Manusia
itu unik. Satu dengan yang lainnya tak ada yang sama. Sekalipun yang
bersangkutan adalah kembar identik. Ada saja perbedaannya, entah sifat ataupun
kerakter pribadinya. Terlebih orang yang kagak ada hubungan saudara. Sudah
barang tentu jelas garis perberbedaannya. Salah satu hal yang menarik dalam kehidupanku
adalah bertemu dan ngobrol dengan orang baru. Stop bukan berarti saya kepo loh.
Begini saya jelaskan daripada salah paham jadinya.. J
Tanpa
kita sadari, kita sering berinteraksi dengan orang lain yang kadang bikin hati
gondok, risih, menyenangkan, mengisnpirasi ataupun apalah namanya lantaran
omongannya. Nah dari interkasi tersebut, pasti ada saja hal yang bisa diambil pelajarannya.
Termasuk orang yang mungkin dianggap remeh oleh orang lain. Yah kita tau lah,
sehitam2nya seseorang pasti pernah ataupun masih memiliki sisi putihnya [red:yingyang].
Begitu juga ketika saya sering bertemu ntah
berpapasan dengan keluarga kecil ini. Mereka keluarga kecil yang terdiri 3
orang anak yang masih kecil2. Usia anak pertama mungkin sekitaran usia TK.
Keluarga ini menarik dan memberikanku pelajaran. Pelajaran akan makna
kebahagiaan itu tergantung bagaimana cara kita memandang. Mereka berjualan
makanan kecil di depan sebuah kampus di kotaku. Saya sering ketemu bukan
lantaran konsumennya, namun kita sering bertemu ketika sama2 membeli lauk di
sebuah warung. Mereka selepas berjualan dan saya selepas pulang kerja.
Tak
ada kata mewah yang terpancar dari keluaraga ini. Lusuh iya. Namun dibalik
lusuh, senyuman mereka memancarkan kebahagiaan dan kedamaian yang saya ikut
bisa merasakannya. Pakaian seadanya, bawaan kanan kiri [teng greweng] ditambah
dengan rengekan ketiga anak2nya. Sekilas mereka terlihat orang yang
berkekurangan. Si ibu ga sama sekali erpakaian bagus ataupun bersih. Begitu
juga dengan sang ayah, walaupun sebenarnya sang ayah ganteng. Tapi bukan itu
yang jadi fokus pengamatan saya. Senyuman dan candaan mereka itu membuat deg di
dada. Keluarga kecil ini seoalah mengajarkanku makna perjuangan hidup dan syukur
nikmat yang teramat dalam.
Kalau
dipikir2, mereka sungguh repot, punya anak 3 kecil2 dan masih jualan yang
notabennya letaknya jauh dari rumahnya. Tiap pagi dan sore bawa barang2 keperluan
jualan yang tidak sedikit, namun satu hal yang saya tangkap, mereka bahagia dan
sangat enjoy menjalani cerita dalam
kehidupannya.
Jika
kita mampu ikhlas akan ketetapan Tuhan dan menjalaninya dengan sebaik2nya saya
kira bahagia akan datang. Jika yang bersangkutan selalu berpikir positif saya
rasa prasangka baiknya akan mengamini dan berbuah kebaikan yang datang menghampirinya.
Ketika yang bersangkutan selalu memaknai apapun yang terjadi dalam kehidupannya
adalah sebuah proses anak tangga yang harus didaki untuk mencapai tujuan hidup
yang lebih tinggi, saya rasa ia memiliki
obat yang mungkin lebih luas dari samudra di alam ini. Dan pelajaran yang saya
dapat:
·
Bahagia itu tidak dapat divonis dengan melihat kulit
luar dari seseorang
·
Tidak dari bagus jeleknya baju yang dikenakan
·
Tidak dari wangi baunya keringat
·
Tidak dari klimis ataupun acak2an si rambut
·
Tidak dari mulus ataupun kucel sang wajah
Namun
·
Terlihat dari senyuman yang mengembang
·
Terlihat dari keikhlasan yang bersangkutan menjalani, meyakini serta menikmati fase kehidupan yag mana hakikat kehidupan adalah perjuangan. Karena pada
akhirnya setiap orang punya cara memaknai kebahagiaan yang mereka punyai. Sekalipun
orang lain memandang hidupnya penuh dengan drama. Jika yang bersangkutan mampu
memilih cara untuk berbahagia dengan caranya, orang lain tak berhak mengusik
kebahagiaan mereka sekalipun dalam keterbatasan. Dan keterbatasan akan terasa
indah jika kita tidak mendramatisirnya namun justru menjadikannya pijakan untuk
meraih kado yang telah Ia siapkan.. Baca juga hidup ala diri sendiri
#semoga
bermanfaat & hidup bahagia