Entradas populares

Selagi [masih] Sendiri,, Enjoy Aja

Menjadi jomblo yang tak kunjung menikah  sering  kali menjadi bulan2nan teman2nya. Ada yang tulus dari hatinya prihatin akan keadaan tersebut, namun tak sedikit yang nyi2r iseng yang menjadikan hal tersebut manjadi bahan gossip ataupun bahan  lelucon. Ya namanya juga kehidupan, Tuhan yang nentuin – manusia yang njalanin — orang lain yang ngomentarin.

Sendiri bukan berarti yang bersangkutan sengsara ataupun tak bahagia. Adakalanya yang bersangkutan sengaja memilih sendiri [dulu] yang dilatarbelakangi faktor2 yang menempel di dirinya. Sangat setuju dengan sebuah kutipan. Married isn’t a race. Ya, menikah bukanlah sebuah ajang adu cepet2an. Ini masalah waktu saja. Waktu yang dimiliki satu dengan yang lainnyapun beragam dan berbeda.. so buat apa kita mendebatkan dan ngepoin masalah yang satu ini.?

Ada di sebuah fase dimana yang bersangkutan menjalani hidup merasa dirinya baik2 saja. Bebas mengeksplor apa yang ia kehendaki.  Tidak diribetkan dengan rasa cemburu yang ga’ jelas. Dan yang bersangkutan merasa bahagia dan tenang2 saja lantaran ia tahu apa yang akan dilakukan,  ia meyakini sepenuh hatinya kalau kondisi yang ada dirinya sekarang memang kehendak-Nya. Anehnya orang lain justru kepo yang ga’ jelas yang kadang bikin telinga memerah.

Jika diantara kita termasuk orang yang baik, lebih tepatnya termasuk kategori taman yang baik, sepatutnya kita mendoakan teman kita agar segera ditemukan dengan  jodoh terbaik dan tertepat untuknya. Yang akan menyempurnakan kehidupannya. Ntah apa yang ada di benak mereka yang hobinya ngepoin dan nyi2r terhadap kondisi  temannya yang belum menikah? Apakah  memang mereka sudah merasa hebat? Merasa lebih bahagia? Atau justru melihat teman yang belum menikah itu sebuah kejadian yang memilukan? Ah entahlah..

Berpasangan atau sendiri bukanlah sebuah alat penjamin bahwa yang bersangkutan bahagia. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh keduanya. Bagi yang masih sendiri ga’ usah berkecil hati, besuk jika waktunya bertemu dengan sang jodoh juga bakalan menikah kok. Ga’ mau kan menjalani kehidupan hanya untuk menjawab omongan orang lain? Sedangkan kita tahu, orang lain hanyalah pihak luar yang bisanya cuma ngomentarin. Toh ini hidup kita, yang tau baik buruknya juga hanya kita, jadi ignore saja omongan2 miring mereka daripada bikin hati ga’ karuan.

Orang baik pasti akan diperuntukkan bagi orang yang baik pula. Itu pasti.. so selagi masih sendiri gunakan waktu yang indah ini untuk memaksimalkan hal2 baik dalam arti seluas2nya. Memantaskan diri [dulu], agar nantinya kita pantas mendapatkan orang yang tepat bagi kita yang tak hanya menjadi pasangan hidup namun menjadi patner yang solid dalam mengaruhi indahnya kehidupan berumah tangga.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Rejeki dalam Bentuk yang Berbeda


Disuatu waktu teman yang memiliki keterbatasan penglihatan telepon, dan seperti biasa cerita kesana dan kemari. Singkat kata dia baru menyelesaikan tesisnya dan ingin segera wisuda di beberapa bulan kedepan. Selain itu dia juga nyambi kerja onlen, di sebuah web jual beli onlen sebagai pengecek pengunjung dan menawarkan iklan produk kepada mereka [red:visitors]. Dengan keterbatasan penglihatan, ia berjuang dan berusaha semaksimal mungkin apa yang bisa ia lakukan. Tanpa mengeluh dan mengeluh. Berbeda denganku yang hidupnya seringkali mengeluh.
#Sosok temanku ini menginspirasiku dalam menyelesaikan masalah tanpa keluhan, namun dengan tindakan. Ketenangan yang terpancar dari jiwanya mengajarkanku arti lapang dada, berdamai dengan takdir, tawakal dan tak kenal menyerah. Keterbatasan yang ia alami bukanlah menjadi penghalang baginya untuk menjadi orang yang sukses. Cibiran dan cemooh menempa pribadinya hingga kini menjadi orang yang berprinsip dan mempunyai arah hidup yang bikin orang angkat jempol.
   
    Disudut lain, ada orang yang baik dan perhatian. Dia sepantaran dengan omku tepatnya. Seringkali orang tersebut ngambilin motor kala aku mau pulang sekolah. Bahkan pernah juga sewaktu  pake motor tua, dia nge-slah­  [red:hidupin motor] lalu dikasih ke aku.  Sempat merasa ada yang aneh dengan keadaan ini, lantaran dia sangat baik denganku. Berbeda tatkala perlakuannya dengan teman lain.
#sosok  orang yang sepantaran dengan omku ini mengajarkan aku akan makna gemati atau kasih sayang yang tulus. Dan semakin kesini menyadari, kalau kita gemati dengan orang itu tidak bisa kita tentukan apakah  dengan si anu atau si ini. Namun hati kecil kita dan naluri kitalah yang memilihnya.
    
    Awalnya ga’ sengaja jadi guru les, lantaran dimintain tolong temen untuk menggantikannya. Ya perlahan aku menjalani hingga kini lumayan sudah beberapa “mantan” muridku. Dalam pengajarannyapun aku biasa, bahkan ga’ istimewa. Namun satu hal aku memposisikan diri sebagai temannya. Jadi mereka bebas bertanya apapun diluar pelajaran yang kita pelajari. Malah lebih condong aku sebagai teman sharing-nya.  Tanpa aku memulainya, mereka sudah nerocos dengan unek2 ataupun pertanyaan2 yang ada di benak mereka. Dari masing2 murid beragam karakternya, begitu pula beragam penanganannya. Namun satu hal kesamaan mereka, ketika aku pamit untuk menyudahi les, mereka sedih dan ga’ bisa berkata2. Terlihat dari sorot matanya, ingin nangis namun malu. Kalau boleh meminjam istilah anak muda jaman sekarang, mereka galau. Lantaran ga’ akan ketemu aku lagi. “Ah jangan berlebihan nok sedihnya, walau kita sudah ga’ belajar bareng kamu bisa ke rumahku ataupun sebaliknya kan”, ujarku. Sempat juga dulu selepas aku pamitan untuk menyudahi les lantaran yang bersangkutan sudah mampu belajar sendiri dan mandiri,  ia  sms memastikan apakah aku sudah sampai ke rumah? seraya sms yang berbungkus nada kekhawatiran.
#respon murid2ku mengajarkanku arti ketulusan. Ketulusan yang berasal dari lubuk hati terdalamnya, ga’ dibuat2 pula. Rasa kehilangan muncul lantaran intensitas yang lumayan sering dalam jangka waktu rata2 1 tahun belakangan ini. Mungkin mereka merasakan akan kehilangan sosok kakak tempatnya sharing. Yang ketika sharing ga’ ada malu ataupun takut, ga’ setakut jika sharing dengan keluarganya.
     
    Teringat akhir 2010 silam, dipertemukan dengan anak kelas 1 SD di barak pengungsian letusan Gunung Merapi. Komunikasi dengan anak tersebut dan keluarganyapun sampai sekarang masih terjalin baik., bahkan sangat baik.  Ketika akhir2 ini sering ada berita tentang Merapi ataupun ketika Merapi mengeluarkan letusan2 kecil hingga setatusnya naik menjadi waspada, hati kecil ini juga merasakan kekhawatiran. Ga’ tenang, seolah ada rasa yang tertinggal disana. Ada keluarga disana. Walau kisah pertemuan dengan keluarga mereka, tidak lebih dari 1 jam di posko anak2 di barak pengungsian. Namun komunikasi dan sambutan hangat bahkan sangat hangat dari keluarganya membuatku sangat dihargai. Pertemuan singkat tersebut ternyata mengena bagi anak kelas 1 SD itu.  Ia adalah Ima. Dalam setiap telepon ataupun sms-nya, ia selalu menanyakan kapan aku bisa main kerumahnya lagi? Katanya ia kangen.
#kala melihat Merapi, hati ini gamang. Ingin rasanya terbang kesana, berjumpa dengan keluarga baru-ku. Keluarga yang sangat baiiiiiiik, yang menunggu kehadiranku. Dulu Ima pernah telepon dan berkata, “kak, besuk kalau Merapi meletus [lagi], berarti aku bisa ketemu kakak ya?”
Sungguh kado yang tak ternilai yang Allah berikan untuk-ku. Orang2 yang asing, yang sejatinya kita tak mengenal secara dalam karakter maupun kebiasaannya, namun  sudah menganggap kita yang bukan siapa2-nya menjadi bagian keluarganya dan menanti kehadiran kita, sungguh nikmat yang tak dapat diungkapkan dengan kata.
    
    Kisah2 diatas sebagai upaya diri untuk menghindar dari rasa kufur yang sangat tipis jaraknya. Sedih dan galau berkepanjangan lantaran terlalu fokus dengan tertutupnya 1 pintu rejeki, namun lupa kalau tanpa disadari Tuhan memberikan berbagai macam pintu2 rejeki terbuka  yang diperuntukkan untuk kita. Salah satunya mendapatkan perlakuan sangat baik dari orang2 yang belum mengenal kita secara utuhnya. Nikmat lain yang kadang tanpa kita sadari ketika kehadiran kita dirindukan dan dinantikan oleh orang lain. Kadang kita merasa apa yang dilakukan untuk orang lain hanyalah biasa, sewajarnya saja. Namun tidak sedikit yang beranggapan apa yang kita lakukan adalah luar biasa baginya. Bermanfaat sekali dalam kehidupannya. Hingga tak dapat dipungkiri kita sudah dianggap menjadi bagian dari keluarga besarnya. Subhanallah..
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Makna Dibalik Kebebasan

Kebebasan yang diberikan ortu sejatinya sebuah ujian untuk kita, apakah kita mampu menjaganya atau justru menyalahgunakannya. Teringat cerita seorang kawan lantaran poin sangsi di sekolahnya sudah terlalu penuh dan bahkan sudah tak dapat ditoleririr  lantaran “kreatifnya” masa itu. Mau tidak mau ia harus hengkang dari sekolah tersebut, jikalaupun masih bertahan ia tidak akan naik kelas. Dan itulah sebuah  konsekuensi yang harus ia jalani dari tindakannya.
Kini ia sudah dewasa dan diperjalanan hidupnya ia selalu diberikan kebebasan dari ortunya. Ortunya hanya memberikan gambaran kehidupan dengan potret konsekuensi yang harus ia tempuh dalam setiap keputusan yang ia ambil.  Dan yang makin salut dengan kawan yang satu ini, dia tetap menjalankan kehidupan dengan berbagai warna-warninya. Eforia anak muda-pun ia jalani, hingar bingar duniapun tak lepas dari sorotannya, namun satu hal yang salut darinya, ia masih berfikiran panjang dalam setiap pengambilan keputusan. Ketika apa yang ingin ia ambil berisiko buat masa depannya, ia memilih menundanya, memilih mengurungkan niatnya.
#Hanya kita yang mampu mengendalikan kemana arah yang ingin kita ambil, sekalipun angin sering mengaburkan dan mengecohnya. Benteng pertahanan-pun tak kalah pentingnya untuk selalu dibangun, agar tidak menyesal dikemudian hari.

Kisah lainnya dari teman kecilku. Dengan ketakutan ia meminta ijin kepada ayahnya untuk dapat melewatkan malam tahun baru bebakaran di rumah teman kuliahnya. Ia kebingungan, karna ia beranggapan kalau sang ayah pasti tak akan mengijinkan. Terlebih sang ayah terkenal protektif dan ia seorang gadis pula. Malam2 keluyuran mana boleh,.. [gumamnya  dalam hati]. Namun jawaban sang ayah justru sebaliknya. Sang ayah mengijinkan,, hingga sang anak-pun mengulangi jawaban ayahnya seolah mengkonfirmasi jika omongan ayahnya tidak-lah keliru ia dengar. Jika nanti pulangnya malam bahkan pagi bagaimana yah? Teman2 kelas banyak yang tidur disana kok yah,..  [dengan ekspresi pasrah seandainya tidak diperbolehkan oleh sang ayah],. Sang ayahpun menjawab dengan jawaban yang sama, ya boleh,. jaga diri dan hati2 ya..
Tepat setahun berikutnya ia meminta ijin [lagi] kepada ayahnya kalau ia akan melewatkan tahun baru berikutnya ke luar kota bersama beberapa teman kampungnya. Sang ayah-pun mengijinkan dan tanpa panjang kata. Yaa, hati2.. Sepulang dari luar kota sang anak bertanya kepada sang ayah, tentang alasan mengapa ia selalu diijinkan oleh ayahnya melakukan hal2 yang mungkin bagi kebanyakan orang tua hal tersebut dilarang bagi anak perempuannya. Dan jawaban ayahnya sangatlah diplomatis,. "Kamu sudah dewasa kan dan kamu sudah tau kalau api itu panas, maka kamu pastinya ga’ akan mendekat bahkan menyentuh kan??" [tersenyum lebar]. Beginikah rasanya diberikan kepercayaan? [gumamnya dalam hati] . Lagi2  si anak  bertanya lantaran belum puas dengan pola pikir ayahnya yang berbeda pada umumnya.  Kenapa ayah kok begitu percaya denganku? Sedangkan banyak teman yang ga’ dapat ijin dari ortunya?.Dan lagi2 jawabnya simpel, "karna aku tau kamu.”
#kebebasan yang diberikan ortu salah satunya karena ortu tau karakter sang anak. Beliau paham jika sang anak tidak akan melanggar ataupun menghianati kepercayaan yang ia berikan.
     
    Dua kisah ini menggambarkan arti kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Dan kedua anak ini menggunakan kebebasan tersebut disertai tanggung jawab penuh. Godaan pasti ada, namun tanggung jawab atas amanah inilah yang membuat mereka enggan melanggarnya.  Dan bahagia itu tatkala mampu menjaga mahalnya  sebuah kepercayaan.

#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Bencilah Sewajarnya


    Awal pertemuan disatukan  dalam suatu komunitas. Atas dasar perasamaan ideologi dan cara pandanglah yang menjadi perekatnya.banyak momen indah dilalui bersama, hingga suatu saat konflik mulai biasa  temen  diantara mereka. Satu dua  tiga kali konflik dapat diredam, namun semakin lama tiada yang sanggup menahan satu dengan yang lainnya. Sejatinya permasalahannya sungguh sederhana dan simpel, yakni “batu” yang ada pada masing2. Batu alias keras kepala, yang tak mampu mengalah satu dengan yang lainnya, hingga endingnya hengkang dri komunitaspun sebagai alternatif penyelamat komunitas yang telah lama dibentuk ini..

Daripada bersama2 namun tidak menyehatkan pikiran dan perasaan lebih baik melepaskan diri agar hubungan yang awalnya baik akan tetap baik. Namun itu hanyalah sebuah teori saja,. Walaupun tak bersama ternyata “dongkol” masih ada dalam dirinya. Yahh ibarat jatuh pasti menyisakan  luka yang membekas, ntah kapan hilangnya tak dapat diprediksi,. yang tak berbilang tahunnya.

Atas ijin Allah, sore itu mereka dipertemukan  dalam suatu acara. Ntah apa namanya, seolah ada magnet untuk menarik keduanya untuk bertegur sapa. Senyuman diantaranya-pun mengisyaratkan tanda tanya. Terpukau akan perubahan yang sekian lama tak berjumpa ataupun rasa yang lainnya,, ahh entahlah., yang jelas sejak pertemuan itu, mengaburkan rasa yang pernah menjadi ganjalan diantara mereka. Dan atas ijin-Nya komunikasi diantaranya kembali mencair.

Saling memaafkan yang tak terucap dari masing2 seolah menjadi awal gerbang kehidupan baik mereka. Intensitas  komunikasi-pun mengembalikan keharmonisan hubungan mereka. Dan tanpa disadari ada getaran2 yang tak lazim diantara persahabatan itu. Semakin disangkal, semakin salah tingkah. Sekuat apapun untuk menghilangkan rasa itu, malah semakin nyata dan jelas bayangnya. Aahhh apa ini namanya?

Dan benar ketika Allah sudah mentakdirkan seseorang untuk bersanding dengan pilihanNya, apapun rasa yang melatarbelakangi sebelumnya sinar sudah. Rasa benci berganti dengan sayang. Dan atas ijin-Nya, waktu menyatukan mereka dalam ikatan suci.  Kenangan konyol dimasa muda itu yang kian menjadi pelengkap dan penyedap bumbu dalam kehidupan mereka.

     Pelajaran yang dapat diambil yakni, jangan terlalu membenci seseorang terlalu dalam dan terlalu lama,. Bencilah sekedarnya. Karna kita tak akan pernah tahu kalau orang yang sangat kita benci adalah orang yang akan menjadi orang yang paliiiiiing kita sayang.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Juara Itu Ketika Mampu Memaafkan

  
Awal yang baik, tak selalu berakhir dengan baik pula. Begitu juga interaksi dengan  orang terdekat dalam kehidupan kita. Misal teman kerja, sahabat, ataupun tetangga. 1000 kepala begitu juga 1000 isi pikirannya. Barangkali seperti itu-lah kira2.  Manusia pada dasarnya memiliki sifat dan karakter unik satu dengan yang lainnya. Tidak mengherankan jika kadang mengerutkan kening tatkala melihat fenomena tentang berbagai macam karakteristik orang. Ada 2 makna “kok bisa”, yakni “kok bisa”  dalam konteks terpukau nan salut dan “kok bisa” dalam konteks negatif nan heran.

Tak pernah ada yang bisa tahu ending dari setiap hubungan yang kita bina dengan orang lain. Ada yang longlast pek tua tetep komunikasi walau jarak membentang,  ada pula yang putus komunikasi sekalipun jaraknya cuma hitungan meter, bahkan parahnya hanya sekedar baik diluaran sedangkan didalam hati bencinya minta ampun. Kita mengenalnya dengan istilah lamis. Yang artinya hanya manis di bibir saja, dihati hanyalah kebalikannya.

Warna warni kejadian silih berganti menghiasai dinamika kebersamaan yang telah tercipta, sehingga tidak mengherankan konflik kerap menjadi pelengkap dan penyempurna hubungan itu. Ada yang hanya sebentar, ada pula yang membekas luka hingga susah untuk sembuh. Susah untuk melupakan kenangan buruk yang menimpanya. Dan yang ada hanyalah berlama-lama berkerumun dengan berbagai macam luka yang saling bersinergi mengacaukan pikiran kita, tak heran anti pati terhadap mantan sahabat kerap tercipta. Yang terjadi, dulu sahabat dan sekarang pengkhianat.

Lalu apa yang harus dilakukan?? Dan ternyata juara itu ketika kita mampu memaafkan, memaafkan kesalahan diri sendiri tatkala telah mengijinkan luka bersemayam begitu lamanya. Tatkala keegoisan membiarkan hati terluka begitu dalamnya. Luka yang menggerogoti relung hati, hingga mengaburkan pandangan positif terhadapnya. Manusia memang tempatnya salah. Buat apa kita memendam luka yang begitu menyiksa. Lepaskan, lepaskan dan lepaskan,.. maafkan, maafkan dan maafkan. Karna hanya itu yang menjadi kuncinya.

Melepaskan luka yang menjerat pikiran dan energi kita à memaafkan diri sendiri atas keegoisan terlalu lama memikirkan hal2 tak bermanfaat à terciptanya keihlasan, kebahagiaan, ketenangan, dan ketentraman dalam kehidupan.
#semoga bermanfaat hidup bahagia..



Kita itu Kaya, Namun Miskin Syukur


    Itulah manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda. Ada yang bisa mensyukuri apapun yang terjadi di hidupnya sekalipun menyakitkan, namun tidak sedikit yang lupa cara bersyukur atas anugrah yang hinggap di kehidupannya.  Dengan maksud membantu teman memberikan syukuran pimpinannya, masuklah saya ke ruang divisi lain. Bukannya bersyukur diakasih syukuran satu loyang roti per orang malah kecewa dan teriak dengan nada yang sama, aaaaaaaa rotiiiii..!! 

Ohhh sungguh tidak pantas sekali. Sangat saru,. Orang yang mengantarkan makanan [red: kami] saja belum juga keluar dari ruangan, eh makanan tersebut sudah dibuka dan masih mencela lantaran  tidak sesuai harapan. Dan parahnya lagi masih ada yang mau minta syukuran lagi bukan dari rombongan namun dari individunya langsung. Oh My God,.  Heran sekali, kok bisa2nya gitu,. Sontan saja aku mendadak ilfil berat,  terlebih kesuksesan pimpinan yang baru dilantik tersebut ga’ ada hubungannya dengan mereka. Mereka tidaklah memberikan sumbangsih apapun yang berdampak di dalam karirnya.

 Pertanyaan saya hanya satu,lantas jika diantara mereka diposisi pimpinan tersebut, apakah mereka juga akan sebaik pimpinan itu? Memberikan syukuran kepada orang2 yang ga’ ada sumbangsih dalam karirnya?? Heran.. heran.. heran.. Lantas teringat dengan sms teman disuatu senja. Ntah ada angin apa, “manusia itu sering tidak bersyukur. Lihat saja orang sakit yang memerlukan tabung oksigen, memerlukan suntikan infus, memerlukan tambahan darah dll. Kita itu kaya, namun kita kerap lupa bersyukur atas karunia-Nya. Berapa nominal rupiah sajakah jika bernafas menggunakan tabung oksigen dalam satu bulannya? Dengan kesempurnaan jantung, paru2, hati, saluran penceranaan dan organ yang lainnya kita kerap mengingkari nikmat yang sungguh luar biasa ini. Yakni nikmat sehat.”

Memang, kalo diikuti pasti ga’ aka nada habisnya ataupun ga’ bakal ada puasnya. Tinggal kitanya yang mengerem setiap tindak tanduk kita. Sudah jelas dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 7 artinya demikian “Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu, dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah pedih".
   
Sudah jelas dalam ayat diatas bahwasanya Tuhan akan menambahi nikmat kepada orang2 yang bersyukur, sehingga hidupnya akan tenang, bahagia, tentram, tidak ngoyo, tidak rakus, tidak takut apabila kesaing dengan orang lain. Ia akan dengan legowo menerima apapun yang sudah ditakdirkan oleh ALLAH,karna baik buruk menurut kita belum tentu baik buruk menurut ALLAH.  Hal berbalik terjadi pada orang yang tidak pernah bersyukur, azab pedih adalah ganjaran yang tepat bagi mereka. Atas keingkarannya akan nikmat yang tak dapat dihitung. 

Hidupnya merasa kekurangan, padahal di garasinya sudah berderet2 kendaraan roda 2 dan 4, namun masih saja kurang. Terlebih jika ada tetangga ataupun rekannnya mempunyai barang2 baru yang dirasa ia kalah dan merasa tersaing, ia lalu kebakaran jenggot. Ntah bagaimana caranya harus bisa diatas mereka, harus bisa menjadi orang yang paling TOP. Semoga kita termasuk dalam golongan orang2 yang selalu bersyukur atas nikamat Allah. Aamiin
#semoga bermanfaat hidup bahagia..


Satu Mulut Dua Telinga

“Silence doesn’t always mean “ya” sometimes it means, I’m tired of explaining to people who don’t even case to understand”. So sweet sekali kutipan ini yaah. Memang benar kadang kala diam jauuh lebih baik dibanding harus menjawab satu2 bahkan mengklarifikasi apapun yang ada dalam benak mereka. Mereka yang kadang kala tak mengerti titik permasalahan, mereka yang tidak mengerti duduk perkara. Yang mereka ingin hanya ingin berkomentar. Singkat kata masa bodo-lah dengan persepsi yang ada dalam benak mereka, sejauh kita tidak melanggar norma2 masyarakat dan ketentuan Tuhan, go ahead,,

     Abaikan saja omongan2 miring mereka, karna kita tidak akan pernah kuasa membendung satu persatu persepsi. Tetap fokus dengan apa yang menjadi tujuan kita. Jangan takut, jikalau kebaikan pasti Tuhan tidak akan tinggal diam kok, Tuhan pasti akan memeberikan beribu jalan tengah dan solusi. Jangan pernah gentar berbuat kebaikan sekalipun cemooh mengarah dan menyudutkan kita.

Yang harus kita sadari, layaknya hidup dimana selalu ada 2 sisi. Selalu berpasangan, keduanya yang akan saling melengkapi dalam kehidupan ini. Begitu juga dengan suka — pasti ada yang tidak suka. Itu sudah pasti dan jelas, sudah menjadi hukum alamnya. Anggap saja, omongan miring tersebut sebagai doa2 indah, sebagai pelicin niatan baik kita. Anggap saja, mereka adalah pendukung setia kita, yang selalu setia di belakang kita. yang sudah besusah payah mengorbankan dirinya untuk mengurusi urusan kita, yang sebenarnya tidaklah penting bagi mereka. Bagaimana kita tidak bahagia coba? diperhatikan setiap detail tingkah kita?

Say thanks a lot for them [red:follower],  atas perhatian yang sudah diupayakan untuk kita. Sudah repot2 mengurusi urusan kita. Secara tidak langsung, mereka menjadi salah satu bagian penting dari kehidupan kita lohh, knapa? bisa jadi dari omongan nylekit mereka akan memberikan ide2 baru yang jauh lebih baik dan lebih inovatif. Dan memang benar adanya, kalau sejatinya BENCI itu BENar2 CInta,,
#semoga bermanfaat hidup bahagia..

Buscar

 
Healthy Happy and Wealthy Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger