Jatuh cinta memang berjuta rasanya, seperti lirik lagu jaman
dahulu. Cinta bisa meyerang siapa saja tanpa ada batasan usia. Ntah cinta
monyet, cinta pada pandangan pertaman, cinta karna sering ketemu ataupun
sejenisnya. Masa2 PDKT alias pendekatan mungkin bisa menjadi masa2 indah nan
lucu bagi yang bersangkutan dan bisa menjadi hal menggelikan bagi yang
melihatnya hingga tak dapat menahan tawa.
Dahsyatnya kekuatan cinta bisa memberikan kekuatan di luar nalar
“ribuan kilo kan ku lalui, samudrapun kan ku arungi, gunungpun kan ku daki”.
Sehingga tak mengherankan jika kadang menimbulkan “cinta buta”, cinta yang
tertutup oleh logika. Sekalipun orang2 terdekat melarangnya, namun hal tersebut
seolah menjadi tantangan untuk membuktikan bahwa opini mereka tentang sang
pujaan hati salah total.
Semua akan kembali yang besangkutan. Jika orang2 terdekat (red:
banyak, lebih dari 2) melarang ataupun tidak menyetujui hubungan yang sedang
dibina dengan gambaran yang sama, sepatutunya kita mempertimbangkan dengan
logika. Dicerna baik2, knapa ya mereka tidak menyukai?
Ada apa ya dengan dia? Secinta2 kita dengannya, sebaiknya tetep menggunakan
logika lhoo!. Menganalisis alasan mereka seperti apa?
Jika mereka berargumen bahwa yang bersangkutan buaya dengan membeberkan segala
kelakuan minusnya, alangkah arifnya jika kita menerimanya dan tetep melakukan
penyelidikan diam2 mengenai perilakunya. Cinta boleh namun logika harus jalan dunk. Ga’ mau
kan jadi korban buaya nomer kesekian?? “Sedap jangan ditelan, pahit jangan
segera dimuntahkan. Berpikir-pikirlah sebelum bertindak agar tidak
kecewa”.
Hal yang perlu ditekankan, orang2 terdekat tidak ingin melihat
kita celaka, tidak ingin melihat kita sengsara bin menderita. Karna mereka
melihatnya menggunakan kaca mata logika/netral yang tidak dibubuhi oleh virus
cinta. Mereka menginginkan yang terbaik bagi kita, jadi jangan memusuhi mereka
lantaran mereka melarang, ataupun malah membela mati2an sang
pujaan hati. Amati-lah kejanggalan perilakunya selama ini dan selidiki-lah.
! Yaps selidiki hingga menemukan titik keputusan hubungan,
apakah akan lanjut dengan konsekuensi melawan restu orang2 terdekat ataukah
lebih memilih meninggalkan 1 orang yang telah “mem-buayai” kita dengan
diperjelas oleh bukti2 keminusannya. Janganlah menambah deretan korban akibat
kepintarannya dalam membual, “seperti lebah, mulut bawa madu, pantat bawa
sengat. Berwajah rupawan namun perilakunya jahat”. Dan sejatinya cinta tetap
butuh logika!!
#semoga bermanfaat & salam jiwa bahagia