Hidup bermasyarakat itu bagian dari seni. Bagaimana tidak? 100 kepala 100 isi dan keinginan. Masih hangat dan jatuhnya masih panas ditelinga lantaran semalam disembur lantaran pasif dalam waktu terakhir2 ini. Semburannya tidak tanggung2 dan ibarat karna nila setitik rusuk sebelanga. Karna pasif beberapa waktu terakhir hilang semua perjuangan selama ini dan yang ada hanya kejelekan.
Kenapa bisa terjadi?
Pahamilah!!
Tidak bisa mengatur dan mengekang seseorang untuk menjadi leader di kampung semaunya. Setiap orang punya progres dan harapan2 yang wajib ia realisasikan tentunya. Jika kemarin2 ada kesempatan waktu, tenaga dan pikiran luang untuk memikirkan lingkungan,, maka jika hari ini kondisinya berbalik apakah kita berhak menghakiminya? Jawabnya tentu tidak.
Hidup di masyarakat memang tidak mudah, apalagi bagi orang yang dianggap leader. Harus ngemong kanan dan kiri, apesnya sering makan ati dan mengorbankan diri demi kanan kiri agar keadaannya kondusif. Tapi apakah mereka dihargai? Jarang... karna yang ada hanyalah tuntutan harusnya ini dan itu.
Tanggung jawab bersama
Ini masyarakat yang terdiri lebih dari 100 kepala. So tanggung jawab tidak serta merta dibebankan terhadap orang yang biasanya dianggap leader. Kasihan lah yaa.. yang bersangkutan tentunya penat jika terus2an dibebankan amanah2 yg sebenarnya bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Tidak egois rasanya jika sudah saatnya memikirkan masa depan pribadinya dengan serius. Pekerjaan hingga urusan asmara. Bukankah semua ada masanya?
Instrospeksi diri
Lebih mudah menunutut orang lain daripada membebankan diri sendiri. Yaa lebih mudah menyalahkan orang lain dari pada instrospeksi diri. Jika mulut ini mudah nyiyir dan menyalahkan orang lain, maka ambillah cermin ajaib yang ada di kamar. Ambil dan lihat dengan seksama. Sudahkan anak kita aktif di masyarakat? Sudahkan kita ngoprak2 anak kita agar bersosialisasi? Ataukah justru menganak-emaskan anak sendiri agar tidak capek2 ngurusi masyarakat dan mendolimi anak orang lain untuk bersusah payah ngemong masyarakat?
Sejatinya semua kembali ke masing2 dari kita, rem kita adalah pikiran kita. Jangan egois dan mudah menyudutkan orang lain sedang kita tidak tau persis apa yang sedang orang lain lakukan dan perjuangkan. Hidup itu sejatinya berfase. Setiap fase memiliki masa. Dan setiap masa memiliki masa aktifnya. So hargai orang lain jika kamu ingin diajeni balek dengan yang lain.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment