Kukira ini hanyalah sebuah prasangku saja. Ya prasangka lantaran aku terlalu sensitif ketika berhadapan denganmu. Aku tak pernah ada urusan denganmu. Tak pernah ada komunikasi intens diantara aku dan kamu. Kamu bukanlah sahabatku. Kamu bukanlah rekan kerjaku. Kamu hanyalah teman se-almamater saja, tak lebih. Jadi ketika kamu tetiba jijik melihatku di acara profesi tersebut, itu tanda tanya besar dalam hatiku. Ah sudahlah,, ku anggap ini hanyalah perasaan sensitifku saja.
Hari berganti hari,, dan rutinitas tahunan profesi ini mau ga mau mempertemukan kita. Ya dengan polosnya kamu mengutarakan ketidaksukaanmu terhadapku dengan teman sahabatku. Dan judulnya kamu terhasut omongan orang lain too. Ya omongan orang yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sekalipun jika ini benar, ini semua ga ada hubungannya denganmu, wahai teman!! Terlebih apa yang kamu dengar adalah berbanding terbalik. Lalu jika ga ada hubungannya denganmu, kenapa kamu harus membenciku?? Sedih pasti, tapi yaa sudah.
#Kita ga akan pernah mampu mengontrol orang2 untuk menyukai kita.
Ketika mengalami kejadian ini rasa sakit pasti. Lebih tepatnya tanda tanya "kok segitunya dya". Tapi Allah memberikan pesan dalam setiap kejadian. Termasuk didalamnya kejadian diatas. Rasa syook berganti dengan rasa syukur. Kok syukur? Ya karna aku mampu memiliki bekal baru untuk menghadapi situasi yang boleh jadi harus ku selesaikan dengan rumus ini. Rumus "berempatilah secukupnya". Aku tidak membenci teman diatas. Aku mencoba memahami, dya mungkin terlalu empati dengan temannya yang seolah menjadi korbanku. Dan sangat wajar jika dya langsung membenciku dan melihatkupun seolah ogah. Tanpa melihat apakah hal tersebut benar adanya atau tidak?. Jadi jika ada teman bahkan sahabat kita curhat hingga nangis darah sekalipun, selayaknya kita jangan berlebihan dalam berempati. Berpikirlah jernih. Segala sesuatu itu ada akibat lantaran ada sebab. Kalau kita tidak mampu mengontrol logika dan perasaan, sudah pasti kita akan membela mati2an sahabat kita karena informasi hanya ada dalam 1 sisi saja. Ya hanya versi sahabat kita, tanpa memperdulikan sisi lainnya. Sedekat apapun kita dengan sahabat kita, kita harus bersikap jernih bukanlah menjadi kompor. Kenapa? Logikanya orang yang lagi sakit hati, umumnya akan berpikiran dengan perasaannya, bukan logikanya. Kita yang tidak mengalami masalah, selayaknya meluruskan sahabat jika dya memang tidak benar pemikirannya. Usahakan jadi penengah dengan cara kita. Terlepas benar/salah posisinya.
#berempatilah sesuai porsinya
Allah mengirimkan sahabat tidak untuk menemani kita ketawa-ketiwi saja melainkan untuk meluruskan kita ketika kita salah. Jangan anggap teman yang tidak sepahaman dengan pola pikirmu adalah salah. Setiap orang memiliki jalan pikirnya yang beragam. Memang kita tak pernah akan sama dengan semua orang. Tapi, kita mampu hidup dalam keberagaman pola pikir yang ada dengan satu kunci yakni tidak fanatik dan open minded. Jadi ketika sahabat kita merasa tersakiti dan terkhianati, tugas kita menghibur dan mencarikan solusi, bukan memperkeruh dengan argumen2 kita sehingga keadaan semakin runyam. Satu lagi yang tidak kalah penting yakni tak perlu ikut2an benci. Sekali lagi itu bukan ranah kita. Karna benci tak akan membuat orang semakin bahagia kan?.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
Baca juga: kuncinya ada di kita, cara menepis prasangka
0 comments:
Post a Comment