Kabar duka datang lagi [lagi] dari teman. Ayahnya meninggal. Pikiran ini spontan menarik ke belakang ke 13 tahun silam. Ketika ibu yang sangat aku butuhkan meninggalkanku untuk selama2nya. Usia yang dibilang tanggung. Dewasa belum, anak2pun rasanya sudah berlalu. Dan usia tanggung itu justru usia dimana kehadiran sosok ibu sangat dibutuhkan bagiku. Namun takdir berkata lain. Anak 15 tahun itu harus lebih dahulu merasakan kehidupan dan ujian yang sesungguhnya. Jika diberikan gambaran 13 th silam rasanya ga sanggup untuk melewatinya. Karna belum genap 24jam dari kehilangan belahan jiwa, ujian akhir nasional harus dikerjakan dengan syarat kelulusan 3,01 untuk kali pertamanya. Yaa ujian kehidupan babak pertama yang ga mudah buat anak seusia itu. Jangankan seusia 15 th, orang dewasapun jarang yang sanggup.
Kasih sayang orang tua meskipun sudah tak bersama di dunia ini ternyata sungguh dahsyat. Kasih sayangnya masuk ke dalam sumsum tulang sehingga ketika si anak melangkah ia akan selalu ingat memori dan kenangan tentang orang tuanya. Ketulusan kasih sayang orang tua menjadi rem dalam setiap pijakan si anak agar memilih jalan yang selayaknya dipilih. Godaan pasti namanya anak muda namun lengkungan senyuman orang tua mampu membuyarkan fatamorgana dunia sehingga menggiring si anak untuk kembali ke rel yang seharusnya.
Hidup bersama satu orang tua tak mudah. Dan menjadi single parent pun juga ga semua orang mampu. Bapak menyulap dirinya menjadi seorang ayah dan ibu. Bagaimana caranya agar tetap ada makanan di meja untuk anaknya. Berjalannya waktu, rata2 teman sebaya masih memilki orang tua lengkap. Hidup mereka nampak bahagia. Dan begitu sebaliknya dengan apa yang kurasakan. Sempat berandai2 jika aku masih memiliki orang tua lengkap pasti juga bisa seperti mereka bahkan lebih. Pengin ini dan itu, jika ga dituruti ngambek sampai barang yang diimpikan ada di tangan. Namun lamunan itu buyar lantaran bau gosong masakanku.
Waktu terus berputar hingga mengantarkan di sebuah titik dimana kebahagiaan yang aku mikiki tak bisa bulat utuh. Ada lubang yang memang tak bisa tertutupi dan ditutupi. Yaa sosok ibu tak akan dapat digantikan oleh siapapun. Ketika rejeki ada di tangan dan ada kesempatan untuk membelikan ini dan itu tetap saja ada yang kurang karna dulu belum ada kesempatan untuk membelikan sesuatu buat ibu. Syukur ini tak pernah putus karna Allah memberikan bapak yang begitu hebat dan luar biasa. Bapak yang menyulap dirinya sebagai ibu, teman sebaya ataupun penasehat.
Yaa hidup ini giliran, ada masanya kita disayang dan dimanja orang tua,, dan ada masanya kita meyayangi dan membahagiakan mereka. Ada masanya orang tua banting tulang bagi kita,, dan ada masanya pula kita mensejahterakan dihari tuanya. Bagi yang masih memiliki orang tua lengkap, selayaknya disayangi dan dihargai. Selagi ada kesempatan, bahagiakan mereka semaksimal mungkin dengan cara2 sederhana yang mereka suka. Karena maut tak pernah tau kapan akan menjemput kita.
Allahummagfirlii waa liwaalidayya warham humma kamaa robbayaani shoghiiroo.
0 comments:
Post a Comment