Hal
yang sering kita lupakan bahkan tanpa kita sadari ialah dominan dalam setiap
perbincangan disuatu topik. Ga’ nyadar memang,
namun kita sering asyiiik ngoceh ga’
terarah mau kemana, sedangkan lawan bicara hanya dtugasi menjadi pendengar yang
baik dan harus menjawab setiap pertanyaan yang terlontar dari bibir kita.
Tanpa
kita sadari, ketika kita merasa punya teman untuk curhat, kita melupakan haknya
untuk “menghela nafas” tatkala kita asiik
nerocos curhat. Perlu diketahui orang yang bersedia mendengarkan kita curhat
belum tentu looh yang bersangkutan intersest dengan cerita kita, terlebih
cerita yang diulang2. Boleh jadi yang bersangkutan rikuh atau ga’ enak hati yang
disebabkan banyak hal hingga mau tidak
mau mendengarkan celoteh yang kadang ga’
masuk akal. Kenapa ga’ masuk akal?? Cerita
ngalor ngidul,. Lalu minta dikomenin,.
Setelah dikomenin malah ga’ setuju
karna sejatinya dya sudah punya idealisme terhadap kasus yang sedang
menimpanya. Pertanyaan selanjutnya, lalu kenapa masih curhat? kenapa masih
bertanya, jikalau sudah punya jawaban sendiri.
Terlihat
sederhana nan klise yak,. Namun bisa2
fatal akibatnya. Ga’ lucu kan, kita dikucilkan teman2 lantaran hobi baru kita? hobi
curhat yang tidak tau kondisi. Sejatinya teman yang lain juga punya
problematika yang mungkin lebih kompleks dari apa yang menimpa kita., namun
mereka masih dan mampu nge-keep
kegalauannya hanya untuk dirinya sendiri. dan sekarang tinggal pilihan kita, bagaimana
system pengereman yang ada pada kita. yaps,. Bagaimana mengerem curhat tatkala
raut muka lawan kita sedang terlihat sedih, bagaimana mengerem hasrat nerocos
kita tatkala ia terlihat geram dan bosan mendengarkan kita, bagaimana mengerem
ego kita agar suasana kembali menjadi cair dan enak.. dan semua tinggal pilihan
kita, tinggal kita mau memilih yang mana..
#semoga bermanfaat & hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment