Sebut
saja Tito. Anak muda yang pernah tersilaukan fatamorgana dunia. Ia terhipnotis
oleh biasnya hingga ia terperosok semakin dalam. Nasihat orang2 terdekatpun sekedar menjadi
angin lalu, begitu juga ketika ia harus
kehilangan orang yang begitu menyanyanginya, tak sedikitpun membuatnya sadar
dan jera. Justru semakin parah kelakuannya.
Ia tahu apa yang dilakukannya itu salah, namun ia tak tahu bagaimana
keluar dari “dunia barunya”.
Berurusan
dengan pihak berwajib sudah hal yang biasa baginya. Cap anak nakal sudah ia
genggam. Tak heran sedikit orang yang mau bergaul dengannya. Ada dan tidak
dirinya tak berpengaruh di kehidupan sekitarnya. Tak heran ia sering sakit hati
lantaran sering tak dianggap
kehadirannya. Dari situlah ia mulai berfikir dan ingin sekali mengakhiri
pertualangan hitamnya. Dan kali ini ia benar2
ingin move on. Ia ingin hidup
normal senormal-normalnya.
Dan
disuatu titik Tuhan melihat kesungguhannya, sedikit demi sedikit ia menemukan
pencerahan. Sempat ada kata menyerah namun ia ingin hidup lebih baik lagi. Dengan
tekad yang kuat, dorongan dan doa keluarga tercintanya ia mampu percaya diri,
terlebih dengan dukungan penuh dari sahabat2nya semakin memantapkan langkahnya
untuk meninggalkan “dunia barunya”.
Kini
siapa sangka, anak muda bermasa lalu kelam itu menjelma menjadi anak muda
dengan segudang inovasi. Memang ia berasal dari keluarga menengah keatas, namun
ia enggan menggunakan fasilitas dari orang tuanya. Keinginannya pada dasarnya
sangat simple. Ia hanya ingin seperti orang pada umumnya. Keluar rumah pagi,
mengenakan hem, celana kain serta bersepatu. Tanpa menunggu waktu lama, Tuhan
memberikan kemudahan baginya. Apa yang ia inginkan terwujud dengan segera.
Tidak sampai itu saja, ia berniat menmaksimalkan energi dan waktu yang ia punya
agar pikiran tidak kemana2, agar tetap berfikiran positif dengan merintis
beberapa bisnis baru dan boleh dibilang sukses keras. Dan kini siapa sangka
Tito dengan seabrek cerita kelamnya kini menjelma sebagai anak muda yang
inspiratif. Decak kagum bahkan cibiran kerap ia dengar tapi tak membuatnya
surut langkah. Ia hanya ingin membersihkan hidupnya yang kemarin sempat ia kotori dan memperbaiki hasil ujian
kehidupan yang jeblok. Tak heran jika ia bertemu dengan teman lamanya, jarang
yang percaya kalau kini ia tlah berubah dan bermetamorfosis ke arah yang lebih
baik.
Dan
benar kini ia telah menemukan jalan hidupnya yang semula masih tertutup kabut. Memaafkan
atas kelakuan diri sendiri silam adalah pilihan bijak, sebagai pondasi
kokoh untuk pijakan dalam menjalani masa depan yang lebih baik. Pastikan kesempatan itu akan selalu ada. Pelajaran
yang diambil:
Setiap orang memiliki masa lalu
Biarlah
orang lain menghakimi atau menilai kita
seberapapun, toh yang menjalani kita, yang tau juga hanya kita. Jika kita
dinilai jelek, ada 2 kemungkinan:
mungkin memang kita jelek, atau mereka tidak tahu bagaimana yang
sebenarnya.
Justru masa
lalu yang suram akan membawa individu yang bersangkutan semakin tangguh untuk
meyongsong masa depannya. Ia akan lebih survive dengan kondisi apapun yang akan
menghadangnya. Sebaik2 orang adalah orang yang mau belajar dari masa lalu yang
getir agar kedepanya semakin lebih baik lagi.
Setiap orang memiliki kesempatan
Ketika
niatan tulus sudah ada dalam genggaman, selayaknya kita luruskan niatan tersebut.
Skip omongan kanan kiri. Fokuskan
pada satu titik, usahakan untuk mewujudkannya dan pasrahkan padaNya.
Seburuk
apapun masa lalu seseorang, ia tetap masih memiliki kesempatan untuk menjadi
lebih baik kok. Menjadi orang yang lebih
bermanfaat. Menjadi pribadi yang inspiratif.
Terlalu
dini jika memutuskan untuk nge-judge jelek
lantaran orang tersebut bermasa lalu kelam. Pertanyaannya justru dibalik, apakah ada jaminan orang yang tidak memilki masa
lalu kelam akan baik kedepannya?? Jawabnya tentu tidak,,.
Tak kalah
pentingnya, jangan memandang orang dari luar-nya, lihatlah durian!.
Dagingnya yang manis serta aroma wanginya membuat orang
ketagihan untuk melahapnya, orang-pun tak mempedulikan kalau lezatnya durian itu berbungkus duri yang tajam. Kulit luar ga’ seindah dengan apa yang ada di dalamnya. Jadi kebaikan seseorang tidak bisa disimpulkan
dengan melihat kulit luarnya.
Setiap orang
memiliki hak berubah
Pintarlah
memilih teman, karena dari teman kita akan menemukan dunia baru, keluarga baru.
Jika teman baik maka secara langsung kita akan memiliki dunia dan keluarga
baik, begitu juga sebaliknya.
Dan ketika
ada orang yang bermasa lalu kelam ingin berubah, selayaknya kita sebagai
sesama manusia mendukung penuh niatan tersebut. Jangan memandang negatif dan berprasangka
terus menerus terhadapnya. Hargai dan dukung penuh agar kelak yang bersangkuatan
tidak akan kembali ke lembah yang sama.
Jika kita mampu mendermakan tenaga kita hingga yang bersangkutan bisa
berubah maka hal tersebut akan menjadi amalan baik bagi kita, bukankah sebaik-baik
orang adalah yang bermanfaat bagi sesamanya.?.. Baca juga Maknai di Setiap Jalanmu
#semoga
bermanfaan dan hidup sehat