Kita itu tercipta memang selalu ada kurang dan salahnya, that's why disebut manusia. Dalam bergaul maupun bersosialisasi dengan banyak orang, kita sering salah paham maupun kres dengan seorang bahkan beberapa orang di lingkaran tersebut, ujungnya mending out daripada makan ati. Namun tak selamanya kita bisa seleluasa itu untuk out dari circle yang sudah tidak menyehatkan jiwa. Ada di sebuah titik kita hanya punya pilihan untuk tetap stay dan memilih meluaskan sabar. Nyatanya sabar itu sebuah hulu dari sebuah proses panjang yang tidak selalu orang mampu untuk melewatinya.
Kesehatan jiwa penting dijaga dan wajib untuk dipastikan stabil. Ketika dihadapkan pilihan untuk tetap stay namun circle tidak sehat maka memiliki sikap adalah sebuah pilihan tepat. Sering mendengar bahwa kadang musuh terbesar adalah orang terdekat, orang yang tau kebiasaan dan perilaku kita dan itu justru yang sering terjadi. Lantas jika mengalami hal tersebut harus bagaimana? Jawabnya adalah selalu mengedepankan instrospeksi supaya diri kita senantiasa randah hati. Kita hanya mampu mengontrol apa yang melekat di diri kita saja, perilaku, ucapan maupun sikap kita. Selebihnya berada di luar kendali.
Sama halnya ketika kita dihadapkan kepada situasi orang terdekat di dalam circle justru yang memutar balikkan omongan, menambahai bumbu, merendahkan bahkan dengan bangga menghancurkan nama baik di depan banyak orang hanya untuk mendapat sebuah pengakuan. Awwwwww... Mungkin 1, 2, 3 kali bisa menahan ketika kita mengetahui fakta yang luar biasa ini namun jika terus-terusan maka sudah dipastikan akan meledak. Sebelum meledak dan berakibat fatal, sebaiknya milikilah sikap. Lagi-lagi kita tidak mampu mengontrol apa yang akan orang lain lakukan kepada kita kan ya.. Dengan kita miliki sikap maka kita terjaga kewarasannya. Biarkan mereka mengembangkan ide untuk lebih memutar balikkan keadaan, semakin merendahkan, semakin menghina dan perilaku serupa lainnya.
Hak orang lain untuk tidak menyukai kita, namun kita juga punya hak untuk tidak menganggap mereka ada. Mungkin dari kita merasa ada di titik bodoh karena menganggap semua orang tulus, setulus kita ketika berteman. Nyatanya dalamnya hati manusia ga ada yang tau. Kadang kita sendiri merasa kita biasa saja atas kompetensi yang diberikan oleh Allah, namun bisa jadi hal tersebut bisa membuat insecure yang berujung kebencian secara berjamaah. Lagi-lagi kita tak mampu mengontrol perilaku orang lain.
Pelajaran yang bisa diambil yakni bersosialisasi sewajarnya dan secukupnya. Jaga dan sayangi diri sendiri, jangan biarkan perilaku buruk orang lain mengganggu bahkan menghilangkan kebahagiaan yang seharusnya kita rasakan. Lepaskan toxic yang melekat di circle-mu dan mualailah hidup baru dengan harapan baru. Yakinlah masih banyak orang yang menyukai kita, masih ada orang yang tulus mau berteman dengan kita. Tidak semua kok benci sama kita, tidak semua pula punya pikiran yang sama dengan mereka. Begitupula ketika kita direndahkan. Bangkitlah dan percayalah bahwa mereka yang merendahkan orang lain sejatinya tidak akan pernah tinggi dari kita. Orang yang memang memiliki akhlak yang bagus, ia tak akan pernah mau merendahkan orang lain.
Selamat,
Berbagaialah jiwa-jiwa yang direndahkan, karena kamu berkesempatan untuk memberikan kejutan-kejutan yang mencengangkan. Kamu berkesempatan dekat dengan Allah sedekat-dekatnya karena hanya Allah satu-satunya yang mampu menolong dan merubah apapun kejadiannya. Beryukurlah karena kamu sudah berjuang keras untuk melawan hawa amarah dan memilih untuk mengembalikan semua rasa ke pemilikNya. Beruntung sekali karena dengan kamu direndahkan, dihina dan dicari-cari kesalahanmu secara tidak langsung mengakui bahwa step kamu ada diatas mereka.
Tetap semangat untuk memperbaiki dan mengkualitaskan diri. Lepaskan apa yang membebani. Rengkuh apa yang membahagiakan. Abaikan apa yang meresahkan. Sejatinya waktu ini sangat cepat berputar dan kita tidak akan pernah tau kapan finish kita. Sebelum finish masih ada ribuan kejutan yang mungkin saja bisa terjadi, so sebaiknya menyikapi apapun B aja. Jika sekarang hidupnya baik-baik saja, harta melimpah, keluarga sehat, dan dipandang sempurna maka syukurilah. Sebaliknya bagi yang hidupnya serba kekurangan, banyak masalah hingga bingung untuk malangkah maka tetap syukuri. Kita punya Allah untuk mengadukan segala rasa, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah untuk mengubah keadaan hamba yang Ia ingini.
Bagi Allah sangat mudah untuk meluaskan apa yang sebelumnya sempit, sangat mudah membinasakan apa yang sebelumnya kokoh. So, bencilah sewajarnya, sukalah sekedarnya, sedihlah sesuai porsinya dan bersyukurlah seluas-luasnya. Di dunia ini tak ada yang abadi termasuk rasa yang melekat di jiwamu. Ingat kita memiliki waktu start dan finish berbeda-beda di dunia ini so sebelum nyampai waktu finish, isilah dengan hal-hal yang bermanfaat dan kurangilah mencari-cari kesalahan orang lain. Sejatinya hanya amalanmu-lah yang akan menemanimu dikala finish-mu tiba, bukan harta jabatan maupun kawanmu.
#self reminder
0 comments:
Post a Comment