A: hidupmu mah enak!! (dengan ekspresi bete cenderung kesal dengan nasibnya)
B: maksudnya?
A: golonganmu kan X!! (dengan ekspresi jengkel lantaran yang bersangkutan tak kunjung naik pangkat)
B: nyengir....
Percakapan diatas sudah biasa terdengar di telinga, ketika posisi kita yang NAMPAK terlihat lebih beruntung dari pada lawan bicara. Sekalipun rasa keberuntungan itu relatif. Kita dalam kondisi sulitpun masih bisa kok merasakan keberuntungan. Yaa beruntung merasakan kesempitan yang kelak sebagai pondasi dalam bertingkah laku ketika fasenya berbalik. Kita tak pernah tau cobaan apa yang dihadapi lawan bicara, yang kita anggap beruntung. Kita tak pernah tau sekeras apa yang bersangkutan berusaha untuk survive. Kita ga tau persis bagaimana ia memutar otak untuk mencari cara agar kuat dan tidak lemah, dst.. Yang kita tau dia beruntung dan bahagia. Terlebih jika bandingannya adalah orang2 yang masih single yang dianggap belum mempunyai kebutuhan banyak.
Percakapan diatas sudah biasa terdengar di telinga, ketika posisi kita yang NAMPAK terlihat lebih beruntung dari pada lawan bicara. Sekalipun rasa keberuntungan itu relatif. Kita dalam kondisi sulitpun masih bisa kok merasakan keberuntungan. Yaa beruntung merasakan kesempitan yang kelak sebagai pondasi dalam bertingkah laku ketika fasenya berbalik. Kita tak pernah tau cobaan apa yang dihadapi lawan bicara, yang kita anggap beruntung. Kita tak pernah tau sekeras apa yang bersangkutan berusaha untuk survive. Kita ga tau persis bagaimana ia memutar otak untuk mencari cara agar kuat dan tidak lemah, dst.. Yang kita tau dia beruntung dan bahagia. Terlebih jika bandingannya adalah orang2 yang masih single yang dianggap belum mempunyai kebutuhan banyak.
Nyatanya, orang yang dianggap tenang dan ayem, belum tentu 100% sama dengan bayangan kita loh. Hanya saja yang bersangkutan pandai sandiwara. Sandiwara apakah?? Ya sandiwara melawan dirinya sendiri, bahwasanya yang bersangkutan tidak selemah itu dalam menghadapi cobaan, tidak serapuh itu dalam terpaan, tidak se-enteng itu untuk dikalahkan, dst. Pernahkah kita berfikir, orang yang terlihat tenang adalah orang yang pandai. Pandai menempatkan diri. Tidak sedikit2 mengeluh. Yang bersangkutan sadar sepenuhnya, dirinya bukanlah seorang artis yang kehidupannya untuk konsumsi publik. Dan terlihat jelas, dirinya tenang dan seolah tidak pernah ada masalah. Yang ada bahagia dan bahagia.
Pancaran pendapat orang2 tersebut justru yang ia amini. Yang akan menemaninya dalam setiap langkah. Namanya juga orang, yang hanya bisa melihat apapun dari luar. Didoakan baik, amini saja! Bukankah semakin sering orang mendoakan maka akan semakin cepat terkabul? Yaps gitu aja dah..