Entradas populares

4 cara menghadapai orang yang suka seenaknya di kerjaan

Dalam bekerja kita tidak dapat bersikap egois lantaran kita bersinggungan dengan hajat orang banyak, dengan kepentingan umum yang mana ada rule2 yang mewajibkan untuk berkompromi agar nantinya tidak saling merugikan. Terlebih kerjaan kita adalah kerja tim. Kerja yang terdiri dari beberapa orang yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan erat. Ibarat sebuah mesin akan berjalan dan menghasilkan sebuah produk yang berkualitas jika semua komponen terdeteksi OK. 

Namun tak sedikit tipe orang yang seenak udelnya dalam bekerja. Minimnya pengawasan menjadikan jalan tol bagi yang bersangkutan untuk semaunya dan sesukanya. Yaa egois, tidak mau instrospeksi diri dan jika diingatkan maka akan emosi dan balik menyerang yang mengingatkan, padahal jelas2 salah. Capek pasti jika  berhadapan dengan orang yang memiliki tipe seperti itu, lantas sikap apa yang hendak ada untuk menghadapai orang yang suka seenaknya di kerjaan?

Tetep baik dengan si orang yang dimaksud
Kita yang dirugikan kok kita harus tetep baik? ga salah tuh? jawabnya enggak pernah ada kata salah. Berlakulah sebaik mungkin, singkirkan jauh2 rasa gondok yang kian meninggi lantaran ulah orang tersebut tak kunjung membaik. Namun sering juga dengan perlakuan baik tersebut justru yang bersangkutan tetep seenaknya. Kalau yang bersangkutan normal pikirannya, maka yang bersangkutan akan risi dan ga enak hati jika terus2an melakukan kecurangan dalam bekerja, namun jika yang terjadi sebaliknya pertanda ada yang gesrek di pola pikirnya.

Ngomong baik2
Tidak bisa dipungkiri banyak orang yang lemah terhadap makanan. Sesekali kita membawa makanan untuk yang bersangkutan tidak ada salahnya. Setelah keadaan mencair tancapkan inti yang kita maksud. Katakanlah sejujurnya apa yang menjadi ganjelan kita. Mencari solusi bagaimana caranya agar sama2 enak dan tidak ada satu pihak yang dirugikan akibat kelakuan curangnya.

Saling pengertian
Setiap orang pasti memeiliki kepentingan selain bekerja, entah uruasan anak ataupun sejenisnya. Namun apakah pas jika kita terus2an meninggalkan kerjaan utama dan menjatuhkan semua beban ke patner kerjanya? apa ga malu tuuh ma ayam? okeylah jika urusan keluarga mungkin bisa ditolerir namun jika terus2an urusan yang jauh dari urusan keluarga apakah ada orang yang kuat menjadi patner kerjanya? Dengan alasan ngurus ini dan itu seolah tak ada orang yang mampu melakukannya. Satu dua kali mungkin alasan konyol mampu diterima akal sehat, namun jangan tanya jika kesekian kali alasan konyol tersebut sampai ketelinga patner kerjamu yang bersangkutan akan percaya. Yang ada hanya ketawa, meskipun tak terlihat. Namanya patner kerja, yang bersangkutan paham dan tau batas kemampuanmu. Jadi ga usah berdalih dengan alasan yang tak masuk akal jika yang bersangkutan akan kehilangan respek terhadapmu. Andaikan yang bersangkutan pengertian tidak terus2an meninggalkan pekerjaan, maka patner kerja juga bakalan paham kok. Karna sejatinya setiap manusia memiliki kepentingan.

Tanamkan respect terhadapnya
Ga yakin deh jika terus2an meninggalkan kerjaan, hubungan harmonis akan tercipta di kerjaan? Jika sudah mulai rasa ga karuan yang mana lebih cenderung ke ilfeel, maka segeralah tanamkan sikap respect kepadanya. Bagaimanapun dia adalah sosok pejuang bagi kehidupan keluarganya. Ingin mencukupi kebutuhan keluarganya sekalipun dengan cara yang salah. Dengan sikap respect maka kita akan terhindar dari sikap benci. Sekalipun setiap yang bersangkutan pamit untuk ini dan itu hambar rasanya. 
Allah memberikan banyak jalan kepada kita untuk menjemput rejeki. Jika kita tidak pandai bersyukur maka kita hanya akan merasa kurang dan kurang. Kalau ditanya pasti kurang karena kebutuhan manusia tidak akan pernah habis terlebih di zaman yang hedonis ini. Lantas apa kuncinya? Yaa kuncinya tidak lain tidak bukan yakni bersyukur seberapapun rejeki yang diberikan Allah. Bukankah sudah dijelaskan bahwasanya ketika kita mensyukuri nikmat Allah maka Allah akan melipatgandakan nikmat tersebut? begitu juga sebaliknya akan diberikan azab yang pedih jika kita tak pandai mensyukuri nikmat dan karuniaNya. 

Nah rejeki yang diberikan Allah tidak terbatas akan materi. Kesehatan, keluarga bahagia, anak sholeh, sahabat baik adalah sederet contoh nikmat dan karuniaNya. Yuk pandai2 bersyukur atas anugrahNya yang tak mampu kita hitung ini? Salah satunya menjalankan amanah dan tidak berbuat curang di dalam bekerja. Dengan harapan mendapatkan hidup yang mudah, berkah dan kedamaian. Aamiin
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

ga usah baper

Tidak semua apa yang kamu lihat dan kamu pikirkan itu sama dengan realita. Dalam komunitas yang heterogen alangkah bijaknya jika kita masing2 individu mempunyai rem agar satu dengan yang lain tidak tumpang tindih praduga tak bersalahnya. Jika kita tidak dilibatkan dalam suatu acara maupun kita merasa adalah orang yang tidak pernah diajak dalam setiap kegiatan, so ga usah baper maka selayaknya;

Stay  cool
Woles aja gaes, tidak semua momen harus kita ketahui dan ikut partisipasi kan?. Kembalikan praduga yang bergelayut  dalam pikiran ke arah yang seharusnya. Pikiran positif  itu akan berdampak positif pula dalam perjalanan  psikologis kita. Begitu juga sebaliknya, pikiran negatif akan menggiring kita ke arah yang hanya akan mengotori hubungan dalam komunitas tersebut. Terlepas benar atau tidaknya dugaan kita.

Stop kepo
Kita tau tidak diajak dan dilibatkan dalam sebuah momen misalnya, yaa udah wolesin  ajah. G usah cari tau ini dan itu. Kenapa? Karna bikin sakit hati. Kita harus legowo bahwasanya orang hanya akan mengajak orang yang mereka pikir asik dan nyaman. Nah momentum ini asik buat instrospeksi  diri. Seberapa kita disukai orang. Seberapa asik pribadi kita bagi sesama.

Tak semua harus ada kamu kan?
Kita bukanlah lilin dalam kegelapan yang kehadirannya sungguh dinanti. Bisa jadi justru kamu sebaliknya. Di dalam komunitas bisa jadi kita adalah orang yang paling tidak disukai namun kita terlalu percaya diri sehingga sensitivitas melemah. Sejauh ini orang2 bisa jadi ngemong kita, tapi lama kelamaan jarang loh yang kuat dengan karakter yang mungkin boleh dibilang aneh itu. Jadi ketika kita merasa ga pernah diajak hangout misalnya, bukan berarti mereka membenci kita. Mungkin mereka hanya tak nyaman saja jika mengajak kita, ga mau merusak acara lantaran ocehan yang tak penting itu. Maka kita haruslah pandai2 instrospeksi diri atas kelakuan selama ini. Mana ada sih yang nyaman jika lagi asik kongkow tapi yang bersangkutan mendominasi dalam pembicaraan? Mana ada sih yang tahan jika yang bersangkutan selalu membicarakan anaknya yang lucu [selalu dan selalu], padahal kita semua tau yang punya anak lucu tidak hanya yang bersangkutan. Nah hal2 kecil ini yang kadang dilupakan. Inginnya didengar dan didengar.
 
So jangan sok merasa orang penting dan dibutuhkan deh. Hal tersebut akan mengasah diri kita agar selalu tau dan mawas diri. Iyaa tau siapakah diri kita. Seberapa banyak kah teman yang nyaman dengan karakter yang kita miliki. Jika mau mengambil sisi positifnya justru akan menjadikan diri kita semakin baik, namun kalau pikiran negatif sudah mendominasi ya yang ada hanya su'udzon dan sebangsanya. Kuncinya, orang hanya akan nyaman dengan orang yang asik versi yang bersangkutan dan mungkin kita bukan tipe teman asik di komunitas tersebut. Ada baiknya kita mencari patner yang sama2 mampu dan mau mengerti karakter kita. Dan bersikaplah biasa sajalah plus ga usah dilebih2kan.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia


ketulusan tak lekang oleh waktu

Bahagia itu salah satunya mempunyai rekan kerja yang enak diajak sharing apapun. Yaa tidak monoton dengan urusan pekerjaan saja. Layaknya dosen dengan mahasiswa yang sedang berdiskusi mengenai nilai dan makna sebuah kehidupan. Kuliahnya tak terbatas jam dan tempat. Seketika ada momen nyante, maka secara otomatis terjadilah interaksi bernilai  tersebut.

Orang yang tulus maka akan bertemu dengan orang yang tulus pula. Begitu juga sebaliknya orang yang suka melihat apapun negatif maka akan nyambung dengan karakter yang ga jauh beda. Dunia ini adil sob. Sekali dua kali mungkin kita mampu berpura2 bertahan dengan karakter orang tapi untuk ketiga dan seterusnya siapa yang mampu menjamin? Kepura2an hanyalah lem sementara untuk nyaman dengan seseorang, dan bisa kapan saja kepura2an  itu akan tak ada fungsinya karena dalam menjalani tak menggunakan hati.

Lantas adakah sebuah pertemanan yang asiik dan menyenangkan dapat awet tanpa ada komunikasi intens? Jawabnya ada pake banget. Hal ini sangat kontras dengan fenomena di alam ini. Yang mana terlihat dekat dan empati di layar 5 inci sedangkan di alam nyata acuh tak acuh seolah tak peduli dan tak pernah kenal. 'Gws say, semangat bro, TTDJ,etc' adalah sederet contohnya, sedangkan ketika bertemu malah autis dengan layar 5 inci-nya seolah tak pernah ada komunikasi sebelumnya. 

Lantas bagaimanakah cara agar pertemanan itu bener2 berkualitas meskipun tanpa ada komunikasi intens? Jawabnya belilah dan pasanglah sebuah ketulusan. Maksudnya bagemana? Yaa ketika sedang berinteraksi di dunia nyata gunakanlah hatimu. Minimal kamu tau alasan mengapa tertawa. Hadirkan pikiran dan nyawamu saat ngobrol dengan mereka. Tentunya layar 5 incinya ga perlu tuh rasanya ada digenggaman perkecualian jika kamu ga menggenggam layar tersebut ayam2 tetanggamu mendadak disko dan kejang. Nah loh...

Tak ada komunikasi intens namun tiap bertatap muka bawaannya ngakak dan suasana asiik aja jatuhnya. Kok bisa? Dan itu hanya terjadi kepada orang2 yang memang menggunakan hatinya ketika berkomunikasi dengan anda. Jika hanya salah satu pihak saja maka tidak akan terjadi pola komunikasi mengasikkan  tersebut lantaran tidak adanya kemistri. Sebaliknya, kemistri itulah yang mengikat satu dengan yang lain sehingga hubungan yang tercipta tanpa komunikasi intens di layar 5 inci mampu lebih berkualitas dan lebih  mengasikkan tanpa ada embel2 pura2 empati/peduli. Mau coba? Monggo..

Tulisan ini terinspirasi dari mereka. Yaa mereka temen2 yang boleh dikatakan "KONCO MUMET" yang lantaran kesibukan dan padatnya aktivitas masing2 nyaris tak pernah ada komunikasi intens. Namun jangan tanya ketika kami bertemu. Perut kram itu sudah pasti dan seolah kami yang memiliki dunia ini,, yang lain pada ngontrak kali yes.. Ketika kami ketawa, kami paham alasan mengapa kami tertawa? Dan bukan pura2 tertawa ataupun ikut2an tertawa. Dan benar sekali momen gila itu suatu saat akan membangkitkan kenangan lama yang abstrak bentuknya namun lekat dijiwa yang mana menjadikan magnet untuk mengulang sederet cerita2 konyol yang telah kami bingkai sebelumnya. 

Nyatanya ketulusan tak lekang oleh waktu...
Hai kamu yang sedang menunggu kelahiran jagoan kecilmu, kamu yang nyaris jadi penyempurna agamaku, kamu yang lagi kegandrungan gowes, dan kamu yang jadi penetral ketika kekonyolan mulai akut,, ketahuilah kalian luar biasa di dalam kehidupanku. Buat kamu, kamu, kamu dan kamu yang entah lagi apa dan dimana, kalian mengajarkan arti besar ketulusan. Ketulusan yang tidak kita ciptakan namun pemberian-Nya. Ketulusan yang tidak kita rencanakan namun kejadian. Dan ketulusan yang membungkusnya menjadikan alarm dalam setiap langkah kita yang menyadarkan bahwasanya kamu, kamu, kamu dan kamu adalah salah satu bentuk kado indahNya. Sehat dan bahagia selalu gaes, jika sudah saatnya nanti kita ciptakan momen gila [selanjutnya].

hadapi jalani syukuri

Kita tak mampu memebendung apa yang akan diomongkan oleh orang lain terhadap diri kita. Baik ataupun buruknya. Fitnah atau faktanya. Dan sejenisnya. Sayangnya jika terjadi permasalahan, kita cepat kebakaran jenggot dan langsung menyembur tanpa melihat fakta yang sebenarnya. Apakah itu gosip taupun fakta.  Pada dasarnya orang suka melebihkan, mengurangi dan memutarbalikkan omongan. Hal yang paling diatakutkan yakni kita tertuduh pada sebuah sudut, sedangkan kita tak pernah melakukukannya. Sehingga yang ada pertengkaran dan prasangka negatif yang berujung permusuhan. Capek juga jika berada dalam lingkaran hitam tersebut, sedangkan kita sendiri tak mampu keluar. Lalu apa yang harus dilakukan?

Hadapi
Apapun yang tersiar kabar tentang kita baik buruk maka hadapi dengan senyuman. Jika ada orang salah paham dengan isu yang berhembus dan kita yang tertuduh maka klarifikasilah dan meminta maaf. Jika orang tersebut tidak mau menerima argumen kita maka tetap minta maaf dan ceritakan yang sebenar2nya. Selebihnya urusan yang bersangkutan apakah mau percaya yang mana??

Jalani
Maksudnya? yaa ambil pelajaran dari setiap kejadian yang menimpamu. Dengan siapa dan bagaimana ceritanya. Terlebih sebagai anak baru harus pinter2 dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lama. Tampung omongan semua dan filter. Kita sebagai anak baru misalnya harus punya prinsip. Tidak mudah terpovokrasi. Tetetp berhubungan baik dengan semua orang tanpa harus nge-blok kanan dan kiri. Dan itu jauh menyenangkan dan membahagiakan. Hubungan yang sudah terbina baik jangan sampai rusak lantaran mulut yang ga bisa mengkondisikan. Setiap kejadian pasti ada hikmahnya, maka belajarlah dari si hikmah agar kedepan lebih bijak.

Syukuri
Kok permasalahan harus disyukuri? Iyaa karna masalah mengajarkan kita untuk lebih baik lagi. Apapun bentuknya pasti mempunyai misi agar hidup kita semakin bijaksana. Rasa syukur itu akan membawa kita slow dan pasrah akan ketetapan Allah. Dan apa dampaknya?Kita akan lebih calm, aware and care.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

ayah ibu, beri aku contoh saja

Yang dibutuhkan anak dari orang tuanya adalah contoh dalam kesehariannya. Sederhananya, jika menginginkan anak yang rajin gosok gigi sebelum tidur misalnya maka orang tua lebih dahulu melakukannya. Dari kebiasaan yang dilihatnya, secara otomatis menggiring  si anak untuk mencontohnya. Tanpa bentakan dan makian dengan ikhlas si anak akan melakukan kebiasaan yang selalu dilihatnya. Sederhana namun kadang kita lupakan. Yaa 1 contoh lebih berarti daripada 1000 nasihat mungkin peribahasanya. 

Kebiasaan2 yang setiap hari dilakukan oleh orang tuanya akan nyentel di benak anak2nya, baik kebiasaan negatif ataupun positif. Jadi sangat lucu sekali jika dalam waktu yang bersamaan, si orang tua menginginkan anaknya sholat maupun ngaji sedangkan si orang tua asyik dengan gadget-nya. Iyaa si orang tua justru senyum2 sendiri menatap layar hape ukuran 5 inci itu. Kalau anak ga hafal bacaan sholat salah siapa? salah anak-kah?

Sama halnya ketika si anak tumbuh dewasa kelak. Sosok orang tua akan selalu mengena di benaknya. Orang tua yang dengan keterbatasan keilmuan tapi tetep mensuport anak untuk maju. Wejangan2 orang tua  mengaung2 di telinga anak agar kelak menjadi "orang" yang mampu bermanfaat bagi sesamanya. Tumpuan besar itu ada di pundak anak untuk menjadi orang yang mampu membanggakan dan membahagiakan orang tuanya. Sosok perjuanagn orang tuanyapun akan selalu diingat dan menjadi rem jika si anak sudah mulai tergoda untuk nakal. Begitu juga sebaliknya, jika si anak tidak mendapatkan figur orang tua maka laksana asap yang begitu saja hilang dan tak berbekas. Hidupnya gontai dan tak ada pegangan, dan parahnya disebuah kondisi mengembalikan kesengsaraaan dan penderitaan si anak lantaran orang tua tak pernah mencontohi. Naudzubillah.

Laksana roda yang berputar, fase anak pun akan berganti menjadi menjadi fase orang tua. Sekalipun ber-background keadaan yang tidak menyenangkan maka kita juga harus move on. Memutus rantai penyesalan dan penderitaan. Jangan warisi anak2 kita dengan pengalaman yang tidak mengenakkan yang pernah kita rasakan sebagai anak dahulu. Sejatinya, kesuksesan anak adalah cerminan kesuksesan orang tua dalam mendidiknya.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia


hakim di kehidupan orang lain

Pasti sering denger kata2 sinis "eh dia kok belum nikah ya? Padahal umur udah tuwir loh, teman sebayanya aja anaknya dah SD,..." atau "eh mereka kok belum juga punya anak ya, padahal dah 10 th, mereka terlalu sibuk sih" etc,... Ya itulah hal yang dekat di kehidupan kita. Orang yang justru  dekat dengan kita malah  nyiynyir  di garda paling depan. Seolah jika kita tak seperti kebanyakan pada umumya kita ini dosaa dan hina yang sangat layak untuk di bully. Mereka tak mau tau apa yang sedang dihadapi di kehidupan orang yang sedang ia bully.

Mengapa ia belum menikah?
Bagi sebagian orang menikah bukanlah perkara yang mudah. Mereka ingin mempersiapkan pernikahan dengan penuh kesiapan. Baik mental, material maupun spiritual  mereka. Merekapun menginginkan kebahagiaan yang juga diimpikan  oleh semua orang termasuk orang yang selalu membulinya. Hanya saja fokus mereka berbeda. Orang yang suka membully memfokuskan kepada kelemahan yang bersangkutan. Sedangkan ia yang dibully  terus memperbaiki  diri agar semakin  lebih baik dan semakin tertata kehidupannya kelak. 

Mengapa ia belum punya anak?
setiap pasangan sudah pasti  menginginkan keturunan. Ada yang diberi cepat dan agak lama. Lantas jika seluruh kekuatan sudah dikerahkan namun Sang Maha Pemberi belum me-ACC, kita bisa apa? 

Sesungguhnya rejeki, jodoh dan maut adalah rahasiaNya. Namun mereka lebih berfokus kepada rejeki dan jodoh. Mereka sering lupa bahwa maut adalah sesuatu yang juga sudah pasti akan di lalui oleh insan manusia. Jarang yang mennanyakan kapan mati? Anehnya disitu, kalau ada orang yang belum menikah dan belum punya anak jadi bahan gosip, nah giliran maut ga ada tuh yang nanyain "kok kamu ga mati2?".
 
Pelajaran yang bisa diambil dari coretan ini adalah, jangan jadi hakim di kehidupan orang lain yang ujungnya kita sering melupakan privasi seseorang. Tak semua apa yang dirasakan seseorang diumbar di medsos agar khalayak ramai mengetahuinya. Ketika yang bersangkutan kok kelihatannya diam2 saja alias adem2 saja, sejatinya yang bersangkutan sedang proses belajar menghadapai permasalahannya secara dewasa. Yaa secara dewasa, karna yang bersangkutan paham bahwasanya masalah bukanlah untuk diumbar namun untuk dihadapi dan diselesaikan. Dan yang kita lupakan satu lagi yakni usaha dari masing2 orang dalam menyelesaikan masalahnya, kita hanya bisa menyimpulkan tanpa mau melihat dengan dekat bahwa segala daya sudah yang bersangkutan lakukan. Bahwasanya dibalik ketegarannya, ada sebongkah usaha dan pengharapan. Jadi stop kepo dengan urusan orang lain dan stop pula mengahimi seseorang. Kita tidak akan pernah tau apakah kita bisa sekuatnya kalau kita ditakdirkan ada diposisinya?

berempatilah sesuai porsinya

Kukira ini hanyalah sebuah prasangku saja. Ya prasangka lantaran aku terlalu sensitif ketika berhadapan denganmu. Aku tak pernah ada urusan denganmu. Tak pernah ada komunikasi intens diantara aku dan kamu. Kamu bukanlah sahabatku. Kamu bukanlah rekan kerjaku. Kamu hanyalah teman se-almamater saja, tak lebih. Jadi ketika kamu tetiba jijik melihatku di acara profesi tersebut, itu tanda tanya besar dalam hatiku. Ah sudahlah,, ku anggap ini hanyalah perasaan sensitifku saja.

Hari berganti hari,, dan rutinitas tahunan profesi ini  mau ga mau mempertemukan kita. Ya dengan polosnya kamu mengutarakan ketidaksukaanmu terhadapku dengan teman sahabatku. Dan judulnya kamu terhasut omongan orang lain too. Ya omongan orang yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sekalipun jika ini benar, ini semua ga ada hubungannya denganmu, wahai teman!! Terlebih apa yang kamu dengar adalah berbanding terbalik. Lalu jika ga ada hubungannya denganmu, kenapa kamu harus membenciku?? Sedih pasti, tapi yaa sudah. 
#Kita ga akan pernah mampu mengontrol orang2 untuk menyukai kita.

Ketika mengalami kejadian ini rasa sakit pasti. Lebih tepatnya tanda tanya "kok segitunya dya". Tapi Allah memberikan pesan dalam setiap kejadian. Termasuk didalamnya kejadian diatas. Rasa syook berganti dengan rasa syukur. Kok syukur? Ya karna aku mampu memiliki bekal baru untuk menghadapi situasi yang boleh jadi harus ku selesaikan dengan rumus ini. Rumus "berempatilah secukupnya". Aku tidak membenci teman diatas. Aku mencoba memahami, dya mungkin terlalu empati dengan temannya yang seolah menjadi korbanku. Dan sangat wajar jika dya langsung membenciku dan melihatkupun seolah ogah. Tanpa melihat apakah hal tersebut benar adanya atau tidak?. Jadi jika ada teman bahkan sahabat kita curhat hingga nangis darah sekalipun, selayaknya kita jangan berlebihan dalam berempati. Berpikirlah jernih. Segala sesuatu itu ada akibat lantaran ada sebab. Kalau kita tidak mampu mengontrol logika dan perasaan, sudah pasti kita akan membela mati2an sahabat kita karena informasi hanya ada dalam 1 sisi saja. Ya hanya versi sahabat kita, tanpa memperdulikan sisi lainnya. Sedekat apapun kita dengan sahabat kita, kita harus bersikap jernih bukanlah menjadi kompor. Kenapa? Logikanya orang yang lagi sakit hati, umumnya akan berpikiran dengan perasaannya, bukan logikanya. Kita yang tidak mengalami masalah, selayaknya meluruskan sahabat jika dya memang tidak benar pemikirannya. Usahakan jadi penengah dengan cara kita. Terlepas benar/salah posisinya.
#berempatilah sesuai porsinya

Allah mengirimkan sahabat tidak untuk menemani kita ketawa-ketiwi saja melainkan untuk meluruskan kita ketika kita salah. Jangan anggap teman yang tidak sepahaman dengan pola pikirmu adalah salah. Setiap orang memiliki jalan pikirnya yang beragam. Memang kita tak pernah akan sama dengan semua orang. Tapi, kita mampu hidup dalam keberagaman pola pikir yang ada dengan satu kunci yakni tidak fanatik dan open minded. Jadi ketika sahabat kita merasa tersakiti dan terkhianati, tugas kita menghibur dan mencarikan solusi, bukan memperkeruh dengan argumen2 kita sehingga keadaan semakin runyam. Satu lagi yang tidak kalah penting yakni tak perlu ikut2an benci. Sekali lagi itu bukan ranah kita. Karna benci tak akan membuat orang semakin bahagia kan?.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger