"Silence
doesn’t always mean “ya” sometimes it means I’m tired of explaining to people
who don’t even case to understand”.
Adakalanya orang lebih memilih diam, dari
pada harus banyak omong yang sebenarnya hak-nya yang bersangkutan untuk
menjawab omongan yang tertuju ke arahnya. Namun, perlu disadari orang diam
bukan berarti lemah dan bukan berarti sepakat terhadap apa yang dituduhkan
kepadanya. 3 alasan orang lebih memilih diam dan tersenyum ketimbang menanggapi
kicauan pedas mereka.
Tak butuh klarifikasi
Kita tak mampu membendung opini dan pendapat
orang. Setiap orang memiliki jalan pikirnya sendiri2, sangat lumrah jika satu
dengan yang lainnya berbeda. Begitu juga dengan yang namanya penilaian. Orang
berhak menilai apapun, baik buruknya. Sehingga ada dalam sebuah kasus orang
memuji dan ada sebagian mencaci. Karna penilainnya tersebut bersifat subjektif
ataupun relatif. Tergantung yang menilai menggunakan sudut pandang mana.
Kembali lagi, ketika orang tersebut suka terhadap kita pasti akan beropini baik,
begitu juga ketika yang bersangkutan benci dengan kita, tak mungkin ada opini
baik yang keluar dari mulutnya sekalipun kita baik. Kembali lagi sebuah
pendapat itu bersifat sangat melekat di diri orang yang bersangkutan, tidak
dapat dijadikan patokan bahwa keadaan yang sebenarnya adalah sama dengan apa
yang diutarakannya.
Contoh:
#Oh si Tami itu orangnya baik bangeeet,, hatinya tulus, ihlas,
dermawan. Sering kalau aku dikasih makanan, semalem-pun aku dikasih
dodol garut bla bla bla bla... (komen positif dari orang yang sering interaksi
dengan Tami, sekaligus tetangga dekat kosannya)
#Idih Tami mah orangnya ga’ suka bergaul, cuman ngurung dikamar ajah. Hadah mang besok2 ga’ bakalan butuh tetangga apah?? ..
(komen dari orang yang tidak dekat dengan Tami, baik tidak dekat secara pribadi
maupun tidak dekat dengan tempat tinggalnya).
Terlihat kan, perbedaan komentar dan pendapat
orang lain. Sejauh kita masih dalam jalur yang benar, maka di-ignore-kan aja omongan mereka. Kita
hidup bukan untuk mencari penilaian orang2 kok. Mungkin saja mereka berkomentar
negatif lantaran mereka tidak mengenal kita secara dalam. Dan kita tak perlu
mengklarifikasi bahwa kita adalah orang yang baik agar image kita di masyarakat
yang telah pudar dapat kembali bersinar. Kembalikan ke waktu saja, beri
kesempatan padanya untuk membuktikan
apakah kita memang seperti itu atau sebaliknya, karna orang baik tanpa harus
dipublikasikan akan tetap baik dengan sendirinya.
Hanya kita
yang tahu persisnya
Mungkin sering kita rasakan, tatkala kita “dihakimi”
oleh kicauan sebagian orang lantaran kita belum kunjung menikah. Dari nanya
baik2, pura2 peduli namun terselubung cuman mau ngepoin doang hingga nyiyir ga’ jelas. Pertanyaannya justru
terbalik? Kenapa kita yang belum nikah namun mereka ributnya luar biasa ya??. Belum menikah bukan
berarti tidak laku loh!! Segala sesuatu pasti ada alasannya dan hanya yang
bersangkutanlah yang tau persis mengapa. Tak ada gunanya kita mengumbar berita
di depan umum kan? Kita bukan selebritis yang setiap detik kesorot oleh lensa
kamera, bahkan beritanya menjadi trending
topic di berbagai media.
Kita hanyalah orang biasa, yang tak semua alasan
ataupun kejadian harus di blow up ke
jagad nyata bahkan jagad maya kan?? Tak ada manfaatnya justru malu keless lantaran privasi kita sudah
hilang. Yang ada hanya akan menjadi bahan lelucon orang2 ketika kita sering
mengobral kisah diri kita didepan umum [red: dunia nyata dan maya]. So think smart guys, karna pada dasarnya
mereka suka melebihkan dan mengurangi setiap omongan. Yang dibutuhkan disini,
terus berpikiran positif apapun yang terjadi di kehidupan kita. Mengupayakan
apapun yang terbaik dengan jalan yang baik2 pastinya. Semua sudah diatur
oleh-Nya, namun ikhitiar adalah
kewajiban kita. Hanya kita yang tau apa yang seharusnya dilakukan so cuekin ajah kicauan mereka, anggap
saja mereka sayang dan peduli dengan kita.
Tak butuh
jawaban
Kicauan yang tak terkontrol cepat atau lambat
akan membahayakan. Jangan anggap remeh orang diam. Orang diam bukan berarti
yang bersangkutan lemah dan tak berdaya lho!!.
Bukan berarti sepakat dengan opini yang menyudutkannya. Hanya saja yang
bersangkutan prefer diam daripada
membalas omongan miring tersebut. Adakalanya ketika sudah diklarifikasi
bukannya surut malah justru semakin banyak spekulasi bertebaran kemana2. Perlu
dipahami, setiap pertanyaan tak selalu butuh dengan jawaban kan? Terlebih
dengan kicauan. Sambut dengan hati yang lapang, seraya mengamini doa2 tulus
yang mereka panjatkan untuk kita. Mungkin saja bentuk perhatian mereka dengan
cara seperti itu.
Bom waktu
Mungkin terlihat
orang itu diam, namun apakah kita tahu perasaan yang berkecamuk dalam hati,
dalam relung jiwanya?? Ketika dia sudah berusaha menahan sekuat tenaga terhadap
nyinyiran orang2 namun selalu saja tak ada habisnya, wajarkah jika diamnya
berubah menjadi bom yang mampu meluluhlantahkan keadaan yang semula baik
menjadi sebaliknya? Menurut saya wajar, lumrah dan manusiawi. Kita sering tak
menyadari, kita terlalu banyak tuntutan terhadap orang lain, kita terlalu
sering mengurusi urusan yang bukan urusan kita, kita sering lupa untuk
bercermin apakah muka kita ada kotorannya apa tidak?? Yang sering kita lakukan
adalah menghakimi orang yang bersangkutan seenaknya tanpa memahami apa yang
sedang ia alami dan apa yang sedang menjadi kewajibannya.
Miris memang namun
ini sudah sering terjadi, bom waktu mampu melelehkan persaudaraan yang dulunya
baik menjadi tak berarti. Kuncinya hanyalah satu, bilamana kita mampu
memposisikan diri terhadap posisi orang lain saya rasa bom waktu ini tak akan
terjadi. Pertanyaannya satu, apakah kita mau, mampu dan sadar akan hal tersebut
atau tidak?
Melakukan
apapun sejatinya jangan berorientasi dengan pendapat orang, ga’ akan ada habisnya. Bukannya semakin
maju namun justru semakin drop lantaran tak dapat melangkah. Luruskan niat
karna-Nya, ikhtiar sebaik2 mungkin dan kembalikan kepada-Nya karna tak kan ada
yang tak mungkin terjadi jika Ia mengijinkannya untuk terjadi. So, go ahead!!
#semoga bermanfaat & hidup bahagia..