Entradas populares

tak selalu orang lain membutuhkan ocehanmu

"berbicaralah seperlunya", "nasihatilah jika diminta" dan "berhentilah berbicara sebelum orang muak denganmu". Beberapa pertanyaan tersebut dapat dijadikan rem bagi kita ketika hasrat ngomong ini tak mampu dibendung. Jangan salahkan orang lain ketika muak dan menghindarimu lantaran mereka bosaaaan dengan ocehanmu yang selalu kau agung2kan tanpa melihat bahwasanya orang tersebut memiliki hak bebas mendengarkan cerita monoton kita.

Caranya gampang untuk melihat orang tertarik dengan cerita kita atau tidak sebenarnya. Ketika orang lain antusias dan sungguh mendengarkan dan merespon maka dya tertarik dengan ocehan kita. Kadarnyapun beragam, namun masih dalam konteks yang bersangkutan tertarik. Namun jika yang ogah2an mendengarkan dan pura2 senyum setuju, itu pertanda ia bosaaan. Tak tertarik dan tak ingin tau dengan ending yang kita ceritakan. Bisa jadi yang berangkutan hanya nglegani lantaran kita lebih tua ataupun kita lebih senior.

Berhentilah memberi beban kepada orang lain dengan cerita tak menarik itu, sadarlah bahwa tak selalu orang lain membutuhkan ocehanmu. Apa sih sebenarnya yang dicari? Eksistensi kah? Pengakuan hebat kah? Atau itu bagian passion dari kita?? Semua berpulang kepada kita masing2. Bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut. Ga mau kan kita dibenci banyak orang lantaran hobi nyombong? Ga mau kan jadi orang egois lantaran memaksa orang untuk menjadi pendengar yang baik??
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

waktu yang akan menjawab opini

Kalo kalian pernah  denger kata ini 'jangan memandang siapa orang yang memberikan ilmu,namun lihatlah ilmu yang ia berikan" yaps bener banget pernyataan tersebut. Hal tersebut kontras dengan pertanyaan berikut 'jangan percaya gosip yang beredar sebelum kamu tau cerita sesungguhnya' karna apa? Pada dasarnya orang suka melebihkan dan mengurangi omongan orang lain. Misal ngomong A Ntah bagemana caranya bisa jadi Z yang sungguh sangat kontras. Tidak semua orang namun ada sebagian diantaranya berkarakter seperti hal tersebut.
  
Dengan mudahnya orang termakan dengan gosip murahan yang beredar sedangkan ia sendiri belum tau kenyataan kejadian yang membuat heboh tersebut gosip ataupun fakta. Ada saja celah untuk menggali kejelekan orang lain. Ada saja telinga untuk mendengar aib temannya dan ada pula bibir dengan mudahnya membalikkan cerita dari sesungguhnya.
 
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini adalah jangan mudah menyimpulkan baik buruk orang sebelum kita mengetahui bagemana cerita aslinya. Sekalipun kenyataannya memang sama seperti yang dibicarakan toh bukan urusan kita kan? Bukankah setiap orang menanam yang bersangkutan akan menuai? Kenapa kita harus repot2 ngurusi urusan orang lain? Apakah kita sudah merasa lebih baik darinya? Dan masih banyak sederet pertanyaan untuk diri kita agar selalu mengkoreksi diri dan sebagai rem agar tidak mudah mencela dan menganggap orang lain sasaran empuk untuk direndahkan bahkan dibully..

Katakanlah orang yang selalu direndahkan dan obyek bully hanya diam dan seolah mengiyakan apa yang tersudutkan untuknya bukan berarti "iya". Bisa jadi yang bersangkutan tidak tertarik untuk mengklarifikasi kejadian tersebut. Bisa jadi pula yang bersangkutan pasrah dengan opini yang telah menggelinding bak bola salju tentang berita negatif tentangnya. Karna sekuat apapun kita tak sanggup mengawal opini yang tercipta dalam benak satu orang ke orang lainnya.
  
Biarkan waktu yang akan menjawab opini, jika baik tetap akan terlihat dan nampak baik sekalipun diwarnai dengan drama sebelumnya. Begitu juga sebaliknya. Sekuat apapun menyimpan bangkai cepat lambat bau itu akan tercium juga. Dan memang jadi orang paling enak itu ketika menjadi diri sendiri, apa adanya dan ihlas dalam menghadapi apapun. Seberat apapun pasti atas ijinNya mampir dalam kehidupan kita. Jadi berat dan ringan hal tersebut sudah barang tentu ditimbang olehNya sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jadi nikmat mana lagi yang masih kamu dustakan??
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia


mengapa koreksi diri itu sulit?

Hal yang sering kita lupakan adalah koreksi diri. Satu hal yang tidak mudah dan jauh dari angan. Ketika mengalami suatu masalah misalnya, kita lebih mudah untuk mengoper masalah tersebut disebabkan oleh orang lain. Tanpa pikir panjang bahkan lebar [keliling x ya] kita sering mengalamatkan penyebab itu kepada orang lain dan mengapa koreksi diri itu sulit?
   
Semua bermuasal dari perasaan yang kita lebih2kan. Satu hal yang kita abaikan adalah koreksi diri. Mengkoreksi hal2 yang kita sebabkan sendiri. Ilustrasinya, ketika terbiasa curang menggunakan listrik, dengan niat agar biaya listrik g tinggi, maka melakukan hal2 curang yang secara sadar kita tau konsekuensinya tapi masa bodo. Sebulan dua bulan mungkin belum ketahuan dan mungkin masih beruntung, tapi jika dalam hitungan tahunan dan tetep saja belum sadar jangan salahkan perusahaan listrik akan memberikan 'hukuman' yang mungkin saja bikin kita syoooook.
  
Itu semua bukan berarti tetangga anda, saudara anda bahkan nelayan yang ada di tengah lautan yang melaporkan. Diri andalah yang tidak peka bahwasanya sebuah perusahaan pasti dan jelas memiliki sistem yang dapat mengetahui berbagai transaksi ganjil dan janggal. Poinnya, ketika dengan mudah menyalahkan hal tersebut ke orang lain, itu tandanya rasa koreksi yang melekat di diri anda belum ON. bagaiamana cara ON-in? Satu2nya jalan adalah dengan selalu mengasah dan menggunakannya setiap saat. Agar selalu mawas diri, agar tidak mudah melimpahkan kesalahan ke orang lain. Jikalaupun orang lain penyebabnya maka kita jugapun mendapatkan 'keberuntungan' dalam artian ada yang peduli dengan kita. Tidak mau melihat kita celaka lebih dalam lagi. Intinya siapun penyebabnya seyogyanya kita selalu instrospeksi diri.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

cara menepis prasangka

Hidup akan berasa indah dan tenang jika kita mampu bersikap sebagaimana mestinya. Tak ada kata berlebihan, yang ada porsi yang seharusnya. Tapi justru itu yang tidak mudah, lantaran kita sering dan terbiasa melebih2kan rasa. Ya rasa marah, benci, dendam, iri, dan sebangsanya lah. Sering merasa memiliki intuisi/bakat indra ke-6, dimana merasa mampu melihat  sikap dan perasaan seaeorang mengakibatkan yang bersangkutan sotoy. Padahal namanya perasaan sampai sekarang belum ada alat untuk mengukurnya. Bisa jadi intuisinya hanyalah perasaan yang melebih2kan saja. Dalam hati seseorang belum ada yang mampu memecahkan diskripsi yang dirasakan. Daripada terjebak akan perasaan yang ga jelas ujungnya, mending lakukan cara menepis prasangka berikut ini:

Asah hobi
Ketika kita enjoy dengan hobi kita, dengan sendirinya kita akan terhindar dari prasangka yang hanya bikin sesak di dada. Ilustrasinya, ketika ada orang yang mendadak diam bukan berarti dya marah dengan kita. Banyak opsi yang melatarbelakangi. Salah satunya mungkin kucingnya mati,sakit gigi,utang belum dibayar, dll.

Katakan: setiap orang berpeluang salah
Namanya manusia tak luput dari salah dan khilaf. Bukan berarti ini menjadikan pemakluman atas ketledoran kita loh. Kesalahan adalah fitrah kita sebagai manusia. Baik dan buruk adalah pilihan dalam kehidupan kita. Bisa jadi sekarang mereka yang berbuat kesalahan, esok hari siapa yang tau? Mungkin bisa jadi giliran si B ataupun si Z. So, berhati2lah dengan perkataan bisa jadi mbalek kepada si punya mulut pedes tersebut.

Stop menghakimi orang
Sudahkah anda yakin seyakin yakinnya kalau kita adalah orang baik? Orang yang berhak menghakimi orang? Ah impossible. Jika kita menyebut diri kita adalah orang baik namun masih saja menghakimi orang, maka pertanda kita belum jadi orang baik. Baik buruk tidak dapat disimpulkan dengan melihat kesing yang terluar. Tatto yang terkesan negatif misalnya, tidak serta merta dya nakal. Dan dengan seenaknya merasa kita lebih baik. Tidak menjamin gaes..
#semoga bermanfaat & hidup bahagia 

menghadapi orang yang selalu berfikiran negatif

Capek juga berhadapan dengan orang yang selalu hidup dengan pikiran negatifnya. Ga ada pilihan lagi jika tiap hari harus berhadapan dengannya. Boleh2 saja dan sah2 saja berpersepsi tentang sesuatu. Tapi perlu diingat persepsi kita tidak ada patokan bahwa itu adalah FAKTA yang sesungguhnya. Mengapa?? Karena persepsi turunan dari perasaan yang dirasakan sedangkan kita sering melebih2kan. Disadari atau tidak. Hal ini bisa diaplikasikan di berbagai hal. Misalnya gebetan nikah, mendadak dunianya runtuh lantaran sinar mentari dan rembulan tak lagi mau bersinar. Hahaha (lebay abiis). Lalu apa yang harus dilakukan jika berhadapan dengan orang yang hidup dengan pikirannya sendiri? Cekidot..

Tetap berbuat baik padanya
Manusiawi jika kita sakit hati lantaran ia selalu berulah. Ada saja celah untuk mengorek2 kekurangan kita. Karakter ini cenderung negatif tingking terhadap orang yang pernah bersinggungan dengannya sekalipun belum tentu kesalahan mutlak ada di tangan lawannya. Jikalau yang bersangkutan jahat, maka ihtiar terbaik adalah tetap berbuat baik padanya secara tulus ihlas dan kembalikan semua pada pemilik hati agar kita tidak streeesss.

Stel kendow alias woles
Ga usah diambil pusing karakter lucu itu. Sugestikan bahwa dia adalah boneka tedy bear yang lucu menggemaskan. Jadi ketika ia kumat, kita tidak akan terpancing, justru geli dan mendapatkan hiburan tersendiri. Anggap saja menyaksikan dagelan yang lagi gladi bersih sebelum pentas.

Dia hanyalah butuh teman berbagi
Jika yang bersangkutan selalu mengatasnamakan supel bergaul dan punya banyak teman, maka hal tersebut naif belaka. Mengapa? Banyak teman tapi dibelakang tak menyukai karakter kita sama juga boong. Mengedepankan kuantitas namun tak memperhatikan kualitas. Teman yang tulus ibarat cermin. Jika ada kelakuan kita yang buruk maka secara langsung akan terlihat. Bisa jadi yang bersangkutan hanya kurang kasih sayang, kurang perhatian, kurang pengertian.

Maafkan diri anda
Loh siapa yang salah kok kita yang harus minta maaf? maksudnya bagemana? Pikiran dan tenaga kita telah terkuras untuk memikirkan tingkah polahnya yang kian hari kian bikin gemes, hingga lupa meng-update diri. Rugi besar kitanya jika hidup indah kita terkontaminasi akan ulahnya. Jadikan tingkahnya sebagai warna dalam kehidupan kita. Yang kelak jadi pengingat bahwa hidup ini semakin indah jika kita selalu berpikiran positif. Baca juga stres terselubung
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia

bila rindu menyapa

Ada kalanya kita di sebuah keadaan bila rindu menyapa dengan ia yang sudah menjadi suami orang. Tetiba teringat ia yang pernah mengisi kehidupan, beberapa waktu yang lalu. Tapi apa yang harus dilakukan? Sedang dia sudah tak sendiri lagi. Membiarkan rasa ini terus menerus hadir, membuat jiwa ini tak tenang dan tentram. Antara ingin memulai komunikasi dan takut semakin terasa ketidak-aturan rasa yang dulu sungguh sulit untuk didamaikan kembali menganga. Lalu apa yang harus dilakukan jika dalam posisi ini?

Berdamailah dengan diri sendiri
Katakan kepada diri anda bahwa ia bukan lagi milik anda yang sewaktu2 bisa dihubungi. Sekarang ia adalah ayah dari anak yang sangat lucu itu. Jika rasa itu harus kembali muncul dan tekuak, apakah tidak ada hati yang tersakiti? Sekalipun keduanya dari kita sama2 saling menyayangi? Damaikalnlah hati anda agar berkompromi dengan keadaan. Katakan ini yang terbaik dari keadaan yang dulu kalian impikan. Berpisah sebuah keputusan bersama, maka selayaknya diantranya harus mematuhinya.

Ambil air wudhu dan sholat
Mohon ketenangan dan ketentraman batin kepadaNya. Yang mampu menentramkan jiwa, yang selalu menuntun hambaNya untuk selalu ada dalam rel2 kehidupan yang baik. Dekap ia dalam lantunan doa tulusmu. Sekalipun dari jarak jauh, namun kekuatan doa tulus tak ada tandingannya dan tak perlu diragukan lagi serta kembalikan semua pintamu padaNya Sang Empunya kehidupan.  

Posisikan diri kita di dalam posisinya
Dengan begitu kita akan seribu kali lipat berindak bodoh dan ceroboh. Bagaiaman jika ini menimpaku? Bagaimana ini jika aku di posisi istrinya? Biarkan ia tenang dan damai dengan pilihan dan keluarga barunya. Bukankan ini ikrar yang dulu pernah kalian ucapkan ketika berpisah? “Mendukung dan saling mendoakan untuk mendapatkan pasangan yang terbaik sekalipun tak akan pernah bersama”. Ga lucu jika kebahagiannya terusik dengan tingkah konyol kita. 
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia 

3 hal yang melekat di pikiran masyarakat

Ada beberapa hal yang tak dapat kita rubah dan kita pungkiri sepanjang kehidupan kita. Dimana ia akan membuntuti kita dalam setiap langkah. baik langkah kebaikan maupun langkah yang kurang tepat. Dan mayoritas orang, selalu mengungkit2 hal ini jika kita sedang mengalami hal2 “kurang beruntung”. Berikut 3 hal yang melekat di pikiran  masyarakat:

Siapa orang tua kita
Seorang anak tidak dapat memilih sosok orang tua  saat ia dilahirkan. Jika ditarik ke belakang, orang sering menganggap remeh dan sepele anak yang berbackground orang tua miskin, pendidikan rendah bahkan anak yang tidak jelas asal usulnya. Jika ditanya, tentunya mereka juga menginginkan terlahir dari rahim seorang ibu yang sholehah dan ayah yang kuat dan tangguh. Yang siap secara lahir batin, spiritual dan meteriil mendidik dan membesarkannya. Namun keadaan yang ada sering sebaliknya.

Bukan hak kita menghakimi dan seolah membenarkan tingkah laku orang tuanya yang negatif  menurun di darah si anak. “oh pantes bapaknya tukang judi kok”. Kata2 negatif semacam ini yang beredar di masyarakat ketika anak dari keluarga “kacau” melakukan kekacauan yang sama seperti orang tuanya. Memang benar kita tak dapat memungkiri siapakah orang tua kita, namun kita sebagai anak jangan khawatir dan berkecil hati. Kita memang tak mampu memilih terlahir dari siapa, namun kita mampu memilih masa depan yang hendak kita lalui selanjutnya. Kita masih punya harapan besar akan keajaiban yang Tuhan berikan kepada kita. Ga jadi masalah jika orang tua kita mantan seorang penjudi. Sekalipun konsekoensinya kita tercap sebagai anak penjudi. Namun bukan berarti kita harus sama jadi penjudi kan? Hal ini adalah sebuah latar belakang masalah dimana hal2 yang memperkuat supaya kita mampu mengilangkan stigma negatif keluarga kita di masyarakat.

Kalau orang tua kita berjalan di rel yang salah, maka kita harus ada dalam rel yang benar. Keyakinan itu muncul, ketika kita berbuat baik sebaik2nya, Tuhan tidak akan diam. Banyak tangan Tuhan yang membuat hal yang dimata orang tak mungkin dan seolah omong kosong bahkan dongeng di siang bolong menjadi nyata dan luar biasa.  So jangan pernah rendah diri lantaran background hitam yang melekat di diri kita. Terus gali potensi yang kita punya sedalam2nya. and now time to show our skills.

Keturunan siapakah kita?
Berjalannya waktu, si anak mampu memilih jalan mana yang hendak ia lalui ketika ia dewasa.  Seperti jalan yang sudah pernah dipilih orang tuanya, ataukah ingin memilih jalan yang sebaliknya. Ketika anak tersebut mau dan mampu berubah dan berusaha semaksimal mungkin dan mendapatkan kesempatan dari lingkungannya, tidak menutup kemungkinan yang bersangkutan bisa menjadi anak yang membanggakan orang tuanya, bahkan memberikan senyuman tunduk hormat kepada orang2 yang dulunya sering memaki dan sering mengkotak2an bahwa ia tak mungkin mencapai kesusksesan. Boro2 kesuksesan, hidup bahagia adalah mustahil menurut mereka. Jadi, background negatif keluarga bahkan lingkungan yang melekat di diri seseorang bukanlah sebuah penghalang untuk meraih kesusksesan dan keberkahan hidup.

Bagaimana lingkungannya?
Banyak orang sukses yang berasal dari lingkungan yang “tak layak”. Kuncinya ada di diri seseorang. Mau gigih memperjuangkan hidupanya atau pasrah bahkan putus asa.  Lingkungan baik tidak menjamin mencetak semua “lulusan baik”, begitu juga sebaliknya. intinya apapun lingkungan kita, satu yang perlu kita pahami dan sadari yakni berpegang teguh pada aturanNya. Ketika kita patuh padaNya, kita mampu menjadi pionir dimana mampu mengubah dan membawa kebaikan bagi lingkungan yang kata orang “tak ramah”. Kita mamapu menularkan keilmuan kita dan menerapkannya disana. Bukankah sebaik2 manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama?. 

Jadi, siapapun orang tua kita, bagaimanapun sepak terjang keluarga kita dan bagaimanapun lingkungan yang menempa kita bukanlah sebuah penghalang kita untuk meraih kesuksesan. Justru ini waktunya bagi kita menjadi agen perubahan bagi diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan kita agar semakin lebih baik dan baik lagi. Apapun background yang melekat di diri kita tidak dapat kita hilangkan dan kita pungkiri, namun satu hal kita masih bisa memilih masa depan seperti apa yang hendak kita lalui. Semua kembali ke kita masing2. Baca juga tetap berbuat baik

#Semoga bermanfaat dan hidup bahagia

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger