Berharap kepada makhluk memang menyengsarakan. Kecewa dan pilu yang didapat. Tepat dibulan ini ditahun lalu, disentil Allah melalui tragedi memilukan yang aduhai menggetarkan jiwa raga. Keiklasan selama ini yang bersemanyam dalam jiwa dipertanyakan seberapa murninya.
Orang yang selama ini pekerjaannya di backup dengan susah payah ternyata dibelakang uwe ngomongnya luwarbiasa. Awalnya g ambil pusing, tp lama kelamaan rasa tak terima menyeruat. Ya karna nila setitik rusak susu sebelanga.
Bukankah manusia adalah orang yang memang sepaket dengan kesalahan? Kesalahan bukanlah kriminal, bukanlah pembunuhan, bukanlah korupsi namun miskomunikasi dan peng-entrepetasian yang berbeda. Capek rasanya berhadapan dengan orang2 yang selalu menyimpulkan apapun sesuai versinya dan menjadi kompor. Ujungnya konflik yang tak berujung. Apapun permasalahan yang muncul jika dirunut ujungnya sama, suudzon.
Sebuah nilai keiklasanku yg dipertanyakan mengingat rasa tidak terima terhadap perlakuan mereka. Ekspektasi sebelumnya jika uwe berbuat baik dengan mengerjakan pekerjaannya akan dibalas dengan kebaikan pula dikemudian hari, istilahnya gentian. Nyatanya zonk.... Berita miringpun sudah mencuat kemana2 hingga ke orang yang ga kenal uwe namun bisa menyimpulkan uwe seperti apa buruknya. Jika bertemu dengan uwe pun mereka ga bakal tau kalo yang dimaksud adalah uwe. Karna kita memang beda lokasi namun berita tentang uwe yang ga ada relevansi dengan mereka sudah kemana2.
Awalnya syok namun ujungnya pasrah. Uwe tak mampu menolak umpatan negatif, sanjungan, pujian bahkan hinaan sekalipun. Setiap manusia berhak kok ngomongin apapun tentang diri kita. Kita juga berhak tak menganggap mereka ada.
Bulan ini ditahun lalu menjadi titik sejarah perbaikan spiritual khususnya bagi uwe. Banyak hal2 yang harus uwe perbaiki termasuk karakter uwe yang over thingking.
Ga tau kenapa bila ketemu dengan mereka tetiba punya rem. Ga pingin lagi basa bagi. Cukup bagi uwe sebatas jabat tangan.
Mereka mengajarkan uwe untuk menjadi orang yang luas pemikirannya. Positif sudut pandangnya dan pemaaf. Sampai ujung duniapun kita pasti akan melakukan kesalahan baik disengaja maupun tidak.
Jika anda manusia kenapa anda merasa dewa yang tak pernah salah? Jika anda hanya manusia biasa mengapa anda bak malaikat yang mencatat semua kejelekan uwe?
Rasa sedih, kecewa, marah, emosi dan tak terima menjadi satu. Ingin rasanya meluapkan semua namun buat apa? Apa bedanya uwe dengan mereka. Mencoba menerima dan meniadakan keberadaan mereka akan jauh lebih penting. Hal konyol yang terjadi adalah kita manusia makhluk sosial yang saling membutuhkan, so malu kaliii setelah umpatan2 negatif dilontarkan ke setiap penjuru namun ujungnya butuh bantuan uwe. Naudzubillah
Pelajaran berharga ditahun lalu bahwasanya, kita hanyalah manusia biasa yang lekat dengan kesalahan. Bila salah mohon dimaafkan. Bila keliru mohon dibetulkan. Bila tak tepat mohon diperbaiki. Sejatinya kita tak mampu hidup sendiri dan sangat tergantung dengan orang lain.
Kurangilah rasa juwamamu. Banyak orang milyader memilih tampil cool dan biasah aja. Banyak orang yang jauh diatas rata2 dari anak2mu namun mereka ga ingin terlihat menonjol. Buanyak anak yang berhasil membanggakan orang tuanya dengan prestasi2 yang ditorehkan namun tetep rendah hati. Lantas anda diposisi mana?