“kok aku selalu, selalu dan selalu salah sih, arrrggghh”, gumamku.
Setiap kejadian yang hadir dalam
kehidupan kita sudah atas ijnNya, termasuk dipertemukan dengan manusia jaman now punya hobi baru yakni menjadi hakim
di kehidupan orang lain. Jika tak sesuai dengan pola pikirnya langsung saja
nyempriiit dan memvonis bahwa ybs salah. Karakter hakim itu bisa kita temui di
perjalanan dalam bersosialisasi, baik dengan tetangga, komunitas, rekan bisnis, dst. Karakter
keAKUan menonjol dan mengalahkan sikap tepo
sliro. Berikut 3 cara menghadapi hakim di kehidupan kita:
sebagai rem
Pertemuan itu sudah pasti sudah
ada dalam skenarioNya. Walo diawal menyebalkan dan memuakkan, kita masih bisa
mengambil hikmahnya kok. Ya, dya hadir sebagai rem dalam tingkah laku kita. Rem
untuk tidak melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan ke orang lain. Kita
ini manusia yang punya banyak kurang, jadi buang jauh2 hobi yang mudah
nyinyirin kehidupan orang lain. Emang benar sih ya,,, kita tak mampu melihat
gajah yang ada di pelupuk mata karna gajahnya terlalu besaaar, begitu juga
dengan kekurangan yang melekat di diri kita.
minimalisir interaksi
Menjalin hubungan tetap baik
namun meminimalisir debat dengan nyonyiah yang maha benar adalah pilihan tepat. Rem yang
telah kita miliki akan menggiring kita untuk berfikir berkali-kali bersinggungan
dengan ybs, terkecuali hubungan professional yang sudah pasti kita junjung. Selain
itu piyuuuuuuuuhhh,.
abaikan saja
Hal terekstrim menghadapi orang
sempurna adalah meniadakan kehadirannya, baik nyata maupun maya. Hal ini
dimaksudkan agar kita tetap stabil secara psikis. Tidak terbebani oleh ulahya,
Terserah ybs mau bertingkah seperti apa (bodoamat). Kalau dirasa perlu remove
kontak/sosmednya, biar kita bebas dari membaca sindiran2 alay-nya.
Bahagia ini kita yang ciptakan. Jika
semacam nyonyiah merusak kebahagiaan kita, maka tiadakan saja dya. Tetep profesional,
but no more. Orang mudah mengkritik,
nyinyir dan mengkambinghitamkan orang lain. Sebaliknya, sulit koreksi diri dan
menelaah setiap kejadian yang terjadi. Ujungnya prasangka buruk berhamburan dan
berujung jamur2 permusuhan. Naudzubillah.