Orang
diam bukan berarti yang bersangkutan itu mudah dibodohi, bukan pula yang
bersangkutan lemah, bukan pula yang bersangkutan
tak berilmu. Memang ada sebagian orang yang lebih memilih irit omong ketimbang
omongan yang dirasa ga’ bermanfaat
dan ga’ bermutu. Mungkin karakter
orang ini simpel, ga’ ingin ribet dan
belibet. Sejauh baik ya dilakukan. Masalah pro dan kontra hanyalah bunga dari
kehidupan. Orang yang berbuat baik saja pasti ada saja menuai komentar negatif,
terlebih orang yang berkelakuan negatif,, sudah mutlak yang bersangkutan
kehujanan hujatan, right??
Omongan
sedikit namun bermanfaat nan berkualitas jauh lebih baik dari kebanyakan omong
namun menyakitkan ataupun ga’ ada
manfaatnya. Memposisikan diri di hadapan khalayak ramai untuk tidak banyak
omong dan membual adalah pilihan yang
tepat. Dalam konteks ini memilih diam bukan berarti diam seutuhnya. Ada
momentumnya lah,. lebih tepatnya lebih baik diam dari pada membual yang ga’ jelas.
Merasa
diri lebih baik daripada orang menjadikan kita kerap tergelincir, masuk dalam
ranah sombong yang menjadikan kita merasa diatas angin seolah mempunyai hak
untuk menghakimi si A itu telmi dan si B itu cupu. Sedangkan kenyataannya di
atas langit masih ada langit. Ketika
sudah merasa pintar, apakah yang bersangkutan yaqin memang benar2 pintar?
Lalu apa yang harus dilakukan jika bertemu
dan berhadapan dengan orang yang sombong? Orang yang hobinya tidak lain pamer
kehebatannya? Jawabnya simpel saja yakni sugestikan diri anda bahwa yang
bersangkutan “lucu menggelitik” jadi kalau dia mulai nyombong rasanya kita
pingin ketawa karna dia lucu bin unik. Apakah itu efektif? Saya sudah
membuktikan dan lumayanlah bikin tekanan darah tetap stabil kok. Sayangkan dia
yang nyombong, tapi tekanan darah kita jadi naik atau mendadak menimbulkan
kerutan beberapa garis dikening. LOL
#semoga
bermanfaat dan salam jiwa sehat
0 comments:
Post a Comment