Baru ngeh terhadap postingan yang lalu lalang di instagram terkait sikap untuk tidak membalas keburukan orang lain.
"Bukan karena aku benci, namun aku tak lagi peduli"
Diaaaaar. Ketika ketulusan disia2kan. Ketika omongan diputarbalikkan. Ketika mudah menyimpulkan. Ketika mudah mengkambinghitamkan. Ketika sulit instospeksi dan ketika yang lainnya sudah ada dalam tahap kulminasi maka idem cuplikan kalimat diatas. Pun monggo, sak jungkir jepalikmu kulo mboten peduli, mboten urusan, mboten selera, mboten tertarik.
Bisa jadi menyimpulkan sikap kita berubah? Iya berubah tak peduli. Nyatanya bersikap cuek itu obat mujarap bagi kestabilan jiwa ketika menghadapi orang yang "sempurna".
Kita berhak bahagia dengan cara kita, termasuk tak mempedulikan orang yang selalu merasa sempurna. Bukan berarti membenci. Tak ada rasa benci karna space di hati sudah penuh dengan perasaan datar, hambar, dan tak ada gairah untuk membicarakannya.
Sampai ke ujung duniapun kita tak mampu selalu dipandang baik. Pun dengan circle pertemanan yang paling dekat. Kalau yang dijadikan patokan adalah penilaian orang sama saja kita sedang berproses menjadi orang gila. Kenapa? Karna dikit2 resah bila orang lain menilai jelek.
Tetaplah berbuat baik, berbicara baik, berpikiran baik dan berdoa yang baik karena semua kebaikan yang telah dilakukan akan kembali ke kita sekalipun banyak orang yang tak mampu mengerti makna kebaikan yang kita lakukan. Kebaikan itu tau kok kemana harus pulang dan kepada siapa ia harus menetap. Hidup ini hanya ada 2 pilihan yakni tetap berbuat baik atau penyesalan. So pilihan itu hanya ada di hati anda.
"Bukan karena aku benci, namun aku tak lagi peduli"
Diaaaaar. Ketika ketulusan disia2kan. Ketika omongan diputarbalikkan. Ketika mudah menyimpulkan. Ketika mudah mengkambinghitamkan. Ketika sulit instospeksi dan ketika yang lainnya sudah ada dalam tahap kulminasi maka idem cuplikan kalimat diatas. Pun monggo, sak jungkir jepalikmu kulo mboten peduli, mboten urusan, mboten selera, mboten tertarik.
Bisa jadi menyimpulkan sikap kita berubah? Iya berubah tak peduli. Nyatanya bersikap cuek itu obat mujarap bagi kestabilan jiwa ketika menghadapi orang yang "sempurna".
Kita berhak bahagia dengan cara kita, termasuk tak mempedulikan orang yang selalu merasa sempurna. Bukan berarti membenci. Tak ada rasa benci karna space di hati sudah penuh dengan perasaan datar, hambar, dan tak ada gairah untuk membicarakannya.
Sampai ke ujung duniapun kita tak mampu selalu dipandang baik. Pun dengan circle pertemanan yang paling dekat. Kalau yang dijadikan patokan adalah penilaian orang sama saja kita sedang berproses menjadi orang gila. Kenapa? Karna dikit2 resah bila orang lain menilai jelek.
Tetaplah berbuat baik, berbicara baik, berpikiran baik dan berdoa yang baik karena semua kebaikan yang telah dilakukan akan kembali ke kita sekalipun banyak orang yang tak mampu mengerti makna kebaikan yang kita lakukan. Kebaikan itu tau kok kemana harus pulang dan kepada siapa ia harus menetap. Hidup ini hanya ada 2 pilihan yakni tetap berbuat baik atau penyesalan. So pilihan itu hanya ada di hati anda.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment