Tuhan
memiliki berjuta cara untuk menunjukkan kuasaNya. Salah satu diantaranya
bertemunya dua insan manusia bahkan lebih dalam suatu waktu dan kesempatan, sehingga
mereka dapat belajar, memahami, mengerti dan berbagi satu dengan yang lainnya.
Diperjalannya
hubungan itu tidak selalu mulus maupun lancar. Ada saja celah2 untuk menguji
bagaimana cara menghadapi masalah diantara mereka. Dari ratusan bahkan ribuan
orang yang sudah pernah kita jumpai bahkan kita mengenalinya, tak sedikit yang
hanya melintas dan lewat tanpa tercipta memori yang enak untuk dikenang,
sekalipun intensitas diantara mereka cukup sering. Sebut saja teman TK/SD. Ya
hanya teman sekolah yang hanya berinteraksi di sekolah tidak lebih. Tidak ada ikatan
emosional diantara mereka. Namun tak sedikit berawal dari teman sekolah yang
hubungannya mampu dan bisa awet hingga uban mereka mulai tumbuh. Kan selalu begitu
seterusnya??. Jadi apa intinya? Semua bergantung kepada masing2 orang, mau
dikemanakan hubungan baik yang telah tercipta selama ini? ingin dipupuk dan
dijaga ataupun membiarkannya begitu saja menguap. Semua kembali ke diri kita
masing2.
Dan
diperjalannya orang yang sering berinteraksi dengan kita bisa kita
klasifikasikan dan kita kelompokkan menjadi teman biasa, teman baik, sahabat,
musuh dalam selimut, teman jika butuh bahkan menjadi saudara yang tulus hatinya
tak mampu ditandingi oleh apapun. Tidak instan memang, semua butuh waktu dan
proses pencapaian tersebut, dan endingnya kita mampu memutuskan dan berkata,
“ya dia teman baikku”, “ya dia tipe teman yang suka menggunting dalam lipatan”
bahkan “aku takut kehilangannya lantaran keluarganyapun sayang kepadaku”.
Diantara
sederet klasifikasi teman, satu poin yang menyita perhatian, yakni teman yang
endingnya bisa menjadi saudara dalam arti seluas2nya dan sebenar2nya. Mungkin
prosentase dari 100 teman, hanya 1-5%. Bahkan bisa juga justru 0%. Karena harus
diakui itu tak mudah dan tak instan. Butuh maintenance yang ekstra sabar dan
banyak usaha untuk mencapai tahap tersebut.
Teman
yang mampu menjadi saudara adalah orang yang tulus dari hatinya menerima kita
dan mampu memahami kita. Perlu diingat tidak hanya satu arah, melainkan dua
arah. Yang berlaku untuk kita dan juga sebaliknya. Jika yang terjadi hanya
pengertian satu arah, hubungan baik itu tak akan berlangsung lama. Mana ada
orang yang mau mendengarkan curhat yang tak berujung? Mana ada orang yang mau
terus2an mengerti orang lain tanpa dia dimengerti balek sekalipun ia adalah
teman baik kita. Lihat saja tempat sampah!. Ada kalanya dia sebagai tempat
curhat untuk membuang sampah2 yang ada dipikiran orang lain, tapi jika udah
penuh, sampah2 itu akan meluber dan jika tidak dibuang segera justru akan
menimbulkan banyak penyakit. Satu diantara dampaknya adalah merenggangnya
hubungan yang dulu terbina baik. Lalu solusinya bagaimana? Sampah2 yang sudah
banyak tertimbun selayaknya gantian
dikosongkan unek2nya. Begitu seterusnya.
Dari teman
jadi saudara adalah satu anugrah dan kemurahan yang diberikan Tuhan untuk kita.
Jika kita mengalaminya, selayaknya kita mempertahankan apa yang telah diberikan
untuk kita dariNya. Dengan kata lain kita adalah orang2 terpilih yang mampu
menikmati kebahagiaan dari teman yang berujung menjadi saudara. Biasanya,
ketika hubungan baik kita dengan teman, maka dengan sendirinya keluarganya akan
merasa seolah memiliki kemistri juga dengan kita. Sehingga hubungan baik itu
menjadi hubungan besar diantara keluarga. Allahu Akbar. Lalu nikmat Tuhah manna
yang masih kamu dustakan?
Sejatinya
teman adalah harta yang berharga terlebih teman yang menjelma seperti saudara. Darah
adamlah yang menyatukannya. Satu hal yang perlu digarisbawahi, jika kita dalam
posisi sudah dalam keadaan dewasa, alangkah lebih baiknya jika kita tidak perlu
memilih2 teman. Jika ada teman yang dipandang mata tidaklah baik,
selayaknya jangan memvonis dan anti pati
terhadapnya. Kita masih bisa berteman dengannya dengan mengambil sisi2 lain
dari kehidupannya. Perlu diingat, tak ada orang yang hitam mutlak, tak ada
orang yang tak pernah melakukan kebaikan. Semua imbang,, pernah melakukan
kesalahan begitu juga pernah melakukan kabaikan. Kita fokus terhadap rem yang
ada dalam diri kita, agar nantinya kita mampu memfilter apapun yang akan
mendekati kita. Dan dengan sendirinya apa2 yang dirasa jelek akan menyingkir
dengan sendirinya, dan yang baik segera mendekat secara otomatis. Ketika kita
bergaul dengan orang jahat katakanlah, kita ga perlu berlaku jahat pula kan?. Baca juga jangan memaksa bila belum jodoh
#semoga
bermanfaat dan hidup bahagia