ringan berkat ridhoNya.

Tulisan ini tidak ada maksud untuk riya'. Jauh dari kata ingin dipuji. Tulisan ini sebagai pengingat diri bahwa skenario Allah akan selalu lebih indah. Pengalaman spiritual yang begitu mendalam mengajarkan makna akan bersyukur, rendah hati, optimis, dan pasrah. Roda kehidupan selalu akan berputar sesuai dengan irama yang Ia kehendaki. Satu hal yang bisa dipegang bahwa tak ada duka yang tak terganti dan tak ada suka yang abadi. Semua berganti sesuai dengan waktu ketetapanNya.

Usia 32 th bagi orang umum anaknya sudah memasuki usia SD namun apakabar denganku? Jangankan punya anak, nikah aja belum, apalagi gebetan. Lantas apakah kondisi ini layak untuk di buly? Kondisi ini layak dihakimi? Kondisi ini layak didramatisir? Jawabannya tentu tidak. Setiap orang punya pencapaian sendiri2. Setiap manusia punya chapter dengan segala isi dan permasalahan sendiri. Kita yang hanya melihat cover luar tak selayaknya untuk menjadi hakim. Allah itu maha adil seadil-adilnya adilnya. Melebihkan sesuatu satu hal dan mengurangi di lain hal. Dan ini bukti kesempurnaan Allah, sejatinya yang sempurna hanyalah DiriNya. Jalani apa yang menjadi takdir terbaik di hidup kita, tak perlu mendramatisiri apa yang belum kita punyai. Tak lupa selalu libatkan Allah dalam segala langkah, inshaAllah akan lebih nikmat, mudah, ringan, indah, slow, tenang dan sweet. Thanks to Allah ❤



menghargai diri sendiri

Ketika keluar sejenak dari rutinitas adakalanya menjadi obat dari keruwetan pikiran yang entah berantah wujudnya. Seperti malam ini perjalanan hampir 10 jam dihabiskan di dalam kereta menuju St. Jember. Berkontemplasi menjadi tajuk besar di benak ini.

Hal apa saja yang sudah didapatkan, diraih, direbut, dihilangkan, diupayakan, diperjuangkan...
Hal apa saja yang sudah mencabik hati, mengoyak jiwa, meremas pikiran ...
Hal apa saja yang sudah di sia2kan, dicampakkan, diacuhkan...

Pertanyaannya cuma satu, sejauh mana kita menghargai diri sendiri, me-reward diri sendiri? Kita sering lupa untuk berterimakasih terhadap diri sendiri yang sudah berjuang dan berjibaku untuk mewujudkan impian, cita2 hingga obsesi. Terlalu fokus terhadap apa yg belum dimiliki hanya akan membuat kufur. Belajar lebih peka terhadap hal kecil agar mudah merasakan syukur. Syukur itu mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, serta ketentraman.

Skenario Allah tak ada tandinganya, sayangnya angan sok tau yang melekat dijiwa sering mendominasi. Alih2 merasa tau apa yang terbaik bagi kehidupan nyatanya justru membuat hati hampa dan kecewa. Ternyata dalam hidup kita butuh pedihnya kekecewaan, perihnya penghianatan, cacian, makian, kegagalan, tersingkir, terpinggirkan dan terabaikan. Semua rasa pahit itu akan menempa kita untuk lebih sayang, menghargai, peka, bijaksana, dan peduli. Ketika masalah datang, sugestikan diri bahwa ini adalah kado terbaik untuk pembelajaran, menempa kehidupan, memperkokoh mental dan menguatkan asa.

Disia2kan orang yang selama ini pekerjaannya sudah kita backup itu menyakitkan. Terlebih mengetahui bahwa ybs justru dalang dari huru hara karna ybs selalu berprasangka buruk. Pernah baca di postingan pakar psikologi di instagram, orang yang selalu berprasangka buruk sejatinya cerminan karakter orang tersebut. Menghadapi orang semacamnya tidak bisa dengan pembelaan ataupun penjelasan mengingat ia tetap akan stay terhadap pikirannya sendiri dan pikiran buruk itu semakin jadi2 di otaknya.

Diremehkan orang itu ternyata membahagiakan. Membahagiakan karena kita diberi kesempatan untuk belajar konsep kehidupan. Setiap orang punya waktu dan kuota. Ada waktu untuk sedih, kecewa, merana dan ada pula waktu untuk bangkit, optimis dan bahagia. Jika yang terlihat casingnya dya orang yang gigih, pantang menyerah, serius dan fokus bisa jadi ini bagian dari titik puncak ketika ia tak pernah dihargai. Bukan untuk membuktikan ke semua orang bahwa anggapan orang2 salah namun secara alamiah ada dorongan untuk menjadi lebih baik. 

Stop meremehkan orang lain hanya karena pakaiannya mbahringgo (kumbah garing dinggo), hanya karena tidak memiliki kebendaan seperti yang selalu kita elu2kan, hanya karena ybs memilih hidup sederhana. Kita tak akan pernah tau rencana apa yang sedang ia rancang, masa depan seperti apa yang sedang ia ciptakan. Mulailah belajar menghargai perbedaan, biarlah ybs dengan stlye ybs sendiri. Belum tentu kita lebih baik kan? Ga lucu kan ya tetiba orang yang selalu kita pandang remeh adalah orang yang jauh lebih baik di segala hal namun ia lebih nyaman menjadi dirinya. Sedangkan kita apa kabar? orang yang selalu takut dianggap jelek oleh orang lain so ujungnya menghalalkan segala cara biar terlihat eksis dan good looking

Ada beberapa tipe orang yang dengan diremehkan ybs down diawalnya namun mampu bangkit dan mengubah down tersebut menjadi semangat perbaikan diri. Bahaya ga tuh? Kita udah sibuk ngrendahin orang biar ga bisa maju dan sukses namun sama orang tersebut malah dijadikan pemantik api semangat untuk bisa maksimal menyelesaikan apa yang sedang ia hadapi. Rasa ingin membuktikan bahwa ybs tak serendah itu kadang malah ga ada, yang ada tetiba semangat, optimis on fire gitu. Hasil nomer kesekian yang penting usaha maksimal. Semakin direndahin semakin semangat aja to do the best. Dan tipe semacamnya aku salah satunya.

That's why aku selalu bersyukur ketika direndakan, disepelekan, dan di-ndas2i. Makasih loh ya kalian justru memberikan energi tambahan untuk memperlancar apa yang akan aku lakukan. Salah sasaran jika maksudmu biar aku down nyatanya umpatan2 itu justru jadi pelicin jalanku. Bila orang lain bisa kamu perlakukan seperti itu, tak terkecuali aku. Bedanya sumpah serapah yang dikeluar dari mulut kalian itu aku terima dan jadi doa terbaik untukku. Sekali lagi makasih yaaa...

#semoga bermanfaat & hidup bahagia

berbuat, berbicara, berpikiran dan berdoa yang baik

Baru ngeh terhadap postingan yang lalu lalang di instagram terkait sikap untuk tidak membalas keburukan orang lain.

"Bukan karena aku benci, namun aku tak lagi peduli"

Diaaaaar. Ketika ketulusan disia2kan. Ketika omongan diputarbalikkan. Ketika mudah menyimpulkan. Ketika mudah mengkambinghitamkan. Ketika sulit instospeksi dan ketika yang lainnya sudah ada dalam tahap kulminasi maka idem cuplikan kalimat diatas. Pun monggo, sak jungkir jepalikmu kulo mboten peduli, mboten urusan, mboten selera, mboten tertarik.

Bisa jadi menyimpulkan sikap kita berubah? Iya berubah tak peduli. Nyatanya bersikap cuek itu obat mujarap bagi kestabilan jiwa ketika menghadapi orang yang "sempurna".

Kita berhak bahagia dengan cara kita, termasuk tak mempedulikan orang yang selalu merasa sempurna. Bukan berarti membenci. Tak ada rasa benci karna space di hati sudah penuh dengan perasaan datar, hambar, dan tak ada gairah untuk membicarakannya.

Sampai ke ujung duniapun kita tak mampu selalu dipandang baik. Pun dengan circle pertemanan yang paling dekat. Kalau yang dijadikan patokan adalah penilaian orang sama saja kita sedang berproses menjadi orang gila. Kenapa? Karna dikit2 resah bila orang lain menilai jelek.

Tetaplah berbuat baik, berbicara baik, berpikiran baik dan berdoa yang baik karena semua kebaikan yang telah dilakukan akan kembali ke kita sekalipun banyak orang yang tak mampu mengerti makna kebaikan yang kita lakukan. Kebaikan itu tau kok kemana harus pulang dan kepada siapa ia harus menetap. Hidup ini hanya ada 2 pilihan yakni tetap berbuat baik atau penyesalan. So pilihan itu hanya ada di hati anda.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger