"Keseringan berkomunikasi denganmu, membuatku cepet tua lantaran kerut diwajah semakin merata. Merasakan keanehan yang selalu kau dengung2kan. Andai aku boleh memilih, ingin ku blok saja kontakmu agar pikiranku tetep baik terhadapmu. Bukanlah sebaliknya yang kian hari kian parah saja keunikan yang kau tampilkan.
Jika dikatakan ganteng,, biasa aja lantaran ganteng itu relatif. Dikatakan mapan,, belum juga masih kontrak. Dikatakan menawan dan pandai,, ga juga lantaran masih banyak yang lebih. Pertanyaannya kenapa kamu merasa jadi orang yang paling top? Knapa belagumu tingkat dewa? Aku bingung harus bersikap apa jika setiap saat kamu selalu membanggakan kehebatan ala2 dirimu? Sedang hati ini muak".
Memang berhadapan dengan orang yang gemar mengumbar kehebatan agaknya mengharuskan kita berlapang dada, terlebih itu adalah orang yang ada di dekat kita. Baik teman maupun tetangga. Ga nyimak ocehannya ga enak,jika nyimakpun bikin telinga semakin memerah. Kesuksesan memang sebuah berita baik, namun tidak segitunya harus diceritakan ke semua orang yang endingnya hanya ingin mendapat pengakuan dari yang lain. Entah peribahasa ilmu padi masih relevan kah di zaman hedonis ini? Yang kian berisi kian merunduk. Logikanya kalau merunduk,, ga pada tau kalau yang bersangkutan punya ini dan itu. Entah lah..
Hebat itu sederhana kok. Ga perlu dirinya mempromosikan kehebatannya. Karna orang hebat sekalipun dya tak mengumbar ke publik akan terlihat dengan sendirinya. Ya karna orang hebat tidak memerlukan dan membutuhkan pengakuan dari orang lain. Orang hebat tulus melakukan kebaikan. Hebat itu luas dan banyak bentuknya. Berbakti dan sayang dengan ortu adalah kesekian deretan hebat. Tak perlu menulis status di medsos lantaran membalas budi ortu adalah kewajiban masing2 anak.
Anak bisa cumload itu juga bentuk dari kehebatan. Tapi yang bisa seperti itu tidak sedikit. Cumload bukanlah patokan dan barometer untuk mengukur kepandaian seseorang lantaran standar dan mutu univ satu dengan yang lainnyapun pasti berbeda. Yang jadi pertanyaan justru setelah kuliah selesai,, bagaimana yang bersangkutan survive di dunia kerja dan manapun mengimplementasikan ilmunya agar bermanfaat lebih bagi sesama.
Rem jitu agar kita terhindar dari karakter sok dan blagu adalah meyakini dan menanamkan bahwasanya diatas langit masih ada langit. Bukan berarti kita tidak bersyukur dengan pencapaian yang telah diizinkan Allah, namun agar kita jangan sok idih merasa paling keren, paling mapan, paling keceh, paling gaul, paling pinter dst. Satu lagi, mungkin jika ada yang berkarakter merasa diatas angin, maka anda dapat menganjurkan yang bersangkutan untuk tidur agak malam. Agar yang bersangkutan tau dan paham bahwasanya kehidupan tidak hanya sekotak seperti halnya yang selama ini ia pahami.
#semoga bermanfaat dan hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment