Entradas populares

bahayanya asumsi

Ketika kita dihadapkan dengan orang yang hobinya brcerita tentang kemewahan yang melekat di dirinya, asumsi yang ada dipikiran kita adalah yang bersangkutan itu kaya dan berhata melimpah. Ketika kita menyimpulkan seseorang itu alim dilihat dari penampilan dan pakaiannya, asumsi yang ada dalam pikiran kita adalah yang bersangkutan taat beribadah dan sejenisnya.Dan ketika melihat orang yang lusuh dan kumal, langsung terlintas dalam benak kita kalau yang bersangkutan kurang suka memperhatikan penampilan.

Yaa asumsi hanyalah sebatas asumsi saja, lantaran tercipta dari kesan luar yang ada di diri seseorang tersebut. Bahayanya asumsi menjadikan kita kecewa lantaran ekspektasi meleset. Kitanya yang sering melebihkan pandangan tentang seseorang versi kita. Misalnya, orang kaya dalam angan kita adalah orang yang punya ini dan itu. Sangat lumrah kan jika ada orang yang hobinya pamer ini dan itu kita langsung berasumsi yang bersangkutan kaya? begitu juga dengan orang yang secara penampilan alim dilihat dari penampilan yang membungkus raganya, yang bersangkutan pasti tekun beribadah dan sebangsanya. Tak jauh pula ketika berhadapan dengan orang yang lusuh, kumal dan kurang sedap aromanya, yang ada dalam pikiran kita yang bersangkutan orang yang cuek dengan penampilan tentunya.

Sangat tersentak, tatkala beruntun mengalami dan menjumpai hal2 yang terlihat secara luar waaww namun kenyataan yang ada justru berbanding terbalik. Lalu siapakah yang salah? bukan yang bersangkutan tentunya yang salah. Yang salah justru asumsi kita karena ekspektasi kita yang berlebihan. Pelajaran besar bagi diri saya khususnya, bahwasanya jangan tergesa2 menyimpulkan apapun itu hanya berdasarkan kesing luarannya jika kita tidak ingin kecewa. Dan yang tak kalah pentingnya, janganlah membandingkan sesuatu dengan asumsi versi kita.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

mengalihkan rasa kangen

Hal paling menyebalkan dalam hidup adalah kangen dengan dya yang sudah jadi milik orang lain. Kangen dalam artian yang sangat luas. Kangen canda, tawa, nasihat petuahnya hingga kekonyolannya. Kangen kangen kangen tapi tak dapat melakukan apapun lebih lantaran ada tembok pembatas yang tak mungkin lagi dilalui. Demi kemashalatan rumah tangganya tentunya, rasa kangen ini harus di potong dan dimutilasi. Kangen lantaran dya teristimewa dan limited edition yang sangat membekas dalam relung jiwa ini. Yang mungkin saja sulit untuk mendapatkan sosok yang sama baiknya.

Sama halnya jika yang kangen datang dari pihaknya. Mencoba memulai hubungan baikpun hasilnya akan tetap sama lantaran ada tembok penghalang agar jangan sampai air mata kangen itu tumpah. Rem yang ada dalam masing2 harus selalu dicek dan di upgrade agar secara pasti terkontrol dan tidak akan menjadi masalah. Ingin bertemu? Ingin berkomunikasi??? Jangan sampai keegoisan kita menyakiti dan merusak kebahagiaannya yang telah ia pilih.

Duhai daun yang sedang bergoyang, duhai burung yang sedang berkicau, dan duhai bayu yang sedang bertiup.. Ku titipkan rasa ini pada kalian. Bisikkan hal itu kedalam relung hatinya. Sampaikan rindu terdalam itu padanya. Tuhan,, berikanlah keihlasan pada relung jiwa ini dalam menjalani setiap fase kehidupan yang telah Kau takdirkan dengan sangat indah ini. Tuhan ajarkan diri ini tentram dengan pilihan yang Kau gariskan dan kuatkanlah diri ini untuk bertanggung jawab atas jalan yang telah kami tunjuk.

Dan satu2nya solusi adalah rengkuhlah ia dengan doa tulusmu. Kembalikan semua rasa ini kepada Sang Pemilik Segala Rasa. Pasrahkan padaNya apapun yang melekat di diri kita. Baik buruk, suka duka, bahagia kecewa karna sudah pasti atas kehendakNya agar jiwa2 ini tenang dan tentram.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

teman baik itu yang pengertian

Kaget lebih tepatnya ketika dapat sms "koe jeh nompo sms to?" duh karakter teman macam2 dan kadang butuh kesabaran xtra dalam memahaminya. Ketika jarang sms misalnya, bukan berarti saya ataupun kita sombong dan melupakan. Bukan pula mentang2 punya hape pintar lalu ogah membalas smsnya. Duh jika berfikiran seperti hal tersebut saya rasa kok sangat sempit sekali pemikirannya.

Adakalanya orang sibuk dengan seabrek kegiatannya dan enggan berbagi mengenai apa yang sedang ia kerjakan. Dya bukan artis yang dalam kesehariannya harus mem-publish. Adakalanya pula hal tersebut bagian privasi dalam kehidupannya.

Pertanyaannya justru berbalik? Apakah pertemanan/persahabatan harus everytime berkomunikasi intens? Kalo ditanya balik justru jawaban saya tidak. Kenapa? Kalo pemikiran saya, teman/sahabat yang baik akan memahami kita sekalipun tanpa diminta. Jika ia teman yang baik, sekalipun tidak ada komunikasi intens sebelumnya ketika bertemu dikemudian hari, ia akan tetep baik dan renyah seperti sebelumnya. Mengapa bisa begitu? Karena dari masing2 tercipta satu pemahaman yakni pengertian. Pertanyaan selanjutnya, kita termasuk teman yang bagemana??
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

tak selalu orang lain membutuhkan ocehanmu

"berbicaralah seperlunya", "nasihatilah jika diminta" dan "berhentilah berbicara sebelum orang muak denganmu". Beberapa pertanyaan tersebut dapat dijadikan rem bagi kita ketika hasrat ngomong ini tak mampu dibendung. Jangan salahkan orang lain ketika muak dan menghindarimu lantaran mereka bosaaaan dengan ocehanmu yang selalu kau agung2kan tanpa melihat bahwasanya orang tersebut memiliki hak bebas mendengarkan cerita monoton kita.

Caranya gampang untuk melihat orang tertarik dengan cerita kita atau tidak sebenarnya. Ketika orang lain antusias dan sungguh mendengarkan dan merespon maka dya tertarik dengan ocehan kita. Kadarnyapun beragam, namun masih dalam konteks yang bersangkutan tertarik. Namun jika yang ogah2an mendengarkan dan pura2 senyum setuju, itu pertanda ia bosaaan. Tak tertarik dan tak ingin tau dengan ending yang kita ceritakan. Bisa jadi yang berangkutan hanya nglegani lantaran kita lebih tua ataupun kita lebih senior.

Berhentilah memberi beban kepada orang lain dengan cerita tak menarik itu, sadarlah bahwa tak selalu orang lain membutuhkan ocehanmu. Apa sih sebenarnya yang dicari? Eksistensi kah? Pengakuan hebat kah? Atau itu bagian passion dari kita?? Semua berpulang kepada kita masing2. Bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut. Ga mau kan kita dibenci banyak orang lantaran hobi nyombong? Ga mau kan jadi orang egois lantaran memaksa orang untuk menjadi pendengar yang baik??
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

waktu yang akan menjawab opini

Kalo kalian pernah  denger kata ini 'jangan memandang siapa orang yang memberikan ilmu,namun lihatlah ilmu yang ia berikan" yaps bener banget pernyataan tersebut. Hal tersebut kontras dengan pertanyaan berikut 'jangan percaya gosip yang beredar sebelum kamu tau cerita sesungguhnya' karna apa? Pada dasarnya orang suka melebihkan dan mengurangi omongan orang lain. Misal ngomong A Ntah bagemana caranya bisa jadi Z yang sungguh sangat kontras. Tidak semua orang namun ada sebagian diantaranya berkarakter seperti hal tersebut.
  
Dengan mudahnya orang termakan dengan gosip murahan yang beredar sedangkan ia sendiri belum tau kenyataan kejadian yang membuat heboh tersebut gosip ataupun fakta. Ada saja celah untuk menggali kejelekan orang lain. Ada saja telinga untuk mendengar aib temannya dan ada pula bibir dengan mudahnya membalikkan cerita dari sesungguhnya.
 
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah jangan mudah menyimpulkan baik buruk orang sebelum kita mengetahui bagemana cerita aslinya. Sekalipun kenyataannya memang sama seperti yang dibicarakan toh bukan urusan kita kan? Bukankah setiap orang menanam yang bersangkutan akan menuai? Kenapa kita harus repot2 ngurusi urusan orang lain? Apakah kita sudah merasa lebih baik darinya? Dan masih banyak sederet pertanyaan untuk diri kita agar selalu mengkoreksi diri dan sebagai rem agar tidak mudah mencela dan menganggap orang lain sasaran empuk untuk direndahkan bahkan dibully..

Katakanlah orang yang selalu direndahkan dan obyek bully hanya diam dan seolah mengiyakan apa yang tersudutkan untuknya bukan berarti "iya". Bisa jadi yang bersangkutan tidak tertarik untuk mengklarifikasi kejadian tersebut. Bisa jadi pula yang bersangkutan pasrah dengan opini yang telah menggelinding bak bola salju tentang berita negatif tentangnya. Karna sekuat apapun kita tak sanggup mengawal opini yang tercipta dalam benak satu orang ke orang lainnya.
  
Biarkan waktu yang akan menjawab opini, jika baik tetap akan terlihat dan nampak baik sekalipun diwarnai dengan drama sebelumnya. Begitu juga sebaliknya. Sekuat apapun menyimpan bangkai cepat lambat bau itu akan tercium juga. Dan memang jadi orang paling enak itu ketika menjadi diri sendiri, apa adanya dan ihlas dalam menghadapi apapun. Seberat apapun pasti atas ijinNya mampir dalam kehidupan kita. Jadi berat dan ringan hal tersebut sudah barang tentu ditimbang olehNya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jadi nikmat mana lagi yang masih kamu dustakan??
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia


mengapa koreksi diri itu sulit?

Hal yang sering kita lupakan adalah koreksi diri. Satu hal yang tidak mudah dan jauh dari angan. Ketika mengalami suatu masalah misalnya, kita lebih mudah untuk mengoper masalah tersebut disebabkan oleh orang lain. Tanpa pikir panjang bahkan lebar [keliling x ya] kita sering mengalamatkan penyebab itu kepada orang lain dan mengapa koreksi diri itu sulit?
   
Semua bermuasal dari perasaan yang kita lebih2kan. Satu hal yang kita abaikan adalah koreksi diri. Mengkoreksi hal2 yang kita sebabkan sendiri. Ilustrasinya, ketika terbiasa curang menggunakan listrik, dengan niat agar biaya listrik g tinggi, maka melakukan hal2 curang yang secara sadar kita tau konsekuensinya tapi masa bodo. Sebulan dua bulan mungkin belum ketahuan dan mungkin masih beruntung, tapi jika dalam hitungan tahunan dan tetep saja belum sadar jangan salahkan perusahaan listrik akan memberikan 'hukuman' yang mungkin saja bikin kita syoooook.
  
Itu semua bukan berarti tetangga anda, saudara anda bahkan nelayan yang ada di tengah lautan yang melaporkan. Diri andalah yang tidak peka bahwasanya sebuah perusahaan pasti dan jelas memiliki sistem yang dapat mengetahui berbagai transaksi ganjil dan janggal. Poinnya, ketika dengan mudah menyalahkan hal tersebut ke orang lain, itu tandanya rasa koreksi yang melekat di diri anda belum ON. bagaiamana cara ON-in? Satu2nya jalan adalah dengan selalu mengasah dan menggunakannya setiap saat. Agar selalu mawas diri, agar tidak mudah melimpahkan kesalahan ke orang lain. Jikalaupun orang lain penyebabnya maka kita jugapun mendapatkan 'keberuntungan' dalam artian ada yang peduli dengan kita. Tidak mau melihat kita celaka lebih dalam lagi. Intinya siapun penyebabnya seyogyanya kita selalu instrospeksi diri.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

cara menepis prasangka

Hidup akan berasa indah dan tenang jika kita mampu bersikap sebagaimana mestinya. Tak ada kata berlebihan, yang ada porsi yang seharusnya. Tapi justru itu yang tidak mudah, lantaran kita sering dan terbiasa melebih2kan rasa. Ya rasa marah, benci, dendam, iri, dan sebangsanya lah. Sering merasa memiliki intuisi/bakat indra ke-6, dimana merasa mampu melihat  sikap dan perasaan seaeorang mengakibatkan yang bersangkutan sotoy. Padahal namanya perasaan sampai sekarang belum ada alat untuk mengukurnya. Bisa jadi intuisinya hanyalah perasaan yang melebih2kan saja. Dalam hati seseorang belum ada yang mampu memecahkan diskripsi yang dirasakan. Daripada terjebak akan perasaan yang ga jelas ujungnya, mending lakukan cara menepis prasangka berikut ini:

Asah hobi
Ketika kita enjoy dengan hobi kita, dengan sendirinya kita akan terhindar dari prasangka yang hanya bikin sesak di dada. Ilustrasinya, ketika ada orang yang mendadak diam bukan berarti dya marah dengan kita. Banyak opsi yang melatarbelakangi. Salah satunya mungkin kucingnya mati,sakit gigi,utang belum dibayar, dll.

Katakan: setiap orang berpeluang salah
Namanya manusia tak luput dari salah dan khilaf. Bukan berarti ini menjadikan pemakluman atas ketledoran kita loh. Kesalahan adalah fitrah kita sebagai manusia. Baik dan buruk adalah pilihan dalam kehidupan kita. Bisa jadi sekarang mereka yang berbuat kesalahan, esok hari siapa yang tau? Mungkin bisa jadi giliran si B ataupun si Z. So, berhati2lah dengan perkataan bisa jadi mbalek kepada si punya mulut pedes tersebut.

Stop menghakimi orang
Sudahkah anda yakin seyakin yakinnya kalau kita adalah orang baik? Orang yang berhak menghakimi orang? Ah impossible. Jika kita menyebut diri kita adalah orang baik namun masih saja menghakimi orang, maka pertanda kita belum jadi orang baik. Baik buruk tidak dapat disimpulkan dengan melihat kesing yang terluar. Tatto yang terkesan negatif misalnya, tidak serta merta dya nakal. Dan dengan seenaknya merasa kita lebih baik. Tidak menjamin gaes..
#semoga bermanfaat & hidup bahagia 

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger