Ketika kita dihadapkan dengan orang yang hobinya brcerita tentang kemewahan yang melekat di dirinya, asumsi yang ada dipikiran kita adalah yang bersangkutan itu kaya dan berhata melimpah. Ketika kita menyimpulkan seseorang itu alim dilihat dari penampilan dan pakaiannya, asumsi yang ada dalam pikiran kita adalah yang bersangkutan taat beribadah dan sejenisnya.Dan ketika melihat orang yang lusuh dan kumal, langsung terlintas dalam benak kita kalau yang bersangkutan kurang suka memperhatikan penampilan.
Yaa asumsi hanyalah sebatas asumsi saja, lantaran tercipta dari kesan luar yang ada di diri seseorang tersebut. Bahayanya asumsi menjadikan kita kecewa lantaran ekspektasi meleset. Kitanya yang sering melebihkan pandangan tentang seseorang versi kita. Misalnya, orang kaya dalam angan kita adalah orang yang punya ini dan itu. Sangat lumrah kan jika ada orang yang hobinya pamer ini dan itu kita langsung berasumsi yang bersangkutan kaya? begitu juga dengan orang yang secara penampilan alim dilihat dari penampilan yang membungkus raganya, yang bersangkutan pasti tekun beribadah dan sebangsanya. Tak jauh pula ketika berhadapan dengan orang yang lusuh, kumal dan kurang sedap aromanya, yang ada dalam pikiran kita yang bersangkutan orang yang cuek dengan penampilan tentunya.
Sangat tersentak, tatkala beruntun mengalami dan menjumpai hal2 yang terlihat secara luar waaww namun kenyataan yang ada justru berbanding terbalik. Lalu siapakah yang salah? bukan yang bersangkutan tentunya yang salah. Yang salah justru asumsi kita karena ekspektasi kita yang berlebihan. Pelajaran besar bagi diri saya khususnya, bahwasanya jangan tergesa2 menyimpulkan apapun itu hanya berdasarkan kesing luarannya jika kita tidak ingin kecewa. Dan yang tak kalah pentingnya, janganlah membandingkan sesuatu dengan asumsi versi kita.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia