Ada orang yang bahagianya itu ketika mampu merendahkan orang lain,
Ada orang yang letak kepuasannya itu ketika mampu menjatuhkan harga diri orang lain di depan umum,
Ada orang yang kebanggaannya itu ketika mampu mengadudomba sekitarnya,
Dan adapula orang yang sumber ketentramannya tatkala merasa tak ada yang mampu mengalahkannya,
Hey jiwa-jiwa yang bersih,
Jika di pikiranmu sempat tersirat seperti 4 kalimat diatas silahkan segera periksa kesehatan mentalmu ke psikolog. Mungkin kamu sudah lelah, capek dengan ritme kehidupan yang kamu setting terlalu keras tanpa kamu sadari. Memeriksakan kesehatan mentalmu itu tidak berarti kamu gila kok, sebaliknya itu bukti kamu aware dengan dirimu sendiri. Lebih tepatnya sayang terhadap diri sendiri. Mau sampai kapan kamu menanggung derita dengan kesehatan mental yang terganggu?
Hobi merendahkan, gemar menyalahkan, suka memprovokasi,bahagia melihat orang lain celaka adalah sederet contoh nyata bagimu untuk segera bangkit peduli terhadap dirimu sendiri, yaps fokus ke diri sendiri. Jangan sampai kamu menjadi sumber racun bagi sekelilingmu. Jangan sampai kamu menjadi sumber ghibah lingkunganmu karena ada hal yang tak beres di hidupmu. Apabila kamu memang "sakit" maka segeralah berobat, sebelum penyakit itu menularkan ke sekelilingmu hanya karena ke-egoisanmu.
Hidup bahagia itu fokusnya ke diri sendiri, tak ada hal menarik lagi mengurusi dan mencampuri urusan orang lain. Jika ada yang bertanya, indikator orang bahagia itu apa? jawabannya simpel, dia yang tidak suka mengurusi urusan orang lain. Merasakan kebahagiaan apabila tetangga mendapatkan undian mobil, ikut senang melihat sahabat karib keterima kerja di perusahaan negara, ikut tenang ketika melihat tetangga depan rumah menikah, empati terhadap tetangga yang gagal audisi idol, dll.
Jika kita sudah ada di fase ini maka kita harus banyak bersyukur, karena fase ini adalah hal membahagiakan loh. Hidup kita simpel dan ga banyak pikiran. Kita akan semangat memperbaiki apa yang ada di diri kita tanpa tapi. Fokus hanya ke diri sendiri dan cukup merasakan syukur atas apa yang dimiliki, bukan meratapi apa yang belum dimiliki.
0 comments:
Post a Comment