Entradas populares

3 alasan teman dekat menolak cintamu

Ribuan teman mungkin silih berganti dalam kehidupan kita. Dari sekedar teman biasa, teman baik, teman dekat, teman yang hanya datang ketika butuh atau teman yang benar2 teman. Dari ribuan itu, mungkin tak banyak yang kita rasa “yes dya teman dekatku”. Berikut beberapa alasan ketika teman dekat lebih memilih menjadikanmu seorang saudara daripada menerima cintamu:

Dya tak ingin kehilangan sosokmu
Ketika kita tidak berniat memilih2 teman, namun kenyataan  seleksi alamlah yang berbicara sebaliknya. Karna hanya teman yang memiliki kesamaan dengan kitalah yang mau dan mampu bertahan hingga tua mungkin. Ntah kesamaan hobi, pola pikir, background pendidikan, background keluarga, dll. Begitu juga ketika kita sudah mentok nyaman dengan teman kita sendiri. Hingga timbul rasa yang tak lazim. Yes, ada rasa ingin memiliki seutuhnya.

Ketika kita sudah mengupayakan agar yang bersangkutan tau perasaan yang kita rasakan, bukan jawaban diterima justru dya menolak kita untuk menjadi belahan jiwanya. Bukan lantaran tidak nyaman dengan kita namun yang bersangkutan takut kehilangan sosokmu. Dya lebih memilih menjadikanmu saudaranya dalam arti sebenarnya.

Knapa bisa begitu? bisa jadi yang bersangkutan benar2 menginginkanmu porsi sebagai saudara. Karna dalam persaudaraan yang tulus, tidak menuntut saudaranya untuk berubah ini dan itu. Menerima apapun background yang melekat di saudaranya terlebih kebiasaan yang sudah sehari2 kamu lakukan tanpa syarat. Kebaikannya tulus ihlas tanpa tendensi apapun. Doa seorang saudara itu tulus lho, hanya menginginkan saudaranya hidup bahagia dan bahagia. Jika ada kesempatan, bisa tetep bertemu namun tidak harus memiliki seutuhnya. Boleh jadi ketika yang bersangkutan menjadi pacar ataupun kekasihmu, hubungan baik itu tak berlangsung lama.

Kamu bukan sosok yang dibutuhkannya
Menjalani hubungan di usia tidak muda yang diinginkan hanyalah pasangan yang serius. Pasangan yang mampu memahami dan mendukungnya. Bisa jadi dya menolakmu lantaran dya merasa kamu bukan sosok yang dya butuhkan. Semisal dya membutuhkan orang yang dewasa dan ngemong, sedangkan kamu masih kekanak2an dan dya yang selalu mengalah. Ketika dya membutuhkan orang yang bisa menuntun ke jalanNya secara spiritual, namun yang ada kamu sebaliknya. Ketika dya membutuhkan orang yang mampu mendengarkan dan memberikan solusi dari ceritanya, namun kamu bukan tipe ini, kamu ga suka medengarkan cerita2 dan menganggap apapun santé dan gampang. 

Ketika dya membutuhkan orang yang mampu mengayomi dan patner untuk bertukar pikiran, yang ada kamu yang selalu merengek untuk diayomi. Dan ketika dya adalah sosok yang survive dan tipe pejuang di kehidupannya, tak mengherankan jika dya juga menginginkan tipe yang sama, bukan tipe yang mudah menyerah dan hobi mengeluh. Jika itu terjadi, janganlah sakit hati. Itu sebuah kenyataan yang dya rasakan. Bantulah dya dengan doa tulusmu, agar dya segera menemukan orang yang benar2 dya butuhkan. Begitu juga dengan kamu.

Ada yang lebih tepat untuk masing2
Ya buat apa menjalani suatu hubungan jika salah satu pihak merasa tidak nyaman dan tidak bahagia. Lepaskan saja! Biarkan dya memilih orang yang mampu membuatnya bahagia, tentunya kita juga harus sama. Menemukan orang yang tepat untuk menyempurnakan kehidupan kita selanjutnya. Tidak bisa memilikinya bukanlah ahir dari segalanya. Justru ini sebuah permulaan dimana kita harus segera move on untuk menemukan dan membuka hati untuk orang yang lebih baik. Mungkin dalam pertemanan kita sangat kompak dan nyaman, hal ini belum tentu terjadi ketika dalam hubungan yang lebih lanjut. Lepaskan dya untuk menemukan pangerannya!. Bukankah kebahagiaan orang yang kita sayang  adalah kebahagiaan yang kita impikan?.
    
    3 alasan diatas, adalah sekedar wakil dari sekian alasan mengapa teman dekat menolak cinta kita yang sejatinya sama2 merasakan kenyamanan ketika bersama. Nyaman dalam hubungan pertemanan bukan jaminan nyaman di hubungan lainnya. Jikalaupun itu terjadi penolakan, bukan berarti dya tidak mencintaimu. Jelas dya mencintaimu namun kadar dan porsinya sebagai saudara. Jika dya menginginkanmu sebagai saudaranya, hal tersebut bukanlah hal yang remeh. Itu sebuah apresiasi besar bagi kamu. Tandanya kamu adalah orang yang ingin dya miliki selamanya tanpa ada kata putus dalam keadaan baik maupun buruk. Apapun keputusannya, seharusnya kita tetap menghormati. Bukan malah sebaliknya memusuhinya. Rugi besar kitanya kalau melakukan hal satu itu. Jiwa besar dan legowo saja! Sekalipun tidak dapat memiliknya, kita tetap dapat melihat senyum manisnya kan? Tetap bisa bertemu dan bercerita panjang lebar dengannya kan? Jadi, ketika cinta kita ditolak oleh teman dekat bukanlah sebuah masalah. Yang jadi masalah jika  menjauhinya dan bersikap tidak dewasa. Baca juga jangan memaksa bila belum jodoh
#semoga bermanfaat dan hidup sehat

disombongin orang?,, nyantai aja sob!

Orang diam bukan berarti yang bersangkutan itu mudah dibodohi, bukan pula yang bersangkutan lemah,  bukan pula yang bersangkutan tak berilmu. Memang ada sebagian orang yang lebih memilih irit omong ketimbang omongan yang dirasa ga’ bermanfaat dan ga’ bermutu. Mungkin karakter orang ini simpel, ga’ ingin ribet dan belibet. Sejauh baik ya dilakukan. Masalah pro dan kontra hanyalah bunga dari kehidupan. Orang yang berbuat baik saja pasti ada saja menuai komentar negatif, terlebih orang yang berkelakuan negatif,, sudah mutlak yang bersangkutan kehujanan hujatan, right??
Omongan sedikit namun bermanfaat nan berkualitas jauh lebih baik dari kebanyakan omong namun menyakitkan ataupun ga’ ada manfaatnya. Memposisikan diri di hadapan khalayak ramai untuk tidak banyak omong dan membual adalah  pilihan yang tepat. Dalam konteks ini memilih diam bukan berarti diam seutuhnya. Ada momentumnya lah,. lebih tepatnya lebih baik diam dari pada membual yang ga’ jelas.
Merasa diri lebih baik daripada orang menjadikan kita kerap tergelincir, masuk dalam ranah sombong yang menjadikan kita merasa diatas angin seolah mempunyai hak untuk menghakimi si A itu telmi dan si B itu cupu. Sedangkan kenyataannya di atas langit  masih ada langit. Ketika sudah merasa pintar, apakah yang bersangkutan yaqin memang benar2 pintar?
     Lalu apa yang harus dilakukan jika bertemu dan berhadapan dengan orang yang sombong? Orang yang hobinya tidak lain pamer kehebatannya? Jawabnya simpel saja yakni sugestikan diri anda bahwa yang bersangkutan “lucu menggelitik” jadi kalau dia mulai nyombong rasanya kita pingin ketawa karna dia lucu bin unik. Apakah itu efektif? Saya sudah membuktikan dan lumayanlah bikin tekanan darah tetap stabil kok. Sayangkan dia yang nyombong, tapi tekanan darah kita jadi naik atau mendadak menimbulkan kerutan beberapa garis dikening. LOL
#semoga bermanfaat dan salam jiwa sehat

menikmati fase kehidupan

Manusia itu unik. Satu dengan yang lainnya tak ada yang sama. Sekalipun yang bersangkutan adalah kembar identik. Ada saja perbedaannya, entah sifat ataupun kerakter pribadinya. Terlebih orang yang kagak ada hubungan saudara. Sudah barang tentu jelas garis perberbedaannya. Salah satu hal yang menarik dalam kehidupanku adalah bertemu dan ngobrol dengan orang baru. Stop bukan berarti saya kepo loh. Begini saya jelaskan daripada salah paham jadinya.. J

Tanpa kita sadari, kita sering berinteraksi dengan orang lain yang kadang bikin hati gondok, risih, menyenangkan, mengisnpirasi ataupun apalah namanya lantaran omongannya. Nah dari interkasi tersebut, pasti ada saja hal yang bisa diambil pelajarannya. Termasuk orang yang mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Yah kita tau lah, sehitam2nya seseorang pasti pernah ataupun masih memiliki sisi putihnya [red:yingyang].

     Begitu juga ketika saya sering bertemu ntah berpapasan dengan keluarga kecil ini. Mereka keluarga kecil yang terdiri 3 orang anak yang masih kecil2. Usia anak pertama mungkin sekitaran usia TK. Keluarga ini menarik dan memberikanku pelajaran. Pelajaran akan makna kebahagiaan itu tergantung bagaimana cara kita memandang. Mereka berjualan makanan kecil di depan sebuah kampus di kotaku. Saya sering ketemu bukan lantaran konsumennya, namun kita sering bertemu ketika sama2 membeli lauk di sebuah warung. Mereka selepas berjualan dan saya selepas pulang kerja.

Tak ada kata mewah yang terpancar dari keluaraga ini. Lusuh iya. Namun dibalik lusuh, senyuman mereka memancarkan kebahagiaan dan kedamaian yang saya ikut bisa merasakannya. Pakaian seadanya, bawaan kanan kiri [teng greweng] ditambah dengan rengekan ketiga anak2nya. Sekilas mereka terlihat orang yang berkekurangan. Si ibu ga sama sekali erpakaian bagus ataupun bersih. Begitu juga dengan sang ayah, walaupun sebenarnya sang ayah ganteng. Tapi bukan itu yang jadi fokus pengamatan saya. Senyuman dan candaan mereka itu membuat deg di dada. Keluarga kecil ini seoalah mengajarkanku makna perjuangan hidup dan syukur nikmat yang teramat dalam.

Kalau dipikir2, mereka sungguh repot, punya anak 3 kecil2 dan masih jualan yang notabennya letaknya jauh dari rumahnya. Tiap pagi dan sore bawa barang2 keperluan jualan yang tidak sedikit, namun satu hal yang saya tangkap, mereka bahagia dan sangat enjoy menjalani cerita dalam kehidupannya.

Jika kita mampu ikhlas akan ketetapan Tuhan dan menjalaninya dengan sebaik2nya saya kira bahagia akan datang. Jika yang bersangkutan selalu berpikir positif saya rasa prasangka baiknya akan mengamini dan berbuah kebaikan yang datang menghampirinya. Ketika yang bersangkutan selalu memaknai apapun yang terjadi dalam kehidupannya adalah sebuah proses anak tangga yang harus didaki untuk mencapai tujuan hidup yang lebih tinggi, saya rasa ia  memiliki obat yang mungkin lebih luas dari samudra di alam ini. Dan pelajaran yang saya dapat:

·         Bahagia itu tidak dapat divonis dengan melihat kulit luar dari seseorang
·         Tidak dari bagus jeleknya baju yang dikenakan
·         Tidak dari wangi baunya keringat
·         Tidak dari klimis ataupun acak2an si rambut
·         Tidak dari mulus ataupun kucel sang wajah
Namun
·         Terlihat dari senyuman yang mengembang
·    
Terlihat dari keikhlasan yang bersangkutan menjalani, meyakini serta menikmati fase kehidupan yag mana hakikat kehidupan adalah perjuangan. Karena pada akhirnya setiap orang punya cara memaknai kebahagiaan yang mereka punyai. Sekalipun orang lain memandang hidupnya penuh dengan drama. Jika yang bersangkutan mampu memilih cara untuk berbahagia dengan caranya, orang lain tak berhak mengusik kebahagiaan mereka sekalipun dalam keterbatasan. Dan keterbatasan akan terasa indah jika kita tidak mendramatisirnya namun justru menjadikannya pijakan untuk meraih kado yang telah Ia siapkan.. Baca juga hidup ala diri sendiri

#semoga bermanfaat & hidup bahagia

Klop Tak Selalu Bersatu

Diperjalanan kehidupan seorang manusia ia tak dapat menebak tipe jalan seperti apa yang hendak ia lalui. Lurus, berbelok, curam, naik atau bahakan turun. Ia-pun tak mampu memprediksi kepada siapa ia akan bertemu dan berseteru. Yes, unpredictable. Seiring berjalannya waktu, ia tak mampu menolak gemuruh di dalam jiwanya akan pesona lawan jenisnya di seantero dunia ini, termasuk  di dalamnya dengan sahabatnya sendiri. Sekalipun ia tahu bahwa ada zona terlarang dan ada batas2 yang tak boleh ia lalui.

Terlalu naïf jika menampik rasa nyaman akibat dari sering bersama. Klop itulah kata yang menggambarkan kekompakan diantara mereka. Namun kembali lagi, ada hal yang tak mampu untuk dilebihkan. Salah satu diantaranya telah menemukan pasangan. Bukan berarti pula pasangan-nya lebih baik dan lebih klop dari sahabatnya tersebut. Namun ada alasan yang sangat fundamental, yang dirasa tidak melebihkan rasa di dada lebih baik ketimbang memberi kesempatan kepada gelora asmara yang justru akan berdampak tak baik bagi keduanya.

Sakit memang, ketika telah menemukan orang yang klop, kompak dan nyaman namun tak dapat bersatu. Garisnya hanya sebatas persahabatan. Bukan perkawainan. Terlebih dia adalah sahabat terbaik kita sendiri. Hitam putih-nyapun sudah ada di genggaman. Ya inilah kehidupan yang unpredictable. Tak dapat ditebak. Dengan siapa  kita akan jatuh cinta? Dan siapa  patner solid yang akan menua bersama? Yes, inilah teka teki kehidupan yang menyenangkan, mengasikkan, menegangkan dan membuat penasaran.

Dan inilah bumbu dalam kehidupan yang justru bakalan manis jika kita dengan iklas menerimanya. Ga’ mudah memang, yang perlu dikejar adalah menjadikan takdir sebagai sahabat. Sesuatu itu terjadi lantaran hal tersebut terbaik bagi kita kok. Sekalipun dia menurut kita sudah terbaik. Namun Tuhan menyiapkan ada seorang pangeran yang lebih baik lagi dibanding dia untuk kita. so never give up. Besyukurlah karna pernah diberikan kesempatan Allah untuk melewati kesekian tahun bersamanya, sekalipun tidak untuk menemaninya di sisa umurnya. Tuhan Maha Adil dan Tuhan Maha Tau. Adil,, lantaran ada yang lebih tepat untuk kita. Tau,, lantaran ada orang yang akan jauh membahagiakan kita.

So, kita tak akan pernah mampu mengontrol kita untuk terkesima dan mengagumi lawan jenis, termasuk orang terdekat kita. Dalam kasus ini, mengagumi dari jauh lebih baik. Biarkanlah doa2 ihlas kita yang akan menjadi selimut dalam tidur lelahnya. Biarkan doa2 indah ini menjadi pelipur lara dalam setiap gundahnya dan biarkan doa2 khusyu’ ini yang akan menjadi penerang dalam setiap langkahnya. Terlihat seperti pecundang yang gampang menyerah dan tak percaya diri untuk memperjuangkan cintanya, namun sejatinya bukanlah itu, melainkan kesadaran diri yang menjadi rem utama. Biarkan ia bahagia dengan pilihannya, sekalipun bukan kita yang menjadi sumber kebahagiaanya. Tak lupa, kita juga harus bahagia walau tak dapat memiliknya. Percayalah, sesuatu itu jika belum tertakdir untuk kita, pasti ada saja jalannya untuk mlipir. Begitu juga, ketika suatu hal sudah tertakdir untuk kita, sekalipun kita bentengi untuk menolaknya, pasti ada saja jalannya untuk menghampiri dan menjadi milik kita. And life is so beautiful, so enjoy it!! Baca juga jangan memaksa bila belum jodohenjoy aja bila masih sendiri
#semoga bermanfaat & hidup bahagia

Rejeki dari Silaturahmi

Entah mengapa dan kenapa aku sangat senang jika bertemu dan ngobrol dengan orang baru. Asyik dan menarik itulah yang kurasakan. Rutinitas terbaruku akhir2 ini, setiap pulang kerja mampir ke sebuah pasar sore di dekat rumah. Awalnya cuma seneng liat sayuran ijo yang segar, bikin cerah pikiran rasanya. Berasa refreshing gitu, lama kelamaan ketagihan lantaran menikmati suasana yang menyenangkan, penjual yang sangat ramah dan efek lagi gandrung masak jadi sekalian prepare bahan buat esok pagi [chef amatiran nih judulnya].

Sore itu membeli parutan kelapa di sebuah pojok  kios di pasar tersebut, singkat kata aku harus menunggu karena antriannya banyak. Setelah lumayan lama, tibalah giliranku untuk dilayani dan ntah dimulai dari mana aku terlibat percakapan dengan si bapak penjual parutan kelapa.  Ngobrol ngalor ngidul dan ada satu kata yang sampek sekarang nancep di pikiranku.  Si bapak bilang: “jangan menargetkan rejekimu mbak, berusaha semaksimal mungkin dan biarlah Allah yang mengatur rejekimu. Ga’ usah banyak teori harus bersedekah bla bla bla, satu hal yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah keikhlasan. Karena ikhlas adalah kunci utama dari datangnya rejeki mbak”.

Sebelum ngobrol dengan bapak tersebut, aku sempat ngobrol dengan seorang ibu yang sama2 menunggu parutan kelapa. Ibu menceritakan usaha klepon yang ia rintis 17 tahun silam. Dulu laris dan banyak sekali warung yang ia titipi. Ketika anak2nya membutuhkan biaya sekolah dan keperluan lain yang lumayan banyak, rejeki begitu mengalir deras dari berbagai penjuru, namun ketika anak2 sudah menikah dan kebutuhan sehari sudah mulai ringan, maka rejeki yang diberikan Allah juga menyesuaikan dengan kebutuhannya. “Allah itu maha adil dik, kata belio”.

Itulah mengapa aku sangat senang ngobrol dengan orang baru. Kalau mau cerita ya cerita aja, tanpa memperhatikan yang bersangkutan anak siapa? yang bersangkutan kaya atau tidak? Walaupun teman atau saudaraku sering risih dan nyinyir kalo melihat aku mulai beraksi. Aku reflek melakukan hal tersebut, karena rasanya aneh aja kalau sesama manusia yang sama2 punya mulut kok duduk bersebelahan hanya diem2an. Kalo yang bersangkutan asyik dan menyenangkan mungkin bisa dapat wejangan ataupun sharing yang berarti seperti 2 kisah diatas. Dan ketika ada sebuah pepatah, “jangan melihat siapa yang memberikan ilmu, namun lihatlah ilmu apa yang ia berikan” sungguh nancep dalam pikiranku selama ini. Kita sering menyepelekan dengan penampilan orang, mungkin terlihat si bapak tersebut penampilan kucel, gondrong dan ga’ menarik namun siapa sangka dibalik penampilannya tersebut belio menyimpan pengalaman hidup yang luar biasa, begitu juga dengan ibu si penjual klepon. Jangan memandang siapa? namun memandang apa?. Jangan melihat serta merta bungkusnya, namun rasakanlah dulu isinya.

Namun ga’ semua orang enak diajak ngobrol, karena belum lama ini aku ngalami kejadian yang bikin nelen ludah. Dia adalah Jono, teman kerjaku namun beda divisi dan beda gedung so jarang ketemu dan jarang ngobrol. Terlihat dya sangat pendiam. Kebetulan siang itu, dya datang ke ruanganku bersama teman kami yang sudah sangat familiar. Ada di suatu titik dimana aku dan Jono hanya berdua di ruangan. Sempat lama hanya diem2an dan bikin suasana sangat kaku. Aku berinisiatif basa basi nanyain dya duluan, dengan maksud biar suasana lumer,, ga’ lebih. [masak kenal tapi cuma diem2man]. Ku-tanyalah aslinya mana? jawabnya-pun ga’ mengenakkan. Sebenarnya simpel tinggal bilang Wonosari misalnya. Selesai. Namun dya jawabnya muter2. Ku-tanya sekali lagi [dengan nada yang tetep ramah]. Ku-tanya berapa lama biasanya perjalanan ke kotanya? Dengan nada datar tanpa ekspresi, ia menjawab “ga’ pernah ngitung jam mbak”.

Ohhh betapa sialnya aku siang itu, maksud hati ingin basa-basi biar suasana ga’ kaku malah dapat tanggapan yang sesuatu sekali di hati. Dan ku-putuskan ogah nanya dya lagi deh. Satu hal yang justru ada dalam pikiranku, oh orang ini kagak punya teman banyak dan dya tipikal orang yang ga’ mudah adaptasi. Kenapa?? karena dengan temanku sendiri yang notabennya sama2 cowok, dya juga diem aja, ga’ ada inisiatif untuk bertanya ataupun sekedar memulai pembicaraan.

Pelajaran yang bisa diambil yakni, ketika kita menyambung silaturahmi dengan orang lain, kita akan dapat rejeki otomatis didalamnya. Rejeki yang tidak hanya identik dengan uang tentunya. Rejeki itu dapat berupa macam2, missal: doa, kasih sayang, wejangan, sharing pengalaman, perhatian ataupun bentuk lainnya. Jikalau kita menutup diri dari pergaulan, ya sama saja kita menyempitkan rejeki yang sebenarnya berpihak kepada kita. Baca juga Bentuk rejeki
#semoga bermanfaat dan hidup sehat

smart phone just for smart people

Sebut saja dia Okta. Ibu  muda cantik satu ini sungguh menyenangkan bagi sebagian teman2-nya. Ia sangat vokal di dunia maya. Ia juga sangat suka bercanda, sehingga ngobrol dengan ia bisa jadi sangat menyenangkan. Ia juga tak pelit untuk memberikan kabar dan aktivitas yang sedang ia lakukan. Sesekali dilengkapi dengan capture potonya yang aduhai cantiknya [menurutnya]. Hampir semua aktifitas ia dokumentasikan dan ia bagi ke sahabat2 mayanya. Include kegiatan2 yang ga’ jelas hingga kegiatan yang ga’ sepatutnya di share di sosmed-nya. Lebih dalam lagi mengumpat tetangganya sendiri dengan berbagai macam masalah. Seolah ia sangat terdholimi. Sontan teman2-nya jadi pembela nomor satu tanpa memperhatikan duduk perkara yang sebenarnya.

Ada hal unik ketika belum lama ini ia terkena musibah yang bertubi-tubi. Ia pasang setatus kehilangan kucing seharga 2 juta lantaran ia lupa menutup pintu pagar kontrakannya. Dengan beragam komentar agar yang bersangkutan kuat dan tegar. Beberapa hari berikutnya ia upload foto kaca rumah kontrakannya yang pecah dan puluhan juta raib digondol maling. Sontan orang2 yang ga’ tau kejadian tersebut mendadak tahu ketika membaca postingannya.
Jika ditarik ke sisi yang lain, kita seringkali menyakitkan orang lain dengan tangan kita, dengan jari2 kita ketika mengetik dan terjadilah sebuah setatus. Bagi kita mungkin itu hanyalah umpatan tak berarti, namun bagi orang lain siapa sangka? Tak heran ketika melihat ia di sosmed, orang tersebut mentereng seolah kelas atas. Padahal yang sebenarnya ia juga sama dengan ibu-ibu pada umunya yang hitungan hari berumahtangga. Rumahpun masih ngontrak. Tapi gayanya luar biasa,, istilah orang jawa “nyundul langit”.

Istilah mulutmu adalah harimaumu kin sudah bergeser dengan jempolmu harimaumu. Doa orang2 yang tersakiti akan perbuatan kita sangat manjur loh,, terlebih yang bersangkutan hobi pamer dan merasa paling hebat dibanding dengan temann2nya. Sedih liatnya, kenapa apa2 harus di share agar diakui oleh orang lain? kenapa hobi banget show off akan kekayaan dan kehebatannya?? memang haknya namun kalau kayak gini, yang rugi juga yang bersangkutan kan?

Belum kering dalam ingatan kita ada anak muda asal luar Jogja yang kuliah di Jogja mengumpat tentang Jogja lantaran masalah bensin? Sontan yang bersangkutan jadi bahan bully orang2 yang tidak terima dengan kelakuannya, endingnya ia harus menerima berbagai macam konsekuensi dari perbuatannya.

2 kisah diatas menggambarkan bahwa pentingnya pengendalian diri. Untuk apa?? Teknologi memang memudahkan kita berkomunikasi dengan orang yang jauh, namun selayaknya jangan sampai ada hati yang tersakiti akan setatus di sosmed kita. Yang kita butuhkan rem sebagai alat kendali bagi diri kita untuk mengontrol bagian mana yang memang untuk konsumsi publik ataupun hanya untuk privasi kita saja. Pikir2 dan pilah2 apa yang akan kita share sebelum semua akan menjadi petaka bagi kita.  Jangan sampai setelah kita share  sesuatu, bukannya nambah teman malah ngurangi teman, lantaran mereka ogah dan malas berteman dengan kita [lagi] yang isinya hanya mengumpat mengumpat dan mengumpat.  And smart phone just for smart people. Baca juga Aturan Ta Tertulis di Medsos

#semoga bermanfaat & hidup bahagia

kesempatan itu akan selalu ada

Sebut saja Tito. Anak muda yang pernah tersilaukan fatamorgana dunia. Ia terhipnotis oleh biasnya hingga ia terperosok semakin dalam.  Nasihat orang2 terdekatpun sekedar menjadi angin lalu, begitu juga ketika  ia harus kehilangan orang yang begitu menyanyanginya, tak sedikitpun membuatnya sadar dan jera. Justru semakin parah kelakuannya.  Ia tahu apa yang dilakukannya itu salah, namun ia tak tahu bagaimana keluar dari “dunia barunya”.

Berurusan dengan pihak berwajib sudah hal yang biasa baginya. Cap anak nakal sudah ia genggam. Tak heran sedikit orang yang mau bergaul dengannya. Ada dan tidak dirinya tak berpengaruh di kehidupan sekitarnya. Tak heran ia sering sakit hati lantaran sering  tak dianggap kehadirannya. Dari situlah ia mulai berfikir dan ingin sekali mengakhiri pertualangan hitamnya. Dan kali ini ia benar2  ingin move on. Ia ingin hidup normal senormal-normalnya.

Dan disuatu titik Tuhan melihat kesungguhannya, sedikit demi sedikit ia menemukan pencerahan. Sempat ada kata menyerah namun ia ingin hidup lebih baik lagi. Dengan tekad yang kuat, dorongan dan doa keluarga tercintanya ia mampu percaya diri, terlebih dengan dukungan penuh dari sahabat2nya semakin memantapkan langkahnya untuk meninggalkan “dunia barunya”.

Kini siapa sangka, anak muda bermasa lalu kelam itu menjelma menjadi anak muda dengan segudang inovasi. Memang ia berasal dari keluarga menengah keatas, namun ia enggan menggunakan fasilitas dari orang tuanya. Keinginannya pada dasarnya sangat simple. Ia hanya ingin seperti orang pada umumnya. Keluar rumah pagi, mengenakan hem, celana kain serta bersepatu. Tanpa menunggu waktu lama, Tuhan memberikan kemudahan baginya. Apa yang ia inginkan terwujud dengan segera. Tidak sampai itu saja, ia berniat menmaksimalkan energi dan waktu yang ia punya agar pikiran tidak kemana2, agar tetap berfikiran positif dengan merintis beberapa bisnis baru dan boleh dibilang sukses keras. Dan kini siapa sangka Tito dengan seabrek cerita kelamnya kini menjelma sebagai anak muda yang inspiratif. Decak kagum bahkan cibiran kerap ia dengar tapi tak membuatnya surut langkah. Ia hanya ingin membersihkan hidupnya yang kemarin  sempat ia kotori dan memperbaiki hasil ujian kehidupan yang jeblok. Tak heran jika ia bertemu dengan teman lamanya, jarang yang percaya kalau kini ia tlah berubah dan bermetamorfosis ke arah yang lebih baik.

Dan benar kini ia telah menemukan jalan hidupnya yang semula masih tertutup kabut. Memaafkan atas kelakuan diri sendiri silam adalah pilihan bijak, sebagai pondasi kokoh untuk pijakan dalam menjalani masa depan yang lebih baik. Pastikan kesempatan itu akan selalu adaPelajaran yang diambil:

Setiap orang memiliki masa lalu
Biarlah orang lain menghakimi atau menilai kita  seberapapun, toh yang menjalani kita, yang tau juga hanya kita. Jika kita dinilai jelek, ada 2 kemungkinan:  mungkin memang kita jelek, atau mereka tidak tahu bagaimana yang sebenarnya.
Justru masa lalu yang suram akan membawa individu yang bersangkutan semakin tangguh untuk meyongsong masa depannya. Ia akan lebih survive  dengan kondisi apapun yang akan menghadangnya. Sebaik2 orang adalah orang yang mau belajar dari masa lalu yang getir agar kedepanya semakin lebih baik lagi.

Setiap orang memiliki kesempatan
Ketika niatan tulus sudah ada dalam genggaman, selayaknya kita luruskan niatan tersebut. Skip omongan kanan kiri. Fokuskan pada satu titik, usahakan untuk mewujudkannya dan pasrahkan padaNya.
Seburuk apapun masa lalu seseorang, ia tetap masih memiliki kesempatan untuk menjadi lebih baik kok. Menjadi orang yang lebih  bermanfaat. Menjadi pribadi yang inspiratif.
Terlalu dini jika memutuskan untuk nge-judge jelek lantaran orang tersebut bermasa lalu kelam. Pertanyaannya justru  dibalik, apakah ada jaminan orang yang tidak memilki masa lalu kelam akan baik kedepannya?? Jawabnya tentu tidak,,.
Tak kalah pentingnya, jangan memandang orang dari luar-nya, lihatlah durian!. Dagingnya yang manis serta aroma wanginya membuat orang ketagihan untuk melahapnya, orang-pun tak mempedulikan kalau lezatnya durian itu berbungkus duri yang tajam. Kulit luar ga’ seindah dengan apa yang ada di dalamnya. Jadi kebaikan seseorang tidak bisa disimpulkan dengan melihat kulit luarnya.

Setiap orang  memiliki hak berubah
Pintarlah memilih teman, karena dari teman kita akan menemukan dunia baru, keluarga baru. Jika teman baik maka secara langsung kita akan memiliki dunia dan keluarga baik, begitu juga sebaliknya.
Dan ketika ada orang yang bermasa lalu kelam ingin berubah, selayaknya kita sebagai sesama manusia mendukung penuh niatan tersebut. Jangan memandang negatif dan berprasangka terus menerus terhadapnya. Hargai dan dukung penuh agar kelak yang bersangkuatan tidak akan kembali ke lembah yang sama.  Jika kita mampu mendermakan tenaga kita hingga yang bersangkutan bisa berubah maka hal tersebut akan menjadi amalan baik bagi kita, bukankah sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.?.. Baca juga Maknai di Setiap Jalanmu

#semoga bermanfaan dan hidup sehat

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger