Tanpa kita sadari kita sering menjadi manusia yang tak mengenali diri sendiri. Bahkan habit tersebut bertranformasi menjadi watak yang menganggap kitalah orang sempurna, tak tersentuh, tak ada duanya, tak pernah salah dan sederet karakter yang jauh dari kata baik. Hal tersebut menuntun kita menjadi manusia yang mudah menjadi hakim di kehidupan orang lain, menjadi supporter sorak di kesedihan orang lain, menjadi jagoan di titik lemah orang lain serta menjelma bak malaikat yang tak pernah tersentuh oleh khilaf. Sayangnya perasaan itu hanyalah fatamorgana saja, hanya dipikiran kita saja.
Saking seringnya berhadapan
dengan karakter diatas menjadikan kia tipe orang yang bodo amat dan mempunyai sikap. Mau bagaimanapun
kelakuan kita akan selalu cela dimatanya. Setiap perbuatan selalu berimbas
terhadap 2 respon. Tak selalu perbuatan baik diterima dengan baik, tugas kita
hanya satu yakni tetap berbuat baik dengan mengandalkan naluri yang Allah
berikan.
Sebanyak apapun klarifikasi yang
diberikan demi meluruskan rumor yang beredar hanya akan menjadi celah bagi dya semakin benci bahkan menjadi-jadi. Bak api yang tersiram bensin bersamaan
dengan hembusan angin. Merembeeeeeet…….
Lantas apa yang harus kita
lakukan?
Evaluasi diri terhadap apa yang
terjadi, semua pasti ada sebab musababnya. Teliti secara detail mengapa ini bisa terjadi,
kalau ini murni kesalahan kita berjiwa besarlah meminta maaf dan mengakui
kesalahan. Ambil pelajaran terbaik dari kejadian ini supaya kita lebih
berhati-hati memilih lingkar pertemanan.
Namun apabila ini dilatarbelakangi lantaran rasa iri, dengki, dan syirik maka
tersenyumlah dan jagalah jarak dengannya. Jaga jarak sama dengan jaga kesehatan,
mengurangi beban trauma akan kelakuan magic-nya. Jika dengan menjaga jarak itu
justru membuat kehilangan pertemanan dengan dya akan jauh lebih baik daripada
tetap berteman tapi toxic yang ujungnya justru akan menguras emosi, pikiran dan tenaga kita.
Kalau dya orang baik, orang yang
berhati tulus serta paham siapa dirinya maka dya tidak akan jumawa. Orang baik akan tetap baik dimanapun dya berada, tak peduli dalam keadaan apapun. Sedangkan orang yang sanggup meminta maaf dan
mengakui kesalahan dihadapan orang lain itu TOP. Dya bukanlah pecundang yang
hanya mampu menggosip di belakang saat kita tak bersamanya, akan sebaliknya
saat bersama kita dya terlihat baik-baik saja bahkan sering memberikan pujian, dan itu justru realita yang membahayakan.
Pelajaran bagi kita, apabila ada
orang yang berbuat salah dan meminta maaf maka maafkan. Ambil pelajaran
berharga dari rasa sakit supaya kita lebih kuat menghadapi terpaan cobaan
kehidupan. Mudah memaafkan itu juga bagian dari nikmat yang diberikan Allah
kepada kita, kita dilatih menjadi orang yang tau diri bahwasanya kita juga
dapat melakukan kesalahan yang sama bahkan berpotensi lebih parah. Fokus memperbaiki
diri, filter lingkar pertemanan, dan tetap
rendah hati hingga orang lain tak mampu merendahkanmu. Sejatinya kebahagiaan terletak pada hati yang mampu mengendalikan diri.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
Baca juga:aku bahagia karena aku bersyukur, menikmati fase kehidupan
0 comments:
Post a Comment