Ada disebuah masa dimana kita dicintai orang namun kita justru mencintai orang lain. Ada di sebuah titik dimana usia memberikan warning untuk mengakhiri kesendirian. Ada disebuah persimpangan dimana menyuguhkan beberapa alternatif pilihan dalam sebuah kehidupan. Mencintai dan dicintai adalah sebuah fitrah manusia. Tidak tau kapan cinta itu datang? Seberapa kuat? Dan sampai kapan? Yang ku tau cinta datang dengan caranya yang beragam, natural dan apa adanya. Dan dihadapkan dalam situasi dan kondisi dimana kedewasaan diperlukan untuk mendamaikan hati.
Menolak cinta bukan berarti cintanya salah, ada sosok cinta lain yang mungkin ia butuhkan. Bukan dari yang bersangkutan. Sekalipun usia sudah memberikan tanda merah, kita tetep bisa memilih kepada siapa akan melabuhkan cinta. Memilih dalam konteks ini adalah memilih yang realistis. Menikah adalah dambaan semua orang, salah satunya akan menyempurnakan agama. Dalam prosesnya dan perjalanannya memantaskan diri adalah kuncinya. Jodoh bak cermin. Terlalu naif jika kita menginginkan orang sholeh namun kita masih jauh dari kesolihan. Kita inginkan suami yang gemati dengan orang tua, sedangkan kita sendiri sebaliknya. Nasihat ini khusus untuk pribadi saya as self reminder.
Ketika cinta yang datang bukanlah sosok yang kita butuhkan, maka tidak salah kan jika kita belum menerimanya? Kita tetep masih dapat menjadi sahabat ataupun saudara. Ketika sudah jelas di depan mata ada hal yang prinsipil yang bakal menjadi pemicu pertengkaran, maka memilih menjadi teman baik adalah pilihan bijak. Kedewasaan sangat dibutuhkan sekali lagi agar hubungan dengan yang mencintai kita tetep harmonis sekalipun rasa itu tak bersambut.
Kita sering lupa dan jatuhnya kita sering egois. Mencintai seseorang dan ketika cinta bertepuk sebelah tangan maka kita akan berbalik dengan sikap sebelumnya. Sederet umpatan dengan mudah kita utarakan, padahal sebelumnya memuja bak dewa.
ahhh cinta..
Dari anak2, remaja, setengah baya bahkan lansiapun merasakannya.
Atas nama cinta, yang dulu tak kenal menjadi kental..
Yang dahulu biasa menjadi istimewa..
Yang lusa antipati sekarang simpati..
Yang kemarin hening sekarang charming..
ohh cinta..
Dan "legowo" adalah kata yang sepatutnya menempel dibelakang kata cinta. Ketika cinta ditolak, maka legowo secara sikap dan pikiran. Dengan sikap dewasa sejatinya akan mendamaikan. Tidak lantas diawali dengan cinta dan berujung dengan permusuhan. Bukankah cinta yang agung itu "legowo"? Merasakan kebahagiaan orang yang kita cinta sekalipun bukan dengan kita?.
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment