Disuatu senja sepulang kerja mampirlah ke sebuah angkringan dengan maksud beli gorengan kegemaran. Berhubung sudah sangat dekat dengan penjualnya maka obrolan ngelantur kemana2 hingga menyangkut perjuangan hidup si penjual yang baginya sangat berat, namun dy justru mesyukuri keadaan dahulu karena tempaan yang berat ia memiliki bekal untuk berkehidupan disaat ini, saking beratnya hidupnya dulu, ia menceritakan bahwa berlebaran dengan baju baru aja bagaikan pungguk merindukan bulan. Yaa,. setiap insan satu dengan yang lainnya memang memiliki jalan hidupnya sendiri2, baik rejekinya, jodohnya, maupun ajalnya.
Si Afa,.
Lahir dari keluarga terpandang, berpendidikan, kaya, harmonis, religius dan sederet hal2 positif yang ada dilingkungannya. Secara finansial ia tak pernah merasakan kekurangan justru malah berlebih. Ia bosan dengan sederet apa yang ia miliki, ibarat kata tak ada greget di kehidupannya. Baru mbatin saja apa yang ia impikan sudah ada di depan mata. Beranjak dewasa ia merasakan hampa dan kosong karena ia merindukan perhatian sosok orang tua secara fisik. Maklum orang tua Afa pebisnis ulung yang hari demi hari sibuk untuk mengembangkan usahanya. Semisal Afa komplain jawaban orang tuanya sudah pasti "ini demi kamu".
Lahir dari keluarga terpandang, berpendidikan, kaya, harmonis, religius dan sederet hal2 positif yang ada dilingkungannya. Secara finansial ia tak pernah merasakan kekurangan justru malah berlebih. Ia bosan dengan sederet apa yang ia miliki, ibarat kata tak ada greget di kehidupannya. Baru mbatin saja apa yang ia impikan sudah ada di depan mata. Beranjak dewasa ia merasakan hampa dan kosong karena ia merindukan perhatian sosok orang tua secara fisik. Maklum orang tua Afa pebisnis ulung yang hari demi hari sibuk untuk mengembangkan usahanya. Semisal Afa komplain jawaban orang tuanya sudah pasti "ini demi kamu".
Si Aba
Ga jauh beda dengan Afa, Aba lahir dari keluarga berada dan pendidikan. Kehidupannnya nyaris sempurna baik finasial maupun kasih sayang. Lingkungan membentuk ia menjadi insan yang menghendaki kesempuranaan dan sangat mudah menganggap orang lain rendah dan bodoh. Maklum ia mengkur kaki orang lain dengan ukuran sepatunya yang tak pernah mengenal kata susah. Empatinya terhadap orang lain tumpul. Bila tak sesuai dengan seleranya dengan mudahnya menghakimi tanpa pikir panjang dampak baik buruknya, alhasil buanyak banget orang yang benci hanya saja mereka memilih diam dan mengalah.
Si Aca
Terlahir dari keluarga utuh, berpendidikan dan religius menjadikan dya anak yang patuh nan baik. Stlye yang ia gunakan sederhana namun mampu menampilkan aura positifnya. Dya dianugrahi kemampuan otak yang encer. Hebatnya adalah sekalipun ia anak orang berada, otak lumayan pintar namun ia tak puas diri. Ia memilih untuk nyambi kerja di sela2 waktu kuliahnya, sambil nyari pengalaman katanya. Pengalaman kerjanyapun membentuknya menjadi orang yang bertanggungjawab dan tanggap terhadap lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuannya. Ia adalah bukti kesuksesan orang tua dalam mendidik seorang anak yang tidak hanya pintar secara akademis namun pandai dalam bersosialisasi.
Si Aga
Kalau dilihat dari strata sosial dya tidak seberuntung Afa, Aba dan Aca. Terlahir dari orang tua yang sangat sederhana menjadikan ia anak yang memaknai hidup slow dan tidak ngoyo. Diperjalanan ia beranjak dewasa salah satu orang tuanya meninggal dan inilah titik awal untuk memulai perjalanan yang sungguh tidak mudah. Ia mencoba berdamai dengan keadaan dirinya sebagai anak yang hanya memiliki single parent. Ia berjibaku dengan kerinduan sosok Ibunya dalam setiap langkahnya namun ia bergegas untuk segera bangun karna nasi yang ia tanak gosong. Ibarat pohon yang setiap hari diterpa angin, mau ga mau ia terbentuk oleh keadaan untuk memiliki akar yang kuat dan kokoh. Sesekali tumbang namun karna akarnya masih tertancap kokoh jadi masih tetep bisa tumbuh [lagi].
Kalau dilihat dari strata sosial dya tidak seberuntung Afa, Aba dan Aca. Terlahir dari orang tua yang sangat sederhana menjadikan ia anak yang memaknai hidup slow dan tidak ngoyo. Diperjalanan ia beranjak dewasa salah satu orang tuanya meninggal dan inilah titik awal untuk memulai perjalanan yang sungguh tidak mudah. Ia mencoba berdamai dengan keadaan dirinya sebagai anak yang hanya memiliki single parent. Ia berjibaku dengan kerinduan sosok Ibunya dalam setiap langkahnya namun ia bergegas untuk segera bangun karna nasi yang ia tanak gosong. Ibarat pohon yang setiap hari diterpa angin, mau ga mau ia terbentuk oleh keadaan untuk memiliki akar yang kuat dan kokoh. Sesekali tumbang namun karna akarnya masih tertancap kokoh jadi masih tetep bisa tumbuh [lagi].
Keempat orang tersebut sudah beranjak mendewasa, satu dengan yang lainnya pun memiliki kisah asmara, kisah karier dan kisah religiusan yang berbeda2 pula. Kehidupan yang mereka miliki tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lainnya karena mereka memiliki jalan dan porsi yang berbeda. Allah itu luwar biasa baiknya dan Allah itu adil sekali memberikan "kado" dibalik setiap "ihtiar" hambaNya. Memberikan reward bagi hamba yang lebih keras usahanya. Memberikan cobaan sesuai dengan kapasitas hambanya pula. Jika diwaktu muda Aga paling menyedihkan kehidupannya dibandingkan dengan ketiga sahabatnya dan jika kini ia lebih sukses semata2 ini karuniaNya. Tempaan setiap hari, air mata yang setia menemani di setiap perjalanan hidupnya serta tingkat kepasrahan yang tinggi terhadap skenario terbaikNya menggirng Aga menjadi kepribadian yang humble dan apa adanya. Segala sesuatu sudah ada dalam skenario terdahsyatNya. Kita sebagai hamba diperintahkan ihtiar dan berdoa, selebihnya kita kembalikan padaNya.
Jika ada yang bilang esok adalah rahasia ada benarnya juga kali ya. Sebegitu serunya hidup yang kita jalani ini, teka teki setiap detik menyibak rahasia yang bergulir sesuai arahNya. Kita wajib mensuyukuri keadaan kita dan wajib berdamai dengan kondisi diri kita. Stop membandigkan hidup kita dengan hidup orang lain. Mung wang sinawang ges,. Semua hanyalah ilusi optik mata dan pikiran kita saja. Biar hidup tentrem lan ayem sebaiknya menjalani kehidupan sesuai dengan kadar kemampuan dari diri kita tanpa memaksakan untuk selalu dianggap hits di lingkungan sekitar. Tolak ukur hidup ayem lan tentrem hanyalah di diri kita kok ya, kita ga tau kan orang yang kita lihat keren itu usaha maupun ihtiar seberapa keras? halllo kita gimana? malas2an tapi pingin seperti mereka? wake up ndro,.
Jalanilah hidup versi terbaik kita! Belum tentu kita mampu sekuat Aga yang sedari kecil ditinggal Ibunya. Belum tentu pula kita mampu bertahan seperti Afa yang bergelimpangan harta namun tidak ada kash sayang dari orang tuanya, dst. Ketika kita memimpikan kehidupan orang lain, sejatinya kita hanya tidak tau saja bagaimana jibakunya mereka dalam menjalani kehidupan. Orang yang terlihat tenang di luar, belum tentu aslinya demikian. Hanya saja ia pandai2 menyembunyikan segala gundah, iapun paham kemana ia harus mengadu dan berserah.